17 - Home

54 3 0
                                    

"Make a little conversation so long I've been waiting

To let go of myself and feel alive

So many nights I thought it over told myself I kind of liked her

But there was something missing in her eyes


I was stumbling, looking in the dark with an empty heart

But you say you feel the same could we ever be enough?

Baby we could be enough


And it's alright calling out for somebody to hold tonight

When you're lost, I'll find the way I'll be your light

You'll never feel like you're alone I'll make this feel like home.."

***

Aku terbangun dari mimpi burukku dan langsung menangis. Semua orang yang aku sayangi berkumpul menjadi satu di dalam mimpiku itu. Yang paling dominan adalah Mom dan Dad. Aku sangat merindukan mereka. Aku merasa bodoh karena terlalu bersemangat pergi ke London demi menikmati musim panas sialan ini. Ternyata jauh dari orangtua sangat menyakitkan walau disekelilingmu ada banyak orang-orang yang menyayangimu.

Setiap pagi aku selalu merasa tidak enak badan dan merasa tidak ada gunanya sekolah. Aku hanya ingin pulang dan melupakan semuanya. Ya. Aku harus pulang meski musim panas belum berakhir. Tapi Luke? Persetan dengan Luke! Aku bersumpah jika tiba di rumah aku pasti bisa melupakan Luke dan membuang segala kenangan-kenanganku bersamanya, termasuk ciuman itu.

"Ly, apa kau tidak kangen sama Mom dan Dad-mu?" Tanyaku saat kami bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Lily menoleh ke arahku. "Tentu saja! I fuckin' miss them! Apalagi Taka, aku kangen berat sama dia." Ucapnya.

Semua orang pasti sangat merindukan rumah jika berada jauh dari rumah. Bodohnya aku mengimpikan kuliah di luar negeri dan sangat jauh dari orangtua, rasanya pasti akan sangat menyakitkan. Tapi jika itu pilihan terbaik, maka kita harus menjalaninya dengan ikhlas. Itu menandakan bahwa diri kita sudah dewasa dan tidak tergantung pada orangtua. Ku rasa aku masih anak kecil walau sebentar lagi umurku delapan belas tahun.

Aku kaget ketika tiba di luar gerbang asrama, aku menemukan Michael dan dua sahabatnya. Aku tersenyum lalu memeluk Michael dengan erat. Kurasa bagiku Michael ada rumahku sendiri. Hanya mendengar namanya saja aku merasa tidak kesepian lagi. Kemudian aku melihat cowok berwajah Asia dan cowok berambut gondrong yang pernah menemuiku saat kejadian yang.. ah sudahlah. Aku berusaha untuk tidak memasukkan Luke ke dalam topik pikiranku.

"Sebelumnya, aku minta maaf karena aku memaksamu keluar dari bar itu dan membuatmu pingsan. Tapi aku bersumpah waktu itu aku hanya ingin menyelamatkanmu dari tangan cowok sialan itu." Ucap Ashton.

Aku tersenyum menatap Ashton. Tangan cowok sialan? Jadi Ashton juga sudah muak dengan sikap Luke? Nah mengapa Luke datang lagi?

"Iya. Terimakasih ya karena sudah menolongku." Ucapku.

Karena asyik dengan ketiganya, aku sampai melupakan Lily, Marie, Corine dan Chloe. Tapi tampaknya mereka membiarkanku bersama Michael, Calum dan Ashton. Kami pun berjalan bersama-sama menuju sekolah. Nah, jika aku merasa bahagia, tentu aku tidak merasakan sakit hati itu kan? Jadi aku harus mencari apapun kebahagiaan sehingga aku bisa melupakan perasaan sialan itu, juga Luke walau nantinya bakal kembali menangisi cowok itu.

"Tau tidak Farah, Mike menyukaimu lho!" Ucap Calum.

Langsung saja Michael memukul bahu Calum dan aku tertawa melihatnya. Aku tau ucapan Calum hanya sebuah candaan. Ternyata persahabatan mereka sangat erat ya. Aku berpikir sahabat itu lebih berharga dari pacar. Memang ada begitu banyak pelajaran-pelajaran yang aku dapatkan saat tiba di London.

Summer 2015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang