-Harry's pov-
Sungguh, kenapa harus sandra orangnya. Kenapa disaat aku sudah melupakan sakitnya ditinggal oleh sandra, ia kembali lagi ke kehidupanku.
*flashback*
"Harry aku mau ngomong sama kamu" aku langsung menghampiri sandra lalu duduk disamping sandra. Ia lansung memposisikan tubuhnya menghadapku
"Kamu kenapa sandra? Kok mata kamu bengkak kaya abis nangis, kamu jatoh lagi ya?" Aku lihat matanya sembab seperti orang habis menangis, aku akui memang sandra adalah orang yang mudah sekali menangis karena hal hal sepele, namun untuk kali ini aku yakin ia menangis bukan karena hal yang sepele. Eentahlah, aku merasakannya.
"Maaf harry, tapi aku harus ninggalin kamu" Shock. Sangat shock. Aku diam mematung ditempat, tidak tau harus berbuat apa lagi, kau tahu rasanya ketika sahabatmu yang sangat kau sayangi berkata seperti itu dihadapanmu itu sangatlah menyakitkan, sakit.
"A-apa? You're joking right" aku memegang dagunya agar aku bisa melihat matanya, berusaha mencari kebohongan didalam matanya itu. Namun yang kulihat hanyalah kesedihan yang terpancar dimatanya, tidak seperti sandra yang kukenal, yang selalu ceria saat bersamaku.
"No i'm not harry, i'm serious" ia membuang muka, aku lihat matanya sudah berair ingin mengeluarkan air mata. Please don't, i hate seeing her crying.
"But... W-why? Tell me. Kenapa kau harus meninggalkanku? Aku tidak bisa hidup tanpamu, sandra. Sungguh" Pertahananku runtuh, aku ingin menangis sekarang juga. Kurasakan mataku mulai memanas, tak kuat menahan lagi.
"I can't tell you, i'm sorry. Maybe when we're meet again i'll tell you" aku lihat air mata jatuh ke pipinya yang berwarna kemerahan, tak lama aku merasakan air mataku jatuh juga.
"Kemana kau akan pergi?" Tak kuat menatapnya, aku membuang muka, mengalihkan pandanganku kearah rerumputan didepanku
"USA, dan tak tahu kapan aku akan pulang. Please leave me, Anggap aku bukan siapasiapamu, angap aku tak pernah menjadi sahabatmu, aku juga akan melupakanmu kok, tenang saja" Speechless. Tak tahu harus berkata apalagi, orang yang kusayangi berkata seperti itu, menyakitkan. Namun aku lihat dimatanya ia tidak tulus mengatakan kalimat itu, aku tahu ia berbohong, namun aku tidak dapat berfikiran jernih, emosiku sudah diujung kepala, siap untuk meledak.
"Apa yang kau fikirkan sandra?! Kau fikir aku akan mudah melupakanmu hah?! Apa yang kau fikirkan?! TELL ME. TELL ME THAT YOU HATE ME. TELL ME THAT YOU WON'T SEE ME. TELL ME THAT I'M NOTHING FOR YOU. TELL ME. TELL ME SANDRA!" Aku berteriak didepannya, tidak sopan memang, namun emosiku sudah todak terbendung lagi. Entah ini sejenis emosi atau rasa sedih dan kecewa yang tidak bisa diungkapkan lagi, aku tidak tahu.
"I hate you. I want you to stay away from me, i want you to forget me, and you're nothing for me" aku lihat ia meneteskan air mata sembari mengatupkan bibirnya menahan agar ia tidak mengeluarkan isakan. aku ingin sekali memeluknya dan menenangkannya, tapi yang kulakukan hanyalah diam mematung ditempat, tidak bisa bergerak samasekali
"Fine then. Bye my lovely redcheeks, i'll try to hate you, i'll try to forget you and i'll try to remember that i'm nothing for you and you're nothing for me. Thanks for everything. Thanks for being my bestfriend. Bye. Jaga dirimu baikbaik" tanpa menoleh kebelakang, aku langsung lari dari taman itu menuju rumahku, tak peduli orang orang melihatku seperti apa. Aku akan mencoba membenci dan melupakannya. Ya, aku tahu aku bisa. Aku akan membencinya cepat atau lambat. Dan sekarang aku merasakan rasa sakit yang mungkin pertanda aku membencinya dengan segenap perasaanku yang ada.
*end of flashback*
Argghh! Aku frustasi dibuatnya! Mengapa harus dia?! Banyak wanita yang lebih cantik dan lebih famous dibanding dia namun mengapa uncle simon harus memilih wanita itu! Berfikir untuk mengenalnya lagipun tidak, apalagi menjadi pacarnya. Walaupun itu hanya purapura, namun tetap saja aku tak rela dikenal sebagai kekasih dari sandra monique drake. Aku mengutuk simon cowell atas kejadian ini. Disaat aku masih tenggelam dalam fikiranku, ponselku berdering tanda telepon masuk.
"Harry's speaking"
"Vas happenin haroldd!!!" Aku mendengar suara teriakan seorang zayn malik disebrang sana
"Da apankau menelfonku? Aku sedang badmood, kau tahu?
"Where are you? Let's go to bar and have some drink"
"Now?"
"Yeah, kau menunggu apalagi? Comeon hurry uppp"
"Oke i'm on my way!" I think this night will be fun.
Sandra's POV
Aku harus berhadapan lagi dengan seorang Harry Edward Styles? Membayangkannya pun sudah begidik ngeri. Dan aku harus bertemu ia lagi dengan status sebagai pacarnya? Menjadi temannya pun tak terfikir olehku.
Mungkin kau bertanyatanya mengapa aku berkata seperti itu, sebenarnya aku yang salah, bukan harry, aku yang meninggalkannya waktu itu, aku menyuruh ia agar membenciku. Tapi hey, aku melakukannya juga demi kebaikannya, aku tak mau ia membuang waktu menungguku kembali ke london yang bahkan aku tak tahu kapan aku kembali.
Alasan aku meninggalkannya hanyalah satu, aku harus ikut orang tuaku ke USA untuk mengobati ibuku yang sakit keras. Dan ayahku berkata kita akan tinggal disana dalam waktu yang lama, berhubung ayahku juga mendapat pekerjaan baru disana. Aku tak tahu mengapa waktu itu aku tak berfikiran untuk memberitahu harry yang sebenarnya. Namun, yang terjadi biarlah terjadi kan? Walau bagaimanapun, aku tak akan bisa merubahnya.
Mungkin tuhan memberiku jalan agar aku bisa bertemu harry lagi dengan cara ini. Dan aku tahu aku tidak boleh menyianyiakan kesempatan ini, kesempatan untuk memperbaiki semuanya, kesempatan untuk memperbaiki persahabatanku dengan harry, kesempatan untuk memulai semuanya dari awal, dan kesempatan untuk mengubah harry yang sekarang ke harry yang kukenal dulu, bukan harry yang sekarang.
Finallyy!!! Maafyaa updatenya lamaa hihihi :3 I'm sorry if it's bad, it's my first fanfiction. I'll try to update asap!
I need vote and comment and promote maybe? Hehehe
YOU ARE READING
Fake Relationship ( Harry Styles Love Story )
FanfictionBagaimana jika management mengharuskan Harry Styles berpacaran dengan sahabat kecilnya? Sahabat yang dulu sempat meninggalkan Harry... Bagaimana jika Sandra juga tidak mengetahui bahwa management memaksa ia berpacaran (berpurapura) dengan seorang Ha...