Gadis yang paling dia inginkan tak jauh lagi dari hidupnya.
***
Pagi masih berkabut. Matahari belum muncul sempurna ketika Bima sudah siap berangkat kuliah. Kelasnya dimulai jam tujuh hari ini. Jarak yang cukup memakan waktu dan risiko kemacetan membuat Bima harus berangkat lebih pagi supaya tidak terlambat.
Bima merapatkan jaket hitam yang dipakainya. Lalu memanaskan mesin motor, sambil sesekali melirik rumah bercat putih gading yang terletak persis di hadapan rumahnya. Hanya jalan komplek yang memisahkan, namun pagar-pagar tinggi yang membatasi membuat jarak itu terasa jauh. Bima memerhatikan rumah itu, katanya keluarga Seruni dan Lily pindah ke sini, tetapi rumah itu tampak sepi. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana.
Bima mendesah saat rasa rindu yang telah lama terkubur dalam hatinya kembali naik ke permukaan. "Seruni...." diucapkannya pelan-pelan nama gadis itu. Setiap libur semester tiba, Seruni dan keluarganya akan berlibur di Bandung. Selama dua pekan penuh, hari-harinya akan diwarnai oleh dua gadis kakak-beradik, Seruni dan Lily.
Tahun-tahun yang telah berlalu tidak secuilpun membuat Bima lupa pada kedua gadis itu. Keadaan lah yang membuat Bima ingin menyerah. Cara-cara yang dia lakukan untuk menemukan keduanya, tak pernah membuahkan hasil. Tanpa melakukan apapun―saking lamanya waktu berlalu, dia sudah kehilangan harapan pada cinta masa kecilnya itu.
"Bimaaa!" teriakan gadis kecil memanggil-manggil namanya terdengar dari luar kamar, diiringi suara ketukan jari beradu dengan pintu.
Bima menyibak selimut Astro Boy yang membalut tubuhnya. Matanya mengerjap sambil melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.
"Bimaaa, ini aku!" suara itu terdengar lagi. Masih sambil mengucek matanya, Bima berjalan menuju pintu, dan memutar kenopnya dengan tidak sabar.
Cengiran gadis ompong tampak dihadapannya ketika pintu terbuka. Sepagi ini dia bahkan sudah cantik sekali. Rambutnya berhiaskan pita di sebelah kiri. Tubuhnya berbalut kaus berwarna putih. Rok pendek yang dikenakannya memperlihatkan kulit khas anak-anak yang halus dan sedikit berlemak dibagian paha. Tangannya yang montok mengamit lengan seorang anak perempuan yang umurnya dua tahun lebih besar, dan memakai pakaian serupa dengannya.
"Seruni?"mata Bima membulat. "Kamu ngapain di sini?"
"Bunda kamu ngizinin kita masuk kok," jawabnya cepat. Lily―gadis kecil yang rambutnya memakai pita ikut mengangguk mengiyakan. "Kita main sepeda yuk?"ajak Seruni tiba-tiba. Gadis kecil itu langsung menarik lengan Bima, tanpa peduli keadaannya sekarang seperti apa.
Bima menggeleng. Dia masih ingin tidur, lagipula ini hari pertama libur panjang. Ditambah lagi, semalam dia bermain lego sampai larut.
"Aku masih ngantuk," jawab Bima malas.
Seruni mendesah kecewa. "Ayo dong Bima," mohonnya sambil menarik-narik ujung piyama yang dipakai Bima. Tetapi, Bima tetap menolak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet Again
Novela JuvenilIni adalah kisah tentang Bima, Seruni, dan Lily. Bima, cowok nyaris sempurna namun kurang beruntung dalam urusan cinta. Cewek yang disukainya selalu memilih cowok lain. Seruni, gadis yang dulu selalu mengetuk pintu rumahnya pagi-pagi. Menyogok Bima...