Gadis yang dia cari, gadis yang diam-diam telah lama dia sukai ada di depannya saat ini.
***
"Lily? Seruni? Lily? Seruni?"
Bima menyebutkan nama itu berkali-kali dibawah guyuran air shower saat membersihkan tubuh. Pikirannya terbang pada kejadian tadi sore. Tidak sedikit pun dia menyangka, gadis yang ditemuinya adalah orang yang telah dia kenal di masa lalu. Pertanyaannya, gadis yang tadi itu Seruni atau Lily?
Dari penampilan dan caranya bicara sama sekali tidak dia kenali. Seruni itu sopan, ramah, sedangkan gadis tadi begitu jutek dan galak. Lily kecil yang dia kenal dulu masih polos dan penurut sama sekali tidak mencerminkan sikap gadis yang ditemuinya tadi. Apa mungkin itu anggota keluarganya yang lain? Tetapi, rasanya tidak mungkin. Batinnya.
Kenangannya kembali ke masa sepuluh tahun lalu. Meski tidak setiap hari bertemu, Bima tidak lupa pada anggota keluarga itu. Tante Mawar dan Om Hans―orang tua Lily dan Seruni. Juga alhamrhumah Nenek Indah. Tidak ada seorang pun yang tidak dia kenal dari anggota keluarga rumah itu.
Dalam hati, Bima bertanya dan menjawab sendiri pertanyaan yang muncul di kepalanya. Sudah sepuluh tahun, bahkan nyaris sebelas tahun―Bima tidak menyangka pubertas bisa menyebabkan perubahan yang begitu hebat pada penampilan seorang perempuan.
Lengan Bima mengambil jubah mandi yang menggantung pada kapstok lalu memakainya dengan tergesa. Alih-alih ke luar dari kamar mandi, dia malah berdiri di depan cermin sambil memerhatikan wajahnya sendiri. Apakah wajahnya berubah sangat berbeda dengan ketika dia masih kecil? Apakah jika mereka bertemu lagi, kedua gadis itu akan langsung mengenalinya? Apakah ada bagian dari dirinya yang memesona dan akan membuat gadis yang ditaksirnya langsung jatuh cinta?
Bima tersenyum geli, menyadari betapa konyol dan kekanakan pemikirannya saat ini. Bima tahu sekali, orang-orang jatuh cinta karena pesona kemungkinan besar akan pergi setelah pesona itu hilang. Seperti yang dia rasakan pada Yasmin. Setelah penolakan itu apakah Bima ingin mengejarnya? Sama sekali tidak. Bima memang menyukai Yasmin, tetapi tidak sedalam cinta masa kecilnya. Rasa sayangnya pada Yasmin tidak bisa mengalahkan kenangan antara dia dan Seruni.
***
Rasanya, Bima ingin segera datang ke rumah itu menemui gadis yang selama ini dicarinya. Sayangnya, tugas-tugas yang menumpuk membuat Bima harus membuang jauh-jauh keinginannya. Kuliahnya, dan tugas-tugas ini jauh lebih penting di atas segalanya. Lagipula apa yang akan dia katakan seandainya dia sudah bertemu dengan Seruni? Rasa rindu yang sudah tertimbun bertahun-tahun? Kekalutannya saat mencari Seruni? Atau perasaannya? Bagaimana mungkin Bima bisa tiba-tiba mengatakan itu, dia bahkan tidak tahu apa saja yang sudah terjadi pada Seruni selama sepuluh tahun ini.
Sambil mengisi soal-soal dalam bukunya, sesekali Bima melirik ke rumah Seruni melalui jendela kamarnya. Dia menyusun dialog hingga beberapa versi, merencanakan pertemuan yang akan terjadi nanti. Tetapi, hal pertama yang akan Bima tanyakan pada Seruni adalah penjelasannya, mengapa setelah dia pergi begitu susah dicari.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet Again
Novela JuvenilIni adalah kisah tentang Bima, Seruni, dan Lily. Bima, cowok nyaris sempurna namun kurang beruntung dalam urusan cinta. Cewek yang disukainya selalu memilih cowok lain. Seruni, gadis yang dulu selalu mengetuk pintu rumahnya pagi-pagi. Menyogok Bima...