Enam

239 7 0
                                    

Usaha Reno untuk membujuk Tera masih terus ia lakukan. Hari ini seminggu setelah kepulangan Tera dari rumah sakit Tera masih tidak mau keluar dari rumahnya. Siang ini Reno datang membawa coklat kesukaan Tera.

"Hai Ra..." Sapa Reno saat melihat Tera yang sedang duduk di taman rumahnya. Tera terdiam tak menjawab. Reno duduk disamping Tera lalu membuka kotak coklat untuk Tera, "Gue bawain ini buat elo Ra..."Ujar Reno sambil menyodorkan coklat Fererro Rocher kesamping Tera.

Reno membuka satu coklat bulat itu lalu memberikan kehadapan Tera, "Gue bukain satu ya. Ini favorite lo Ra." Ujar Reno dengan nada sedikit gemetar.

"Cukup Ren..." Gumam Tera dengan bergetar.

Reno tak memperdulikannya, dia malah berjongkok di hadapan Tera dan terus menyodorkan coklat untuk Tera, "Gue bilang cukup Dit !!" Ujar Tera yang langsung bungkam ketika dia menyebutkan nama yang salah.

Hatinya mencelos ketika menyebutkan nama Dito kemana dia sudah beberapa hari ini. Bahkan ketika Tera dirawat di rumah sakit tempat ia magang Dito tidak muncul ke ruangannya. Bukankah Dito di departemen mata, tapi kenapa ia tak datang menemuinya.

Tera bangkit dari duduknya meninggalkan Reno, "Mata lo nggak bisa bohong. Perasaan lo Cuma buat Dito." Ujar Reno dengan nada pilu namun ada keyakinan.

Tera menghentikan langkahnya, "Apa yang lo tau dari mata orang buta Ren." Jawab Tera pelan namun menusuk. Tera kembali melangkah dengan tongkatnya menuju kamarnya yang berhadapan langsung dengan taman rumahnya meninggalkan Reno yang masih menunggu jawaban dari dia. Sebenarnya Reno tidak perlu untuk menunggu jawaban dari Tera, karena memang sudah jelas jawaban dari Tera tanpa ia harus mengatakannya.

******

Dito baru keluar dari ruangan operasi dengan langkah gontai. Sudah hamper 12 jam dia berada di rumah sakit. Ia bercermin menatap dirinya yang memakai jas dokter, tatapan kedua matanya sayu. Ia sadar sudah beberapa hari ini dia mencoba lari dari kenyataan tentang kondisi Tera. Ia kembali berjalan menuju departemen mata untuk membuat catatan asuhan keperawatan.

"Gimana operasinya??" Tanya Sasta saat melihat Dito yang sudah duduk didepannya dengan wajah lelahnya.

Dito menatap Sasta sekilas, "Ya gitu... katarak sama glucoma." Jawab Dito dengan datar.

Sasta menyodorkan sebotol pocari sweat kearah Dito, "Minum dulu biar adem." Ujar Sasta lembut.

Dito menatap pocari sweat itu agak lama, senyum kecutnya kembali terlukis diwajahnya, "Thank's Sas." Ujar Dito lalu mengambil minuman pemberian SAsta.

"Permisi Dok, ada yang mau ketemu sama Dokter Aditio." Ujar perawat itu dengan sopan kepada Dito.

Dito tersenyum ramah, "Adit aja. Saya belum resmi jadi Dokter." Ujar Dito, "Siapa yang mau ketemu saya ??" Tanyanya lagi.

"Saya lupa nanyain. Tapi banyak yang bilang dia atlet renang Dok eh Mas Adit." Jawab perawat itu.

Dito tersenyum kecut mendengar siapa yang sudah menunggunya didepan, atlet renang sudah pasti itu Reno, "Saya kedepan dulu ya. Titip catatan askep saya ya Sas." Ujar Dito pamitan kepada Sasta dan perawat tadi.

Dito berjalan santai menghampiri Reno yang sedang menunggu dirinya, "Ada apa??" Tanya Dito yang langsung duduk disamping Reno namun member jarak diantara keduanya.

Reno menoleh kesamping kanannya melihat Dito yang menatap lurus kedepan, "Mau sampe kapan lo sembunyi dibalik jas dokter lo?" Tanya Reno dingin.

Dito tersenyum sekilas, "Sembunyi gimana maksud lo??" Tanyanya ketus.

Bianglala Story ⭐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang