I remember the pictures that I forgot all this time
****
Chen mengajak Wendy pergi jalan-jalan. Mereka berhenti di sebuah cafe. Chen tak mengatakan apapun selain menatap Wendy. Mencoba mencari jawaban di wajah Wendy.
"Chen..." Panggil Wendy.
Chen langsung kembali ke dunia. "I-iya?" Tanya Chen.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" balas Wendy, memeringkan sedikit kepalanya untuk mendapat gambaran lebih jelas wajah Chen.
"Tidak ada apa-apa." Kalau mungkin, wajahnya saat ini adalah merah tomat. Ia mengalihkan wajahnya.
Terdengar suara Wendy tertawa. "Bukannya aku mau merusak mood. Tapi aku ingin bertanya sesuatu." Suara Wendy kembali serius.
"Kemana saja kau? Apa hubungan mu dan orang tuamu sudah baik-baik saja?" Tanya Wendy tak yakin dengan yang ia ucapkan.
"Orang tuaku?" Chen menoleh kembali.
"Aku punya masalah dengan mereka?"
"Kau tidak ingat?" Balas Wendy.
Chen menggelengkan kepalany tanda tak tahu. "Kalian bertengkar sehari setelah malam kelulusan karena kau tak mau menjadi insiyur, kau lebih memilih musik dan pergi meninggalkan rumah." Jelas Wendy. "Kau benar-benar tak ingat?" Lanjut Wendy.
Sekali lagi Chen menggelengkan kepalanya. Wendy tak bisa tersenyum tapi ia tahu ada sesuatu yang salah. Tapi beberapa saat kemudian ia melihat cahaya kecil di samping Chen, dan ia langsung mengetahuinya.
"Seulgi" sapa Wendy, ramah.
"Kau mengenalnya?" Tanya Chen.
"Ada alasan kenapa aku tahu soal Seulgi tapi aku tak bisa mengatakannya sekarang." Wendy kembali mengalihkan pandangannya dan meminta Seulgi untuk mendekatinya.
Wendy membisikian sesuatu yang membuat Chen bingung. Wajah Wendy kembali sedih tapi Seulgi membalas sesuatu yang berhasil membuat Wendy tersenyum. "Kau tahu sesuatu? Aku akan melanggar peraturan dan membantumu mengingat semuanya." Wendy tersenyum.
"Kau pasti bercanda." Jawab Chen.
Seharian mereka habiskan untuk menceritakan apa yang terjadi. Dan mungkin untuk sebagian orang, Neverland tak pernah nyata dan mengatakan orang yang menanggapnya ada memiliki gangguan jiwa. Tapi tidak dengan Wendy dan itu jelas membuat Chen senang, aneh, penasaran.
"Kau membawa buku biru itu bukan?" Tanya Wendy tiba-tiba.
"Kenapa?" Chen balas bertanya.
"Kau mau mengingat sesuatu bukan? Dan kau mau mengingat apa yang terjadi bukan? Aku mau menulis semua yang terjadi di buku itu supaya kau mengingatnya." Jelas Wendy.
"Apa mungkin itu akan berhasil?" Tanya Chen.
"Aku tak bisa mengatakan apapun sebelum kita melakukannya." senyum Wendy kembali terukir. Oh betapa indahnya senyum itu.
"Dan satu lagi, aku akan melakukannya jika kau mengizinkannya, aku tak benar-benar serius soal melanggar peraturan itu." Lanjut Wendy.
Chen mengangguk. "Kau serius?" Tanya Wendy lagi.
Entah bagaimana Wendy bisa memunculkan sebuah buku dihadapannya secara ajaib. Ia menuliskan semua memori yang terbuang ke dalam buku biru milik Chen.
Semua gambaran muncul satu persatu. Gambaran yang selama ini ia lupakan. Gambaran menyenangkan, menyedihkan bahkan memuakan pun ada di sana.
Chen tersenyum kearah Wendy setelah semua itu selesai. Wendy tersenyum tipis.
Tidak tahu kenapa rasanya Chen benar-benar ingin memeluk Wendy di bawah sinar bulan yang sedang menyelimuti mereka berdua.
"Selamat datang kembali, Chen." Ucap Wendy pelan di dalam pelukan Chen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peter Pan | CHENDY
Fanfiction"Melihat Ke belakang memang sulit, tapi aku tidak menyesalinya. karena aku kembali menemukanmu yang telah lama hilang di dasar memoriku."