Sandra's POV
"Siapa namamu nona?"
"Apakah kau pacar dari Harry Styles?"
"Bagaimana dengan hubunganmu dengan model cantik Cara Delevgne, harry?"
"Harry please answer it"
"Harry... Harry... Harry"
Astaga, there's so many paparazzi, cameras, and directioners in here. Dan harry tak membawa bodyguardnya, just great. Great harry. Pasti harry tidak akan memperkirakan situasi seperti ini, kau tahu? Ini masih jam 8 pagi, dan ini hari minggu. Aku tak habis fikir dengan mereka. Tidak ada lelahnya mengikuti One Direction kemanapun. Aku jadi berfikir, wajar saja Justin Bieber pernah mendorong paparazzi seperti itu, ternyata rasanya seperti ini. Percayalah, kau pasti akan merasa kesal jika kau terus diikuti kamera yang ukurannya besar dan lensa-nya sepanjang botol minum itu.
Oh god, untuk menghirup oksigen saja susah, apalagi berjalan. Jujur saja, aku takut dengan suasana seperti ini. Mungkin harry juga takut, bisa dirasakan dari tangannya yang semakin erat menggengamku. Kuakui, mengenggam tangan harry membuatku sedikit merasa aman disini. Namun tetap saja aku merasa takut, ini kali pertama aku ada dalam kerumunan orang sperti ini.
Aku hanya bisa menatap kakiku tanpa melihat kamera. Aku tak tahan dengan flash kamera itu, membuat mata sakit. Tetapi aku lamalama merasakan perih di tangan kiriku dan begitu kulihat ternyata benar saja, pergelangan tanganku berdarah, dan darahnya tidak sedikit. Aku harap harry tidak menyadarinya. Namun sepertinya tuhan tidak mendengar doaku, harry melihat pergeangan tangan kiriku yang bedarah, aku memberikan tatapan i'm-okay-styles namun sepertinya harry tahu aku berbohong.
"What happened with your wrist?! Oh shit it's bleeding!" Aku melihat kekhawatiran terpancar dari matanya. Inilah yang aku tak suka dari harry, terkadang ia berlebihan dalam menyikapi suatu masalah. Lihat saja ini, aku hanya terkena luka goresan, memang darahnya lumayan banyak, namun aku tak akan mati karena tergores, kan?
"i'm okay harry, don't worry about me, ini hanya luka kecil" Aku mencoba tersenyum namun tak bisa, aku hanya bisa menggigit bibir bawahku agar aku tak mengeluarkan suara karena sakitnya pergelangan tanganku ini. Harry mencoba mencari siapa pelakunya, namun karena keadaan yang sepeerti ini, mungkin susah mencari pelakunya. Mungkin aku hanya tergores oleh paparazzi atau directioners saja. Tak ada yang perlu di khawatirkan sebenarnya.
"Shutup. ini bukan luka kecil" Dan yep, harry marah padaku. Bad day ever.
"Everyone, listen. Her name is Sandra, she's my old friend, but now she's my girlfriend. Can you just move a bit? She's bleeding rght now!" Tanganku lagsung diangkat oleh harry, aku langsung meringis kesakitan. Dan ketika itu pula para paparazzi berhenti mengoperasikan kameranya, mungkin karena suara harry yang menunjukkan sekali bahwa ia marah. Kau tahu, jika harry sudah marah, suaranya akan berubah pelan namun mencekam, dan sorot matanya menjadi sangat tajam. Ibuku pernah berkata bahwa laki-laki yang baik dan tidak pernah menunjukkan kemarahannya pada orang lain, pasti akan menyeramkan sekali jika ia marah. Dan ternaya itu benar, lihat saja harry, ia jarang marah namun jika ia sudah marah, ia akan menjadi sesosok pria yang amat menyeramkan. Seperti sekarang ini. Dan betapa terkejutnya aku, semua orang langsung minggir dan memberikan kami jalan, layaknya berjalan kedalam istana.
"We're going to basecamp now. Jangan membantah." Jujur saja, aku takut melihat harry yang seperti ini. Menyeramkan.
Selama perjalanan menuju basecamp, kami tidak mengobrl sedikitpun. Ya, awkward. Kulihat ekspresi wajahnya masih menunjukkan bahwa ia masih marah atas kejadian tadi. Sebenarnya harry marah karena apa? Karena luka di tanganku? but why? mengapa ia begitu perhatian padaku? mungkin ini hanya beentuk tanggung jawab saja? karena ia mengetahui bahwa aku adalah keponakan Simon Cowell.
YOU ARE READING
Fake Relationship ( Harry Styles Love Story )
FanfictionBagaimana jika management mengharuskan Harry Styles berpacaran dengan sahabat kecilnya? Sahabat yang dulu sempat meninggalkan Harry... Bagaimana jika Sandra juga tidak mengetahui bahwa management memaksa ia berpacaran (berpurapura) dengan seorang Ha...