Dua

529 10 0
                                    

Tera menutup presentasi Manusia dan Kesenian Indonesia dengan sempurna. Pembahasan makalah Tera hari ini tentang kebudayaan Indonesia yang masih belum dikenal masyarakat luas juga tentang kehidupan sosial penduduk Indonesia yang berada di pedalaman.

Tidak sia-sia ia mempersiapkan matang-matang makalahnya sampai harus keluar masuk perpustakaan di Kampusnya. Seusai mata kuliah Manusia dan Kesenian Indonesia, Tera diminta untuk menemui dosennya, Bapak Suwito.

"Silahkan duduk Jantera." Ujar Pak Suwito mempersilahkan Tera untuk duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Makasih Pak..." Ujar Tera lembut, "Jadi... ada apa Pak??" Tanya Tera dengan lembut.

"Sebentar ya... Saya mau kasih sesuatu untuk kamu. Tapi sambil menunggu saya, saya minta soft copy makalah kamu tadi di flashdisk saya ya." Ujar Pak Suwito dengan bijak sambil menyodorkan benda kecil itu.

Tera menerimanya lalu segera menyalakan notebook-nya dan meng-copy makalahnya tadi.

"Ini yang akan saya kasih untuk kamu." Ujar Pak Suwito sambil menyodorkan map karton berwarna kuning kehadapan mahasiswanya.

Tera mengerutkan alisnya bingung, "Ini saya buka sekarang apa nanti Pak???" Tanya Tera dengan penasaran.

Pak Suwito tersenyum hangat, "Kamu buka saja sekarang... Jika kamu berniat, ada yang bisa kamu bawa pulang." Jawab Pak Suwito.

Tera membuka map kuning itu, matanya terbuka lebar melihat isi dari map kuning itu, menatap kearah Pak Suwito yang sudah tersenyum hangat dan kembali menatap isi map itu.

"Pak... ini kan National University of Singapore..." Gumam Tera dengan gemetar sambil membuak buku pedoman milik universitas dari Negara Singa tersebut.

Pak Suwito mengangguk pelan dengan terus bungkam. Membiarkan mahasiswinya membaca halaman demi halaman buku pedoman itu. Sedangkan Tera, matanya masih berbinar membaca buku pedoman itu dengan wajah terperangah.

Pak Suwito berdehem meminta Tera untuk menghentikan aktifitas tidak percayanya secara tidak langsung,

"Jadi gini Jantera, saya dengar kamu sempat mengikuti ujian beasiswa di NUS fakultas Art and Social Sciences tapi kamu gagal. Benar??" Tanya Pak Suwito dengan tenang.

Tera hanya mengangguk dengan wajah datar. Pak Suwito tersenyum, "Di tiga kelas mata kuliah tadi yang saya pegang memang saya kasih tema tentang kebudayaan Indonesia. Dan saya tertarik dengan makalah punya kamu." Ujar Pak Suwito yang masih menimbulkan kebingungan untuk Tera.

"Saya diberi kesempatan untuk mengajukan mahasiswa saya di mata kuliah manusia dan kesenian untuk mengikuti program beasiswa di NUS. Dan saya akan mengajukan kamu untuk ikut beasiswa Sarjana disana." Sambung Pak Suwito dengan tenang namun terdengar mempercayai Tera.

Tera hanya melongo dengan apa yang ia dengar dari dosennya ini, "Bapak serius?? Dari tiga kelas bapak kenapa mesti saya??" Tanya Tera yang masih tidak percaya.

"Karena makalah kamu berbeda dari mahasiswa saya lainnya. Ya Cuma saya yang tahu lasannya." Jawab Pak Suwito yang kembali membuat Tera melongo kembali.

Pak Suwito terkekeh melihat ekspresi Tera yang terlihat kaget, "Begini, saya tidak akan meminta kamu untuk menyetujui saya mengajukan kamu sebagai kandidat saya untuk beasiswa di NUS. Tapi saya akan kasih kamu waktu untuk berfikir selama 3 hari." Jawab Pak Suwito dengan mantap.

Tera kembali melongo mendengar penjelasan Pak Suwito panjang lebar, "Tiga hari Pak??" Tanya Tera dengan kaget.

Pak Suwito mengangguk, "Iya. Selama tiga hari kamu memikirkan keputusan kamu, saya akan mengoreksi ulang makalah kamu." Jawab Pak Suwito,
"Kamu bisa bawa buku pedoman NUS untuk jadi bahan pertimbangan kamu. Bagaimana???" Tanya Pak Suwito dengan santai.

Bianglala Story ⭐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang