Lima

243 8 0
                                    


Tera hanya menangis didalam taksi yang ia tumpangi setelah ia lari dari Dito dan Rida. Ada rasa sakit namun ada rasa menyesal. Apa selama ini Dito hanya mempermainkan dirinya saja, apa sebenarnya alasan Dito melakukan hal ini. Tera melirik ponselnya dilihatnya beberapa panggilan tak terjawab dari Rida dan Dito. Namun setelah itu keduanya tidak menghubungi Tera lagi.

Tera menuju arena pelatihan renang di daerah Jakarta Selatan. Sudah pasti tempat yang ia tuju tempat latihan Reno. Tera membayar taksinya dengan lembaran uang sertus ribu. Tak peduli supir taksi memanggil dirinya karena kembaliannya ia abaikan. Tera benar-benar kacau.

Tera mencoba menghubungi Reno namun tak dijawab oleh si pemilik nomer itu, Tera memasuki area kolam renang itu dengan mata sembab dan tidak karuan, "Ada Zerano?" Tanya Tera pada salah satu perenang yang ia jumpai saat akan masuk kedalam.

"Oh disitu, baru selesai latihan kalau nggak salah." Jawabnya. Tera mengangguk.

Tera mencari Reno yang masih belum ia temui. Sudah hampir 10 menit ia tidak melihat sosok Reno. Mata Tera berhenti di tepi kolam renang ketika melihat laki-laki yang ia kenal sedang menutupi tubuh perempuan yang ia kenal dengan handuk yang sudah ia bawa ketika perempuan itu keluar dari kolam renang. Ya, Tera melihat Reno dan Hanum yang sedang berjalan ke tempat istirahat mereka. Terlihat keduanya sangat dekat, bahkan beberapa kali Reno merapihkan rambut Hanum dan mengacak-acak poni Hanum yang basah.

"Tera!!!" Panggil Julia yang tidak jauh berada disamping Hanum membuat Reno dan Hanum melihat kearah Tera.

Tera terdiam, tubuhnya seakan membeku membuat kedua kakinya beku nyaris tak bisa gerak. Bibirnya masih bungkam, tak ada senyum yang ia ulaskan diwajahnya, lidahnyapun kelu benar-benar nyaris bisu entah harus mengeluarkan kata-kata apa. Namun air matanya yang tak ia sadari sudah menetes begitu saja. Tera benar-benar sudah tidak bisa menahan air matanya yang sudah mendesak ingin keluar dari pelupuk matanya. Perlahan Tera berjalan mundur, namun matanya tak lepas dari Reno yang sama terdiam melihat kehadirannya. Tera tersenyum kecut lalu membalikkan tubuhnya berjalan meninggalkan tempat itu.

Hatinya hancur, tera mengutuk dirinya sendiri yang menyesali kenapa ia harus ada ditempat itu. kakinya sudah benar-benar lemas. Tera merogoh ponselnya, dicarinya nomer Hp seseorang yang akan ia hubungi. Namun niatnya ia urungkan. Dito.

"Jantera !!" Panggil Reno dari belakang sambil menarik tangan Tera dengan cepat.

Tera menunduk enggan memperlihatkan wajahnya yang masih menangis, "Gue balik aja Ren. Harusnya gue nggak ada disini." Ujar Tera sambil mencoba melepaskan genggaman tangan reno di sikunya.

"Tera, lo kenapa sih??! Liat gue Ra!!" Bujuk Reno dengan nada sedikit tinggi.

Tera menatap mata Reno dengan kedua matanya yang masih menangis, "Puas??" Tanya Tera, "Harusnya gue tau, kalau sekarang gue nggak bisa dateng bebas ke tempat latihan lo. Harusnya gue bilang dulu kalau gue mau kesini." Tutur Tera dengan gemetar.

Reno terdiam, cengkraman tangannya di lengan Tera ia lepas perlahan, "Maaf Ra..." ujar Reno pelan namun Tera masih bisa mendengar ucapan permintaan maaf Tera.

"Lo nggak perlu minta maaf. Gue sendiri yang salah, harusnya gue bilang dulu kalau gue mau kesini seenggaknya pas lo tau gue kesini lo bisa jaga perasaan gue. Ah, gue lupa. Kita kan Cuma temen. Nggak lebih." Ujar Tera dengan mata yang masih berkaca-kaca lalu beranjak meninggalkan Reno.

"Kalau emang temen, kenapa lo harus pake nangis waktu liat gue sama Hanum??" Tanya Reno dengan nada sedikit tinggi.

Tera menghentikan langkahnya lalu berbalik kearah Reno, "Lo mau tau???" Tanya Tera tegas, "Karena gue terlalu menganggap lo lebih dari temen ! karena gue terlalu berharap lebih dari lo tapi gue selalu lupa kalau lo Cuma anggap gue temen. Puas??!" Jawab Tera dengan nada sedikit menekan.

Bianglala Story ⭐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang