Sandra's POV
Aku lihat matanya, turun ke hidungnya, lalu turun ke bibirnya. Tidak ada yang berubah. Hanya saja bibirnya... Menjadi semakin sexy, his lips so kissable. Stop it sandra! Ugh.
Ya, aku membawanya ke flatku dengan taxi. Sebenarnya, aku tak yakin membawa harry ke flatku. Pertama, karena ia sekarang seorang superstar dan flatku dari kata mewah. Kedua, karena aku masih belum siap bertemu dengannya. Awalnya, aku ingin mengantarkannya ke rumah uncle simon, namun aku fikir itu bukan ide bagus. Uncle simon pasti akan marah melihat harry mabuk seperti ini.
Aku kasihan melihatnya, sepertinya ia sangat kelelahan, entah karena pekerjaan atau fikiran, aku tak tahu. Aku tadi dibantu oleh supir tadi membawa harry ke flatku, untungnya supir itu tak mengenal harry.
Sekarang harry ada di atas tempat tidurku, tentu aku sudah menyelimutinya dan melepas sepatunya. Tak tega aku melihatnya jika ia aku taruh di sofa, lebih baik aku saja yang tidur di sofa. Gdnight harry, aku berharap kita dapat bersahabat seperti dulu.
Harry's POV
Arggh, kepalaku pusing sekali. Pasti efek dari minum terlalu banyak. Wait... Dimana aku? Aku yakin ini adalah kamar wanita, lihat saja kamarnya penuh dengan boneka boneka besar, poster robert pattinson, poster theo james, dan berwallpaper warna biru langit. Biru langit? Itu Warna kesukaan sandra. Kalau difikir-fikir, i miss her so damn much. Sebenarnya aku sudah tidak marah atau menyimpan dendam lagi padanya. Hellno, aku bukan orang yang pendendam. Namun aku tetap saja shocked jika aku harus berakting menjadi pacarnya. Ini gila, benarbenar gila.
Wait, mengapa aku jadi memikirkannya? Dan lupa akan pertanyaanku tadi, dimana aku sebenarnya sekarang? Lebih baik aku keluar kamar, siapa tahu pemilik flat ini ada diluar. Aku harap begitu.
Aku langsung berjalan kearah pintu kamar dan membukanya. Aku menengok ke kanan kiri dan mengamati setiap detailnya. Flat ini tidak erlalu besar, malah menurutku tergolong kecil. Tidak terlalu banyak barang disini. Ruangan ini berdinding biru muda namun warnanya lebih tua dari kamarnya, ada meja belajar di pojok ruangan, sofa, dan tv beserta sound system. Tidak ada yang istimewa menurutku.
Lalu aku berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Lancang memang, namun aku harus apalagi? Kepalaku terlalu pusing untuk memikirkan siapa pemilik rumah ini.
Aku berjalan ke dapur dan aku melihat sesosok wanita berambut panjang berwarna blonde, aku tak dapat melihat mukanya karena tertutup oleh rambutnya. Lalu Aku menghampirinya. Aku merasa mengenal wanita ini, tapi aku tak ingat ia siapa.
Lalu aku menyigkirkan rambutnya agar aku dapat melihat mukanya
Dan aku jatuh terduduk karena kaget, orang itu Sandra.
Sandra's POV
Sekarang jam 3 dini hari. Dan aku dan harry sedang duduk di 1 sofa yang sama. Aku tak percaya ini, sungguh. Bukan karena fangirling, namun aku bahagia karena dapat melihat harry lagi, i miss him so much.
Ini awkward, tak ada yang memulai pembicaraan. Ya, aku terbangun karena ada seseorang yang menyentuh rambutku, dan dia adalah harry. Unbelievable, right? Yeah.
"Hazz i'm sorry, aku tak bermaksud lancang membawamu ke flatku, namuk aku melihat kau pingsan dan aku tak-"
"Sudah, tak apa. Maaf sudah merepotkanmu, aku akan pulang nanti pukul 7, aku sudah telfon louis untuk menjemputku"
"I'm sorry harry"
"For what?"
"For everything i've done to you. I.. I... I'm sorry harry" aku sudah tak kuat membendung air mata ini lagi, aku biarkan menangis didepan harry, aku tak peduli, mungkin ia akan berlari keluar flat dan meninggalkanku? Aku tahu, aku sudah meninggalkannya, lalu dengan mudahnya aku meminta maaf kepada harry? I'm such a loser.
Harry diam. Dan aku masih terus terisak. Ku lihat matanya berkaca-kaca. Aku tak tahu harus berbicaa apalagi ke harry.
"Maaf harry aku harus meninggalkanmu, ibuku sakit dan harus dirawat di USA dan ayahku mendapat pekerjaan baru di USA. Maaf harry, maaf" Aku semakin terisak ketika mengatakan itu semua ke harry, berat mengatakan ini semua, sungguh.
Harry's POV
Melihatnya menangis itu sungguh tak bisa dibayangkan rasanya. Seperti teriris-iris. Aku sangat ingin memeluknya dan menenangkannya namun aku tak bisa. Aku hanya diam ditempat tanpa berkata apapun. Aku adalah pria bodoh.
"Kau bilang kau ingin aku untuk melupakanmu dan kau akan melupakanku, but why?" Akhirnya aku dapat mengeluarkan katakata. Sangat sulit, sungguh.
"Karna aku ingin kau tak memikirkanku. Agar kau bahagia. Agar kau dapat mencari sahabat yang hanya bisa meninggalkanmu. Maka dari itu aku berencana menyakiti hatimu waktu itu agar kau dapat melupakanku. Maafkan aku harry. Maaf. I'm so stupid. I'm so sorry harry" Aku tahu pandangan mata itu, ia tidak sedang berbohong. Ia jujur. Aku merasa bersalah padanya, sungguh. Aku tak tega melihat dia seperti ini. Walaupun aku sudah lama tidak bertemu sandra, tapi tetap saja melihatnya menangis adalah hal yang paling kubenci dari dulu. Bahkan aku tak menyadarinya bahwa aku masih benci melihatnya menangis sampai sekarang.
Yang aku lakukan hanya memeluknya dan aku ikut meneteskan beberapa tetes air mata. It's the first time aku menangis karena wanita. Aku menenangkannya dengan cara memeluknya, lalu mencium puncak kepalanya. Persis seperti dulu.
"It's okay hun, i forgive you. But i can't trust you like before. Aku butuh waktu untuk mempercayaimu"
"Aku berjanji hazz akan berusaha membuat keadaan seperti dahulu kala. Maafkan aku hazz. I'm sorry, i'm so sorry"
Dan kita tetap pada posisi seperti ini sampai matahari terbit. Aku harap ini adalah permulaan yang baik untuk persahabatanku dengannya. Really, i miss this moment.
Finally! I'm sorry for late update, huft. Tell me, it's bad or good? Aku butuh saran dari kalian semua yaa ;;) I need vote and comment pleaseee!

YOU ARE READING
Fake Relationship ( Harry Styles Love Story )
FanfictionBagaimana jika management mengharuskan Harry Styles berpacaran dengan sahabat kecilnya? Sahabat yang dulu sempat meninggalkan Harry... Bagaimana jika Sandra juga tidak mengetahui bahwa management memaksa ia berpacaran (berpurapura) dengan seorang Ha...