Aku dan Kakashi berjalan menuju kantor hokage untuk memberikan laporan tentang misi yang baru saja kami jalani. Akhirnya kami pulang setelah menyelesaikan misi yang cukup panjang selama dua minggu lebih.
"Kerja bagus, [y/n], Kakashi. Kalian mendapat dua hari libur. Nah, nikmatilah waktu libur kalian sebelum kembali bekerja!" Ucap Hokage Ketiga setelah menerima laporan kami.
Kakashi berjalan keluar ruangan dan aku mengikuti di belakangnya. Begitu kami tiba di markas ANBU, aku membuka lokerku dan mengambil pakaian ninjaku. Aku berjalan menuju toilet dan berganti baju.
Aku kembali ke loker untuk menyimpan seragamku dan Kakashi sudah mengganti seragamnya. Saat aku selesai membereskan isi lokerku, aku baru sadar bahwa Kakashi sedang menungguku.
Aku mengangkat alis, "Kau menungguku, Kakashi?"
"Kau kan penakut, memangnya kau berani kutinggalkan sendirian disini?" Dia bangkit dari bangku yang terletak diantara dua barisan loker yang berhadapan dan mulai berjalan pergi.
Aku membuat langkahku sejajar dengannya. "Tentu saja aku berani!" Ucapku kesal.
Kami berjalan tanpa saling bicara. Tiba-tiba dia menarik tanganku dan menyeretku ke bagian selatan desa, ke daerah yang tidak kukenali. Aku mulai panik, apa yang akan ia lakukan padaku?
"Hei, kau mau membawaku kemana?! Jangan berbuat macam-macam padaku!!" Seruku, mulai memberontak melepaskan pegangannya di pergelangan tanganku.
Kakashi menoleh sebal, "Siapa yang mau berbuat macam-macam padamu? Lagipula, memangnya ada orang yang tertarik dengan gadis sepertimu?" Ada kilat jahil di matanya saat ia mengucapkan kalimat terakhir.
Aku mendecih dan masih berusaha melepaskan tangannya.
"Ikuti saja aku dan jangan memberontak, [y/n]." Ucapnya, berjalan lebih cepat.
Aku mengembuskan napas dengan keras. "Baiklah, taichou." Kata 'taichou' barusan sengaja kuucapkan dengan penuh penekanan.
"Berhenti memanggilku seperti itu diluar misi." Ucapnya jengkel. Ia selalu tidak suka jika aku memanggilnya taichou saat kami tidak sedang dalam misi ANBU.
Aku hanya mengikutinya sambil menggerutu selama perjalanan. Tapi gerutuanku berhenti saat aku melihat padang rumput yang luas. Hanya ada rumput dan rumput sejauh mata memandang, sinar matahari sore membuat pemandangan di hadapan kami terlihat berwarna keemasan. Dari sini kediaman keluarga souke Hyuuga terlihat sangat kecil. Ternyata padang rumput ini terletak jauh di belakang kediaman Hyuuga.
Warna jingga matahari mulai menipis, berganti menjadi perpaduan biru dan magenta. Rumput-rumput di sekitar kami mulai kehilangan warna emasnya dan langit mulai gelap. Aku masih terpaku di tempatku.
"Ayahkulah yang pertama kali mengajakku ke sini saat aku masih kecil. Terkadang kami menghabiskan hari bersama di sini. Ini tempat yang penuh kenangan bagiku." Kakashi menatap lurus ke depan sementara aku memandangnya penuh tanya. Untuk apa dia mengajakku kemari?
"Aku hanya ingin berbagi sebagian kecil kenanganku denganmu." Ucapnya dengan senyum kecil yang bisa kulihat.
Kami tetap berada di padang rumput itu sampai bulan sabit mulai terlihat. Kakashi bangkit dan mengulurkan tangannya, membantuku berdiri.
"Kuantar kau pulang."
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Beberapa tahun setelahnya, Kakashi menjadi jonin pembimbing atas rekomendasi Guy, Kurenai, dan Asuma. Dia mempunyai tim baru dan berhasil mengatasi kesedihannya karena kematian Rin, Obito, dan Minato-sensei, meskipun masih sering terlambat karena mendatangi makam rekan setimnya.
Aku keluar dari ANBU dan menjadi tokubetsu jonin bagian interogasi bersama dengan Ibiki. Dan terkadang saat Iruka ada urusan, aku menggantikannya mengajar di akademi.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Perang Dunia Shinobi Keempat sudah berakhir cukup lama. Aku kembali ke Konoha dan mulai menjalani kehidupanku yang dulu, sebelum perang terjadi. Aku membuka toko buku yang dilengkapi tempat untuk membaca sehingga pembeli bisa langsung membaca buku mereka, atau sekedar bersantai di sana. Aku juga menjual barang-barang buatan tangan yang kubuat sendiri, ini memang salah satu hobiku.
Saat aku selesai mendata buku-buku di tokoku, aku merasa bosan dan memutuskan untuk berjalan di sekitar desa. Hal yang sudah lama tak kulakukan.
Entah apa yang membuat kakiku melangkah ke sini. Saat aku tersadar, aku sudah berada di padang rumput yang ditunjukkan Kakashi bertahun-tahun yang lalu. Ketika kami berumur dua puluh tahun dan masih menjadi ANBU.
Aku menatap hamparan rumput di depanku. Hanya ada rumput dan rumput sejauh mata memandang, sinar matahari sore membuat pemandangan di hadapanku terlihat berwarna keemasan. Sama persis seperti saat Kakashi membawaku ke sini.
Semak-semak di belakangku bergemeresak dan aku menoleh, sosok Kakashi muncul dari sana. Dia berdiri di sebelahku dan kami menatap matahari terbenam bersama-sama.
"Aku tidak ingin membagi kenanganku denganmu lagi, [y/n]." Ucapnya, menatapku lembut. "Aku ingin membuat kenangan baru bersamamu."
Aku tersenyum, "Kau tidak akan tahu sejak kapan aku menunggumu mengucapkan itu, Kakashi."
"Sejak pertama kali aku mengajakmu ke sini." Jawabnya datar, lalu membalikkan badannya dan berjalan.
Aku mengejarnya dan berseru kesal, "Kalau kau tahu, kenapa baru mengatakannya sekarang?"
Kakashi hanya tertawa kecil dan melingkarkan lengannya di bahuku, mengantarku pulang seperti saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto: Short Stories
FanfictionJust a collection of Naruto fanfics that I made (depends on my mood)