Sandra's POV
Aku sangatlah menyukai udara dingin dipagi hari kota london. Maka disinilah aku, berdiri dibalkon sembari memegang cangkir berisi teh panas yang sekarang sudah tak dapat aku bilang teh panas lagi. Perdebatan yang terjadi 1 jam yang lalu sungguh menguras fikiran dan batinku. Terutama dengan sikap harry yang sangat pencemburu itu.
Aku masih tidak percaya atas sikap pencemburu harry yang terlalu berlebihan. Apabila kau berfikir bahwa aku beruntung atas sikap harry yang seperti itu, kau salah besar. Memang, aku sudah mengenalnya dari semenjak kami kecil, tapi seiring berjalannya waktu, sikap manusia pasti berubah, ditambah lagi kami baru bertemu setelah sekian lama, dan aku dihadapkan dengan perubahan sikap harry yang seperti ini. Perubahan sikap harry inilah yang menganggu fikiranku, aku masih perlu menyesuaikan diri dengan 'the new harry' yang sangat overprotektif itu.
"Hai, jangan melamun di pagi hari seperti itu. Lihat, teh-mu yang tak kau sentuh sedikitpun sampai menjadi dingin seperti itu." Aku segera menoleh ke sumber suara dan aku mendapati shirtless liam. Aku bisa menebak ia baru saja keluar dari kamar mandi, terlihat dari rambutnya yang basah . Sebut aku wanita paling beruntung didunia, karena aku dapat melihat liam dengan kondisi seperti ini haha.
"Aku mendengar keributan tadi pagi di taman belakang, ada apa sebenarnya?" Tanyanya, mendadak aku terdiam tak bergerak, tak dapat berkutik samasekali. Bingung aku harus menjawab apa.
"Baiklah jika kau tidak ingin bercerita, aku tak memaksa. But listen, harry is really love you. Aku tak pernah melihat cara ia menatap perempuan sama seperti cara ia menatap mom Anne, dan itu terjadi disaat ia menatapmu. Ia menatapmu sama seperti ia menatap mom Anne dan Gemma, aku dapat melihat ketulusan yang ada di matanya. Aku harap kau bisa sabar menghadapinya, aku yakin ia akan berubah cepat atau lambat, dan kuncinya ada di kau, ingin merubah ia menjadi lebih baik atau justru sebaliknya, i trust you, we trust you." Wow. Just wow. It make me speechless. Sesayang itukah harry padaku? Jadi itu yang membuat ia menjadi protektif? Ya, aku tahu alasannya pasti karena ia tak mau kehilanganku untuk yang kedua kalinya, namun hatiku masih menolak untuk mempercayai harry, mengingat harry terkenal dengan image 'flirty ass'. Namun begitu liam berkata seperti itu, aku merasakan adanya sedikit kepercayaan yang mulai terbangun dihatiku ini.
"Really? I've never noticed before. Jujur saja aku masih ragu padanya, entahlah. Melihat perubahan emosinya yang membuatku sangat kaget, perubahan tingkah lakunya, dan perubahan gaya hidupnya membuatku berfikir tidak ada lagi the old harry. Semua diganti dengan the new harry yang membuatku harus menyesuaikan diri lagi, karena yang aku kenal adalah harry yang dulu bukan yang sekarang." Aku berbalik badan menatap liam yang shirtless ini.
"But... Can you survivr for him? I mean, bisakah kau berusaha untuk mengenalnya lagi? Menyesuaikan perubahannya? Please, harry needs you, we all know that" Liam menatapku dengan tatapan yang -well- takbisa diartikan. Tatapan memohon mungkin.
"But if i survive for him, but he doesn't survive for me. Ini tak akan berhasil" It's the truth, right?
"Kau tahu kan harry seperti apa sekarang? Aku yakin ia sedang berusaha untuk mengendalikan emosi dan sikap cemburunya. Aku yakin itu. It means he's survive for you. Please. Kalian samasama berusaha disini, untuk beradaptasi dengan perubahan diri kalian masing-masing. And i'm sure it'll work. Beside, we'll help you and harry. Okay?"
"Yeah. Aku akan berusaha semaksimal mungkin" Dengan begitu, liam berjalan masuk kedalam basecamp.
"Liam" Aku memanggilnya, lalu dia menoleh, menaikkan alisnya as usual.
"Thanks" Lalu dia hanya tersenyum dan kembali masuk ke basecamp, sebelum ia menutup pintu, ia menolehkan kepalanya kearahku.
"Itu gunanya sahabat kan?" Ia terkekeh lalu masuk ke basecamp. Meninggalkan aku sendiri dengan berbagai macam fikiran dan hanya ditemani oleh secangkir teh yang belum kusentuh, ternyata sudah dingin. Huh.
Harry's POV
Aku berniat untuk jogging keliling basecamp, lalu aku melakukan pemanasan didepan basecamp, saat aku melihat keatas -ke balkon lebih tepatnya- aku melihat sandra yang sedang melamun seperti memikirkan sesuatu. Tanpa berpikir panjang aku langsung memanggilnya.
"Sandra, come here" Ia langsung melihat kearahku, kebingungan.
"What?"
"Cmon, let's walking around" Setelah kurang lebih 10 menit aku menunggu, akhirnya sandra pun siap, lalu kami berjalan berdampingan menikmati udara pagi di kota london. Hening pun tak dapat kuhindari, fikiranku terlalu fokus dengan kejadian pagi tadi, oh god, i feel like an asshole, bagaimana bisa aku bisa memiliki sikap pencemburu seperti itu? Ya memang, aku seperti itu karena aku tak mau kehilangan sandra lagi, but it doesn't make sense. Seharusnya aku tak bersikap seperti itu tadi.
"Ehem" Sandra berdehem, membuat fikiranku kembali.
"What?" Aku bertanya sembari menengok ke arah sandra yang memang berada disamping kiriku.
"Nope. It's just... It's awkward you know?" Akupun tertawa setelah melihat ekspresi sandra ketika ia berkata seperti itu, dia seperti anak kecil berumur 5 tahun yang sedang bertanya kepada ayahnya. It's cute but it's funny at the same time.
"Hahaha yeah i know. I just think about my bad character. I can't handle it. It just... You have to know that i'm being overprotective because i'm afraid of losing you again... You know when i lose you, it feels like there's no sunshine in my life again, and i can't control it. But i'll try my best to control and handle it. Just be patient and believe me that i can do it... For you." Refleks aku memegang tangannya dan kugenggam erat-erat agar ia tahu bahwa aku bersungguh-sungguh dengan perkataanku. And then, she looks at me, in the eyes.
"I believe in you, and please teach me how to love the new harry, and i'll teach you how to love the new sandra"
"I would love to teach you. So you're my student, eh?" Iapun tersenyum lalu tertawa dengan perkataanku barusan, membuatku ikut tertawa dibuatnya, but then she kissed me, on-the-cheek. Dan aku hanya bisa terdiam mematung, mencerna apa yang baru saja terjadi.
"It's not enough, you know" sandrapun menoleh dengan tatapan bertanya.
"I mean, i want you to kiss me. On the lips" setelah sandra sadar maksudku barusan, iapun memukul bahuku dengan mainmain.
"Pervert"
"But you like it, right? Hahaha" ia hanya cemberut lalu berjalan mendahuluiku
"Hey hey don't get mad at me, aku hanya bercanda tadi" aku berjalan mengejar sandra, ia masih menampilkan tampang badmoodnya
"Oh cmon i'm just kidding. Forgive me?" Aku memasang puppy face. Menjijikan memang. Tapi aku tahu sandra tak akan tahan jika aku menunjukkan my puppy face look
"Okay okay, you already know my weakness is, your puppy face" akupun hanya tersenyum lalu berjalan sembari merangkul sandra, namun tanpa diduga di taman aku bertemu dengan seseorang yang betul-betul tak aku ingin temui, namun semuanya terlambat.
Perempuan itu berlari kearahku dan sandra.
Oh crap. This shit is going to be real.
HAIIIIII JUMPA LAGIIII, maaf yaa lama updatenya :( benerbener gaada ide buat nulis, ditambah sibuk banget belakangan ini :( maafin yaa, author gatau diri emang ya gue :"""
Mulai skrg gue janji kok bakal update terus :") hehehe
VOTE AND COMMENT JANGAN LUPA
DON'T BE SILENT READERS OKAYY? MUACHHH :*
YOU ARE READING
Fake Relationship ( Harry Styles Love Story )
Hayran KurguBagaimana jika management mengharuskan Harry Styles berpacaran dengan sahabat kecilnya? Sahabat yang dulu sempat meninggalkan Harry... Bagaimana jika Sandra juga tidak mengetahui bahwa management memaksa ia berpacaran (berpurapura) dengan seorang Ha...