Look Like A Twin

577 63 9
                                    

Jun menghampiriku.

Ya ampun! kok aku malah salting?

Sekarang, dia duduk di sampingku. Mengatur nafasnya, dan mengipas-ngipas tubuhnya yang kepanasan dengan tangan kanannya.

Ya ampun! kok tiba-tiba mukaku panas?

Kemudian dia melihat ke arahku. Mata kami bertatapan. Astaga... aku mau pingsan!

"Hai kalian berdua!" Jun menyapa kami.

Oh, ternyata dia gak cuma ngeliatin aku. Tapi Hana juga. Hiks!

Akhirnya senyumanku lah yang menjadi jawaban dari sapaannya.

"Hei Jun! obatin tuh si Kiara.. kasihan dia" ucap Hana sambil melihat ke arahku. "

Jun menatapku. "Oh jadi namamu Kiara? murid barukah?" tanyanya. "I.. iya. Salam kenal" jawabku.

Jun tersenyum. "Salam kenal juga. Namaku Junkai. Panggil saja Jun" katanya. Aku mengangguk. "Hai, Jun!"

"Hai juga! hahah.. Oh iya, apa kepalamu masih sakit?" tanya Jun saat melihatku yang masih memijit-mijit kepala. "A.. ah tidak. Hanya tinggal sedikit saja" jawabku. Jun menggembungkan pipinya. Entah apa maksudnya.

"Kalian tahu? baru pertama kalinya aku tidak sengaja melempar bola ke arah anak cewek. Dan baru pertama kalinya aku merasa sangat bersalah setelah melakukannya. Kenapa ya?" tanyanya. Hana memutar matanya. "Ya mana aku tahu Jun.. kan kamu yang melempar" protes Hana.

Jun tertawa sendiri. "Jadi.. perlu aku bantu pijat atau aku bawa ke UKS?" tawarnya. Aku membelalakkan mataku. Memijat kepalaku? noooo.. nanti yang ada aku malah jadi kepiting rebus. Membawaku ke UKS? jangan! jangan lagi ke UKS. Masa aku harus ketemu sama penjaga UKS lagi sih? kan malu dikira sakit terus.

"Ngg.. gak usah. Makasih" tolakku sehalus mungkin. "Yakin?" tanyanya. Aku mengangguk mantap. "Lihat mataku!" perintah Jun. What? lihat matanya?

"Tidak mau!" tolakku. "Ayolah.. aku cuma ingin tahu kau berbohong atau tidak. Itu saja.." terangnya. Aku ragu-ragu.

"Sudahlah Jun.. sekali-kali kau harus ngerti cewek. Mungkin dia malu" Hana membantuku menghadapi Jun. Oh, you're my savior, Hana!

"Ya ampun.. aku salah lagi. Baiklah.. baik.." Jun pun mengalah.

Seolah ada yang membisikkan sesuatu di telingaku, tiba-tiba aku teringat hal penting yang harus disampaikan padanya.
"Ngg.. Jun, aku ingin bertanya sesuatu" ucapku.

"Ya tanyakan saja"

"Apa nenekmu tinggal di Apartemen Grand Marvelousa?"

Mendengar itu, Jun agak kaget.

"B.. bagaimana kau tahu?" tanyanya. "Aku tetangganya. Kemarin saat aku sakit, nenekmu menjengukku dan menitipkan salam untukmu" terangku.

Jun menatapku tanpa berkedip. Seolah-olah aku ini pajangan museum paling antik. Tiba-tiba bibirnya bergetar. "Kau tidak sedang bercanda kan?" tanyanya tak percaya.

"Tentu saja tidak! masa iya aku berbohong?" tukasku. "Ya ampun.. aku kangen nenek.. kapan ya aku bisa mengunjunginya?" tanyanya pada diri sendiri.

Aku menatap langit dan bergumam. "Jun.. kau enak ya masih punya seorang nenek yang sangat menyayangimu.."

Jun dan Hana yang mendengar itu menatapku.

"Kau harus banyak-banyak bersyukur kepada Tuhan karena Dia masih menganugerahimu seorang nenek yang baik. Kau tahu tidak? saat ini beliau sangat mengaharapkanmu ada di sampingnya. Nenekmu kangen denganmu.." tuturku.

Jun menyandarkan tubuhnya di senderan kursi dan termenung menyadari betapa ia terlalu fokus kepada sekolahnya dan melupakan neneknya yang tinggal seorang diri.

Aku menyentuh pundak Jun. "Kalau kau gak keberatan.. mau tidak pulang denganku kapan-kapan? nanti kita akan kunjungi nenekmu bersama-sama!" tawarku.

Mata Jun bersinar. "Eh.. kau serius?" tanyanya. "Ya. Tentu saja! sangat serius!" balasku.

"Ngg.. anu.. boleh aku ikut kalian?" tanya Hana.

Aku dan Jun kompak menjawab. "TENTU SAJA!"

Eh? saat menyadari hal itu aku menutup mulutku. Kok bisa barengan sih jawabnya?

"Cie kalian barengan jawabnya!" goda Hana yang otomatis membuat pipiku memerah. Kalau Jun sih biasa saja. Tapi tak ada yang pernah tahu isi hatinya.

.

.

.

.

"Hei, kalian!"

Seseorang tiba-tiba berteriak dari kejauhan.

Itu kan Kai!

"Hei.. Kai" balas kami bertiga. Kai berjalan makin dekat. Saat sudah sampai di hadapan kami, Kai ikut duduk di atas kursi penonton. Nafasnya kedengaran tak beraturan.

Saat melihat Jun, Kai tersenyum. "Hei Jun! lama tidak ketemu!" serunya disusul dengan high five ala anak laki-laki.

Kemudian pandangannya dialihkan ke arahku dan Hana. "Kalian berdua diminta masuk kelas oleh ketua kelas. Katanya akan ada rapat kelas lima menit sebelum jam istirahat berakhir" jelasnya.

Bukannya mengangguk, aku malah tersenyum. Kemudian tertawa kecil. Otomatis, Jun, Kai, dan Hana yang mendengarnya menatapku.

"Kiara.. kenapa kau tertawa?" tanya Jun. "Ah, tidak, hihihi.."

"Ngg.. apa ada yang salah denganku?" tanya Kai sambil memegang mukanya, takut kalau ada sesuatu di wajahnya.

"Tidak.. sungguh tidak ada yang salah. Tapi.. coba lihat. Ya ampun! kenapa kalian berdua mirip sekali sih?" tanyaku sambil memperhatikan wajah Jun dan Kai bergantian. Yang merasa di sebut segera bertatapan kemudian ikut tertawa.

"Kalian berdua tidak tahu ya kalau kami ini anak yang tertukar?" canda Jun. "Kami ini sebenarnya berasal dari ibu yang sama. Tapi sayangnya, bukan itu yang terjadi.." tambah Kai.

Hana jadi ikut tertawa. Jujur! saat aku melihat mereka berdua, aku seperti mendapat kemudahan untuk menemukan Karry. Diantara mereka, pastilah ada Karry sesungguhnya. Akan kucari tahu sendiri, dan tak ada yang boleh mengetahui misiku untuk menemukannya.

Karena apa? karena aku ingin memberikan sesuatu yang mengejutkan kepada Karry, sebagai balasan karena telah mengingatkanku akan sosok kakak paling baik yang pernah hadir di hidupku selama ini. Ya, Kak Kevin. Aku sungguh merindukannya ada di sampingku saat ini. Tapi sayang, dia takkan pernah kembali. Dan Karry seolah datang untuk menggantinya hadir dalam hidupku.

Karry, tunggu aku!

Comes To Leave (TFBOYS FANFIC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang