Delapan

277 8 0
                                    

Tera duduk di salah satu bangku bagian keberangkatan luar negeri dengan wajah tidak bersemangat. Beberapa kali kakinya ia adukan dengan lantai ruangan tunggu itu. Dan beberapa kali juga ia menghembuskan nafasnya dengan berat.

Hari ini keberangkatan dia ke Singapore, tapi sampai hari ini sudah hampir satu bulan Dito tidak menghubungi Tera, tidak ada telepon dari Dito, Dito sendiri juga tidak datang kerumahnya.

"Ra..." Ujar Reno yang membngunkan Tera dari lamunannya. Reno tahu betul siapa yang Tera tunggu sekarang.

"Dia beneran nggak dateng ya... Dokter yang dampingin gue ke Singapore bukan Dito ya Ren..." Ujar Tera dengan nada pasrah.

"Udah gue coba ngehubungin Dito masih susah Ra..." Ujar Reno dengan putus asa. Bukan putus asa karena menghubungi Dito, tapi keputus asaan karena ia tahu siapa yang ada di hati Tera kini.

Walau dengan berat meninggalkan kota Jakarta siang ini, Tera akhirnya melangkahkan kakinya untuk berangkat ke Singapore dengan kedua orang tuanya dan juga ditemani oleh Reno. Reno yang memang kebetulan ada kompetisi renang di Singapore dengan senang hati menemani gadis itu walaupun ia tahu jika sebenarnya yang Tera harapkan saat ini adalah Dito.

******

Tera melangkahkan kakinya masuk kedalam Rumah Sakit mata yang terkenal di Sngapore dengan langkah gontai. Hari ini setelah dirinya tiba di Negara Singa itu ia segera diminta untuk melakukan beberapa pemeriksaan sebelum dirinya melaksanakan operasi kornea mata.

Tera dan Reno duduk disalah satu bangku ruang tunggu usai pengambilan darah. Kedua orang tua Tera yang sedang mengurus tempat penginapan di salah satu apartemen yang dekat dengan Rumah Sakit, menitipkan Tera kepada Reno untuk menunggu hasil cek darah Tera selesai. Tera menyandarkan kepalanya ke bahu Reno sambil menarik nafasnya berat. Reno sudah tahu pasti siapa yang membuat Tera putus asa seperti ini.

"Ra... Mau gue beliin sesuatu ??" Tanya Reno dengan hangat.

Tera menggeleng, "Nggak tau Ren, belum kepikiran mau apa. Lo mau ke arena renang jam berapa???" Tanya Tera yang tahu jika sahabatnya ini dua hari lagi akan mengikuti kompetisi renang seluruh Asia Tenggara.

Reno sedikit stress melihat Tera yang nyaris tidak ada semangat untuk sembuh, "Paling Malem Ra. Tim gue kan baru nyampe malem." Jawab reno mengingatkan Tera jika dirinya berangkat terlebih dahulu dari teman-temannya.

Tera mengangguk seadanya, "Hujan ya Ren?" Tanya Tera ketika mencium bau tanah akbat terkena guyuran hujan.

"Iya hujan..." Jawab Reno dengan hangat, "Ra... gue ke café seberang dulu ya. Lo mau gue beliin coklat panas??" Tanya Reno lembut.

Tera mengangkat kepalanya dari bahu Reno, "Boleh... Jangan lama-lama ya Ren..." Pinta Tera dengan nada memelas.

Reno tersenyum sambil mengacak-acak poni Tera, "Siap boss. Lo jangan kemana-mana ya..." Ujar Reno diiringi anggukan dari Tera seadanya.

Bosan hanya duduk dan mendengar suara hujan, Tera melangkahkan kakinya sembari membawa tongkatnya menuju teras samping Rumah Sakit. Tera tersenyum kecil ketika angin hujan menerpa wajah putihnya. Namun tidak lama, seseorang mengambil tongkat dari tangan Tera membuat gadis itu tersentak kaget.

Tera berbalik dengan pelan sembari tangannya mencari-cari orang yang mengambil tongkatnya, "Siapa??" Tanya Tera dengan gemetar.

Tak ada jawaban.

"Siapa lo???!" Tanya Tera dengan nada sedikit menjerit dengan mata berkaca-kaca, "Reno..." Gumam Tera dengan gemetar dan ketakutan.

Sesorang yang mengambil tongkat Tera tadi memberikan sebarang coklat cadburry ke tangan Tera yang sudah gemetar, "Kenapa sampe keringet dingin gitu sih." Tutur orang itu yang tak lain adalah Dito.

Bianglala Story ⭐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang