Seruni boleh saja menganggap Bima hanya sahabat saat ini, tetapi tidak lama lagi Bima akan menjadikan Seruni kekasihnya.
Hanya miliknya dan selamanya.
***
Bima bangun lebih pagi hari ini. Pertemuannya dengan Seruni semalam, memberikan energi yang penuh dalam ke dirinya. Rasanya, apapun yang dia lakukan saat ini jadi terasa ringan. Pertemuan singkat semalam sudah mengikis rasa rindu yang dulu selalu membuatnya sesak. Namun setidaknya, kini dia merasa lebih baik. Meskipun mencintai dalam waktu yang sangat lama membuat Bima hampir kehilangan sabar pada perasaannya.
Bima menyibak gorden kamar, menatap bangunan bercat putih gading yang berada persis di depan rumahnya. Dia berharap bisa menemukan Seruni di sana. Sayangnya, balkon kamarnya tidak persis berhadapan dengan kamar Seruni. Sehingga dia tidak bisa meemukan gadis itu.
Apa-apa Seruni terus. Batinnya berbisik. Bima tersenyum penuh arti, menyadari perasaannya yang demikian kuat. Setelah perpisahan yang panjang ini, dia tidak meminta banyak hal. Bima hanya berharap semoga Seruni juga memiliki perasaan yang sama.
***
"Tumben hari ini datangnya lebih pagi," sapa Yasmin ketika mereka berjalan bersama menuju kelas.
Sebenarnya, bukan itu yang membuatnya merasa heran. Yasmin merasa sikap Bima terlihat berbeda hari ini.
Alih-alih menjawab pertanyaan Yasmin, Bima hanya tertawa tanpa suara. Seakan-akan yang dikatakan temannya itu adalah sesuatu yang lucu. Mengingat janjinya dengan Seruni, rasanya wajah Bima ingin tersenyum terus.
"Kenapa sih, kamu?" tanya Yasmin penasaran sambil menyenggol bahu Bima yang berjalan di sampingnya.
"Mau tahu aja, apa mau tahu banget?"
"Ih, sok misterius deh!"
Bima malah kembali tertawa, rasa bahagia yang menyusup ke dalam hatinya sudah membuatnya lupa akan perasaannya pada Yasmin. Dia tidak lagi peduli pada Yasmin yang menatapnya penuh rasa ingin tahu. Jika perasaan yang dia ungkapkan beberapa hari lalu masih ada, mungkin dia tak akan tega melihat Yasmin penasaran begitu.
"Punya cewek baru, ya?" Yasmin masih saja bertanya.
"Pokoknya gue lagi happy deh!" jawab Bima. Kita bukan siapa-siapa. Hatinya menegaskan. Dia merasa tak memiliki kewajiban untuk menceritakan apapun tentang Seruni pada Yasmin. Ini bukan sebuah bentuk balas dendam pada gadis yang telah menolak cintanya, Bima hanya terlalu bahagia. Hati dan pikirannya sudah terlalu penuh dengan Seruni saat ini.
Yasmin tidak mengatakan apapun lagi. Dia hanya tersenyum melihat Bima yang begitu ceria. Sebersit perasaan aneh menggelitik hatinya, entah mengapa Yasmin merasa tidak rela. Dia ingin Bima tetap mengejarnya. Dia ingin dirinya tetap jadi perempuan yang diinginkan Bima, meski dia sendiri tidak bisa berjanji untuk membalas perasaannya.
***
"Kamu kenapa sih buru-buru banget?" tanya Yasmin melihat Bima yang membereskan tasnya dengan tergesa. Buku dan jasnya dimasukkan tak beraturan, setelah ke luar dari laboratorium tadi Bima terlihat tak sabar ingin meninggalkan kampus.
"Kelihatan banget ya?" Bima balik bertanya.
"Apa?" ucap Yasmin yang masih tidak mengerti.
Bima hanya tersenyum penuh arti. Menggendong tasnya di punggung lalu pamit kepada Yasmin.
"Gue pulang duluan ya, lo kalau mau belajar di kelas jangan sendirian," ucap Bima. Dia langsung melangkah ke luar kelas tidak memberi Yasmin kesempatan untuk membalas perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet Again
Teen FictionIni adalah kisah tentang Bima, Seruni, dan Lily. Bima, cowok nyaris sempurna namun kurang beruntung dalam urusan cinta. Cewek yang disukainya selalu memilih cowok lain. Seruni, gadis yang dulu selalu mengetuk pintu rumahnya pagi-pagi. Menyogok Bima...