The Epilogue

529 48 3
                                    

Memang benar kata orang, bertemu dengan seorang idol ternama adalah hal yang tak mungkin. Kukira aku akan benar-benar berada satu meter tak jauh dari Wang Junkai saat di kafe kemarin. Tapi apa? Kenyataan yang terjadi benar-benar berbeda dengan ekspektasi yang diharapkan.

Usai perjumpaan dengan cowok itu kemarin, aku langsung mengurung diri di kamar saat telah tiba di apartemen. Tak terucap sepatah kata pun saat mama menanyakan keadaanku yang bersimbah air mata. Aku sangat malu dan tak berani bicara. Mulutku seolah terkunci, dan wajahku entah akan ditaruh di mana saat akan berjumpa dengan Jun esok hari.

-O0O-

Tok

Tok

Tok

Pagi itu, seseorang mengetuk pintu kamarku. Dengan keadaan pikiran yang masih setengah tidur, aku segera duduk dan saat akan bangkit dari kasur, kepalaku entah kenapa terasa sakit.

"Ya, masuk saja," kataku akhirnya.

Krieet

Orang yang tadi mengetuk pintu kini membukanya dengan perlahan.

"Kau tidak bersekolah Kiara? Sekarang sudah jam tujuh kurang lima.." ternyata, orang tersebut adalah mama.

Mataku terbelalak. "Benarkah? Tujuh kurang lima? T.. tentu saja aku akan bersekolah! Kenapa mama tidak membangunkanku dari tadi?"

"M.. ma'af, mama sudah membangunkanmu dari tadi tapi kau tetap saja tertidur. Badanmu juga panas. Apa kamu baik-baik saja?" tanya mama dengan khawatir.

"Ah.. tentu saja. Aku akan siap-siap. Mama tunggulah di ruang tamu." ujarku.

"Tapi Kiara.. buruknya lagi, mobilnya tiba-tiba rusak. Sedari tadi mesinnya hanya berdengung saja tapi mobilnya tak mau jalan.."

A.. apa? Kenapa kondisinya bisa serumit ini?

"Kenapa bisa seperti ini, ma?" aku mulai kesal.

"Ma'afkan mama, Kiara.. ini sungguh di luar dugaan.." mama tertunduk dengan penuh penyesalan.

"Yah.. baiklah. Biarkan aku pergi dengan bus saja!"

-O0O-

Jam sudah menunjukkan pukul 07.30 dan aku masih berada di dalam bus. Kepalaku terasa masih sakit dan sepertinya bertambah parah.

"Beberapa saat lagi bus akan tiba di Halte CHGS. Bagi Anda yang akan turun di sana, dipersilahkan bersiap-siap."

Sebuah suara wanita terdengar dari speaker bus. Mendengar dia menyebut nama halte tersebut, aku segera bersiap dan beranjak bangun dari kursi.

Setelah bus sampai, aku segera berjalan keluar dan berusaha berlari meski pusing di kepalaku makin menjadi-jadi.

"BRUK!"

Tiba-tiba aku menabrak seseorang. Aduh, apa lagi ini?

"Ah-ma'af.. aku tak sengaja.." ujar orang tersebut dengan panik sambil membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya. Minuman yang ia pegang terlihat membasahi baju seragamku. Lengkap sudahlah penderitaanku. Bangun kesiangan, mobil rusak, baju basah, dan ditambah rok seragamku yang ikut kotor gara-gara aku juga terjatuh. Kepalaku juga terbentur tiang rambu lalu lintas, sehingga membuatnya sedikit membengkak.

Orang yang menabrakku segera mengulurkan tangannya untuk membantu. Kemudian tanpa ba-bi-bu lagi, aku segera meraihnya.
"Ma'afkan aku. Oh, aku membawa tisu! Perlu aku bantu untuk membersihkan pakaianmu?"

Aku tak mendengar. Tanganku masih sibuk membersihkan kotoran di pakaianku, dan sesekali memegangi kepalaku yang sakit karena terbentur tiang.

"Hey, pakailah ini!"

Orang tadi tak berputus asa. Ditariknya tanganku dengan petlahan, dan diletakkannya beberapa lembar tisu di atasnya. Aku kaget dan melihat wajahnya. Orang itu juga aneh, dia ikut-ikutan menatap wajahku.

"Hey.. kamu.. aku rasa kita pernah bertemu.." ucapnya kemudian.

"Bertemu?" tanyaku heran.

"Kau tak ingat aku? Apakah kita harus berkenalan lagi? Bahkan aku masih ingat namamu kalau tak salah!" ucapnya.

Aku mengernyitkan dahiku dan merasa benar-benar tak mengerti dengan apa yang telah dia bicarakan.

"Kamu Ki.. ara kan?" tanyanya dengan agak ragu.

"Hah?"

Orang itu masih terlihat berusaha membuatku ingat dengan dirinya. Dia pun mengulurkan tangannya padaku.

"Baik, kita berkenalan lagi. Semua orang tau, namaku Wang Junkai. Kalau tak salah aku pernah bertemu denganmu di.. Jakarta. Ya, Jakarta. Situasinya mirip seperti saat ini. Kita bertemu saat kau membuat bajuku basah. Ingat itu? Tapi kini berbeda. Giliranku, yang membuat bajumu basah." Terangnya. Keren, bahkan ia masih ingat sedetil itu.

"M.. ma'af.. saat ini bahkan aku tak ingat siapa aku.."

"Hahaha.. apa kau sedanng bercanda? Kiara...? Apa ada yang salah denganmu?"

Kemudian setelah itu tak ada jawaban. Dunia seolah terasa melayang dan gelap.

-O0O-

Dokter memberikan selembar kertas hasil ronsen kepalaku kepada mama.

"Jadi, apa yang terjadi pada Kiara dok?" tanya mama dengan panik.

"Saya minta ma'af sebelumnya, kalau apa yang akan saya katakan dapat membuat Anda tak nyaman.." ujar dokter dengan hati-hati.

"Katakan saja dok. Segala resikonya akan saya tanggung.."

"Baiklah.." dokter mengambil nafas kemudian menghembuskannya perlahan.

"Putri Anda, An Qi Ran, mengalami hilang ingatan permanen akibat benturan yang amat keras. Kita bisa melihatnya pada bagian ini," telunjuk dokter mengarah pada bagian depan kepalaku yang agak sedikit membengkok.

"Ada kerusakan yang terjadi. Apakah putri Anda pernah mengalami benturan yang amat keras sebelumnya? Sebab ini agak di luar nalar. Remaja laki-laki yang mengantarnya ke sini mengatakan kalau sebelum putri Anda jatuh pingsan, ia hanya terbentur tiang rambu lalu lintas. Saya berpikir, mana mungkin amnesia terjadi jika kepala hanya membentur benda tersebut?" tanya dokter dengan nada menginterogasi.

Mama terdiam mendengar pertanyaan dokter. Beliau jadi teringat akan kecelakaan yang menimpaku beberapa waktu lalu.

"Ng.. ya, putriku pernah tertabrak mobil saat menyebrang dan itu menyebabkannya terpental. Bagian kepalanyalah yang terluka paling parah. Tapi dokter yang menanganinya tak pernah mengatakan jika putriku akan mengalami amnesia seperti ini.."

Kemudian keheningan menyelimuti mereka berdua. Tak ada yang berkata-kata, hanya bunyi mesin pendingin ruangan dan detik jarum jam yang terdengar.

Diam-diam, Karry mendengar percakapan mereka berdua dari dekat celah pintu. Dia benar-benar tak pernah menyangka kalau gadis yang telah ia tunggu selama ini akan melupakannya secepat itu..

Sungguh, dia benar-benar terlambat. Bila ada yang berkata jika dia memang datang kepada sang gadis hanya untuk membuatnya merindu dan meninggalkannya dengan keadaan terluka, itu memang benar.

Karry sungguh menyesal. Sambil bersandar di dekat pintu, air matanya perlahan menetes.

-SELESAI-

Comes To Leave (TFBOYS FANFIC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang