It's Already Late (Author's POV)

371 50 0
                                    

Jun berjalan cepat di lorong rumah sakit. Tangannya terlihat menenteng oleh-oleh yang akan diberikan pada Kiara. Senyum yang terukir di wajahnya tak pernah berhenti sejak awal ia menjekakkan kaki di tempat itu. Beberapa orang yang mungkin memperhatikan pasti akan menatap aneh padanya. Tapi Jun tak peduli. Yang penting, hari ini dia bisa bertemu dan mengecek keadaan Kiara.

Akhirnya, tibalah ia di ruang 20 dimana Kiara dirawat. Saat hendak mengetuk pintu kamar tersebut, tiba-tiba ia terpaku pada pemandangan di balik kaca di hadapannya. Segerombolan remaja sedang mengerubungi gadis yang ingin dia temui. Mereka sedang tertawa bersama sambil melahap kue.

Jun mengatupkan bibirnya melihat pemandangan itu. Dia pun berjalan sebentar ke arah tempat duduk untuk menenangkan diri. Rupanya, teman-teman Kiara tengah menjenguknya. Sebenarnya itu tak masalah jika seandainya mereka juga tak menyantap kue.

Jun menatap oleh-oleh yang dibeli dengan uang hasil tabungannya. Oleh-oleh itu berisi hal yang sama dengan apa yang sedang Kiara dan temannya makan. Oleh-oleh itu.. kue tart. Bedanya hanya pada toppingnya yang berupa ice cream.

Pasti Kiara akan kekenyangan dan tak akan memakan kuenya. Pasti kuenya hanya akan menjadi pajangan sementara selama semalam, dan baru akan dimakan pagi harinya. Entahlah akan hancur atau tidak. Sebab, kue itu bertopping ice cream dan sengaja ia belikan khusus untuk Kiara.

"Dah paman, bibi, dan Kiara! Kami pamit dulu ya, sampai jumpa!"

Jun menangkap suara ramai yang berasal dari kamar Kiara. Suara itu.. Ah, teman-temannya pasti akan segera pulang! Buru-buru ia memutar duduknya seraya berpura-pura membenarkan kemeja seragam, sambil berharap kalau tidak ada yang melihat dirinya.

Setelah dirasa agak aman, Jun memutar kembali badannya dan memastikan kalau teman-teman Kiara sudah pergi. Bagus, sekarang dia bisa bertemu Kiara!

Jun pun bersiap-siap berdiri dan mulai melangkahkan kakinya menuju ruang 20. Tapi saat itu dia tercekat karena merasa terlalu terburu-buru. Bagaimana ya? Barusan Kiara habis meladeni teman-temannya, semenit kemudian... masa iya Kiara harus meladeninya lagi?

Akhirnya, Jun pun berjalan mundur dan kembali duduk di tempat awalnya. Mungkin, tiga puluh menit lagi ia akan masuk ke ruangan itu. Ya, tiga puluh menit lagi dan dia merasa lamanya sama dengan sebulan.

Jun duduk termenung seperti anak hilang. Orang yang berjalan tampak memperhatikannya kemudian segera berlalu. Entahlah, apa yang ada dipikiran mereka tentangnya. Angin yang berhembus di lorong rumah sakit nampak membelai halus pipinya. Terpaannya yang lembut lama kelamaan membuat mata Jun memberat. Ah, kantuk tiba-tiba menjeratnya! Oh tidak, bahkan lima menit pun belum sampai! Buru-buru Jun mengerjap-ngerjapkan matanya agar rasa kantuk itu segera hilang. Tapi, sisa-sisa rasa letih akibat maraton saat pelajaran olahraga, berpikir keras saat menyelesaikan soal ulangan matematika, dan membantu Mrs. Sarah untuk membawakan buku-buku tebalnya, terlalu menggelayut dalam setiap inchi tubuhnya. Jun tak kuat. Kemudian secara tak sadar, perlahan-lahan matanya benar-benar tertutup melebihi batas waktu ia akan bertemu dengan Kiara.

Di sisi lain, gadis yang akan dia temui benar-benar sedang menunggunya datang.

-O0O-

"Hey, nak. Bangunlah! Nak, nak.." seorang satpam rumah sakit nampak menggoyang-goyangkan tubuh Jun.

Sudah dua jam lamanya anak itu tertidur di kursi tunggu. Pak satpam yang sedari tadi berjalan mondar-mandir nampak curiga padanya.

Jun yang merasa tak nyaman karena tubuhnya digoyang-goyang secara refleks langsung membuka matanya perlahan.

"Hm.. emhh.."

Dia menatap wajah pak satpam dengan bingung.

"Ada apa?" tanya Jun akhirnya.

"Sudah dua jam kau tertidur di sini," kata pak satpam itu.

Mendengar hal tersebut, Jun membelalakkan matanya.

"Apakah.. kau sedang menunggu seseorang?" tanya pak satpam sambil menatap bungkusan yang berada di pangkuannya.

Melihat pak satpam menatap bungkusan di pangkuannya, Jun tiba-tiba teringat akan kue yang ada di dalamnya. Oh, tidak! Kuenya pasti sudah hancur sekarang.

"Ah.. eh.. anu.. ya.. aku ingin menjenguk temanku di kamar 20. Tapi tadi aku tak langsung menjenguknya karena dia habis meladeni teman-temannya yang datang berkunjung. Yah.. aku takut merepotkannya."

Pak satpam itu tampak mengernyitkan dahi. "Ruang 20?" tanyanya.

Jun mengangguk. "Ya, ruang 20. Mmm.. ma'af, apa ada masalah dengan ruangan itu, pak?"

Pak satpam itu masih mengernyitkan dahinya. "Ah.. tentu tidak ada. Tapi.. rupanya kau terlambat, nak.."

"T.. terlambat?"

Mimik muka Jun seketika berubah. Apa maksud dari kata terlambat tadi? J.. jangan-jangan.. Kiara..

"Dia baru pergi tadi.." tambah satpam itu dengan nada sedih.

Apa?! Tidak, tidak mungkin ini terjadi!

Kiara? Pergi? Ya ampun... mengapa cepat sekali? Mengapa gadis baik hati itu harus pergi secepat ini? Jun sama sekali tak percaya dengan hal ini. Bahkan dia belum sempat melihat wajah Kiara yang tersenyum saat menyambutnya datang menjenguk. Bahkan dia belum sempat mengatakan kalau dia mengkhawatirkan keadaan Kiara.

Mendadak, ada sebuah cairan yang keluar dari ujung mata cowok itu. Cairan tersebut lama kelamaan menetes, dan membentuk sebuah garis di atas pipinya. Ini pertama kalinya dia menangis karena seorang wanita selain ibunya.

Kiara, ma'afkan Jun..

Comes To Leave (TFBOYS FANFIC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang