Tanpa mereka sadari sebersit perasaan yang akan membuat mereka saling merindukan menyusup ke dalam hatinya masing-masing.
***
Bima menutup pintu rumahnya dengan senyum mengembang. Batalnya kencan dengan Seruni memang sungguh di luar dugaannya tetapi pertemuan di rumah gadis yang disukainya tadi juga bukan hal yang buruk. Dia justru senang, bisa bebas berbincang dengan Seruni juga memperbaiki hubungannya dengan Lily.
"Kamu dari mana?" Kartika menghampiri Bima yang masih berdiri di depan pintu. "Nggak jadi pergi? Tadi kok Bunda lihat motor kamu masih di depan aja."
Bima tersenyum. "Nggak jadi pergi, Bun. Seruni jatuh dari kamar mandi. Jadi aku nemenin dia di rumahnya aja tadi."
"Berdua?"
"Sama Lily, Bundaaa."
"Oooh. Parah nggak lukanya?" Kartika mengatakannya dengan intonasi yang dibuat-buat.
"Enggak Bun, cuma bengkak aja."
Bima terdiam sejenak memerhatikan wajah ibunya. Dari tahun ke tahun kerutan halus di wajah ibunya semakin bertambah. Meski menua, bagi Bima ibunya adalah wanita tercantik yang dia miliki. Wanita yang setia menemani ayahnya dalam saat-saat tersulitnya. Wanita paling tegar yang dia kenal. Sekalipun ujian hidup datang mengguncang hidupnya bahkan merenggut orang-orang terkasih dari hidupnya―ibunya tak pernah putus asa. Dalam hati Bima berharap agar kelak, belahan jiwanya bisa lebih pengasih dan lebih bijaksana dari ibunya.
Kartika menepuk lembut punggung anaknya ketika Bima tiba-tiba memeluk tubuhnya erat. Dia tersenyum, bangga memiliki anak dengan hati yang begitu pengasih seperti Bima. Saat pelukan mereka terurai dia melihat Bima tersenyum.
"Bun, Seruni cantik ya," ucap Bima tiba-tiba.
"Cantik mana sama Bunda?" goda Kartika.
"Cantik Seruni-lah," jawab Bima cepat. Kartika mencubit lengan Bima.
"Kamu bikin Bunda seneng dong, ngebohong juga gak apa-apa," ujarnya bercanda.
Bima tertawa,
"Bima, secantik apapun perempuan yang kamu suka, jangan sampai kamu menjadi buta. Jatuh cintalah pada perempuan yang tidak hanya cantik fisiknya tapi juga cantik hatinya. Sebab ... kamu harus tahu, kehidupan di dunia ini gak senang-senang melulu. Semakin kamu dewasa kamu pasti akan mengerti."
Bima tersenyum dan mengangguk mendengar nasihat ibunya. Dirinya begitu yakin pada Seruni, gadis itu datang setelah bertahun-tahun hilang. Pulang saat dirinya baru saja terluka oleh penolakan. Apalagi yang dia ragukan? Bima berani melakukan apapun untuk mewujudkan cinta masa kecilnya.
Dering ponselnya bergetar. Sebuah pesan LINE dikirim oleh Seruni. Bima tersenyum penuh arti. Setelah mengecup pipi ibunya, Bima berjalan menuju kamar sambil mengetik balasan pesan.
Bima yakin kali ini cintanya tidak akan bertepuk sebelah tangan.
***
"Lo ngapain pagi-pagi ke sini?" Lily melirik jam yang terpaku di dinding ruang tamu rumahnya. Jam enam lebih tiga puluh menit. Ucapnya dalam hati. Sepagi ini dan Bima sudah muncul di depan pintu rumahnya.
"Memangnya nggak boleh?" Bima balik bertanya. Senyum ramah melengkung di bibirnya, sebenarnya melihat sikap Lily, dirinya juga enggan tersenyum. Namun demi kelancaran pendekatannya pada Seruni, Bima juga harus membuat Lily menyukainya.
Lily mendesah. Dia merasa malu muncul di hadapan Bima. Lily masih mengenakan pakaian tidur, kaus tipis yang sudah pudar warnanya dan celana pendek setengah paha. Belum lagi rambutnya yang dikucir asal-asalan. Sebeumnya, dia tidak pernah menampakkan diri dengan penampilan seperti ini selain pada orang-orang di rumahnya. Hanya saja, keadaan yang membuatnya terpaksa harus membuka pintu dan muncul di hadapan tamu tak diundang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet Again
Teen FictionIni adalah kisah tentang Bima, Seruni, dan Lily. Bima, cowok nyaris sempurna namun kurang beruntung dalam urusan cinta. Cewek yang disukainya selalu memilih cowok lain. Seruni, gadis yang dulu selalu mengetuk pintu rumahnya pagi-pagi. Menyogok Bima...