Malam minggu ini Dito mengajak Tera untuk naik bianglala di pasar malam dekat rumahnya. Tera yang asalnya malas-malasan akhir mengiyakan ajakan Dito karena Dito sudah datang langsung ke Rumahnya.
Tera sempat mengeluhkan jika masih gerimis, namun Dito tetap bersikeras untuk mengajak Tera keluar mala mini.
"Kenapa sih kamu?? Tanya Nata pada adiknya yang melihat Tera hanya menggunakan pakaian seadanya tidak seperti biasanya
Tera yang hanya mengenakan celana jogger berwarna coklat tua dengan atasan kaos oblong hitam biasa memakai sepatu tepleknya dengan malas-malasan,"Lagi nggak mood aja Kak.." Jawab Tera malas. "Lagi berantem sama Dito ??" Tanya Nata membuat kedua bola mata Tera menatap kakaknya malas.
"Enggak. Udah ya, aku pergi dulu." Pamit Tera pada kakaknya. "Jangan malem banget ya Ra pulangnya." Ujar Nata mengingatkan kepada adiknya dengan sedikit tegas karena kedua orang tuanya sedang ada dinas diluar kota jadi Nata mengambil alih semua untuk menjaga adik semata wayangnya.
"Jangan cemberut dong Ra..." Rajuk Dito saat mellihat Tera keluar dari rumahnya dengan wajah yang tidak bersahabat.
Tera hanya melirik Dito sebentar, "Udah ah buruan." Sahut Tera sambil terus melangkah ke pintu penumpang Toyota Fortuner putih milik Dito.
Dito hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal segera masuk kedalam mobilnya. Selama perjalanan keduanya sama-sama bungkam. Dito yang memang sudah tipe pria pendiam dan dingin bingung harus memulai obrolan dari mana.
Dito juga mulai depresi karena sikap temannya sedari tadi berubah. Mereka nyaris tak ada obrolan, hanya tarikan-tarikan nafas berat yang terdengar. Dito memarkirkan mobilnya di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Kali ini pasar malam tujuan mereka di arena parkir mall tersebut.
Keduanya masih sama diam sampai akhirnya Dito menari nafasnya pelan, bagaimanapun juga ia harus memulai obrolan dengan Tera.
"Lo kenapa sih Ra. Dari pas di rumah sampe disini sampe tadi dijalan lo kayak yang males jalan sama gue. Ya sori kalau gue tadi kesannya maksa buat ajak lo keluar, tapi kalau emang lo nggak mau juga ya nggak apa-apa. Sekarang kalau lo diem gini gue juga jadi bingung sama males juga." Ungkap Dito blak-blakkan.
Tera menarik nafasnya berat lalu menatap Dito dengan intens, "Lo males jalan sama gue??" Tanya Tera serius.
Dito menghembuskan nafasnya dengan cepat dan memalingkan pandangannya kearah lain, "Salah deh gue ngomong. Lo lagi PMS kali ya makanya sensitive banget." Ujar Dito sambil memainkan ponselnya,
"Bukan males Ra... Ya sekarang kalau diem-dieman gini juga jadi nggak enak-kan." Tutur Dito lagi sambil menatap Tera.
"Elo juga, kelamaan nyuekin gue. Seminggu ah 2 minggu malah nggak ngajak gue jalan. Sibuk banget." Jawab Tera sambil menekan tombol dipintu mobil Dito membuka jendela mobilnya.
Dito tersenyum mendengar jawaban dari bibir Tera, "Jadi lo ngambek nih sama gue gara-gara gue sibuk banget. Jadi kangen nih sama gue???" Goda Dito sambil mencubit pipi Tera dengan asal.
"Sakit!!" Pekik Tera lalu menyingkirkan tangan Dito dari wajahnya, "Iya ! gue ngambek, habis lo nggak nanya gimana makalah gue dan lain-lain." Jawab Tera lagi dengan wajah kesalnya.
Dito tertawa keras mendengar pengakuan dari Tera soal rasa kesalnya, "Sorry deh Ra... Gue bener-bener sibuk sama kecapean banget Ra.. Gue di UGD sering diajak ikut observasi pasien bedah. Yaudah deh, sekarang gue tebus deh. Lo bebas mau minta apa aja. Mau makan kalap juga gue kabulin." Ujar Dito lagi.
"Bener ya. Yaudah kalau gitu turun, kita naik bianglala. 3 kali putaran." Ujar Tera lalu turun dari mobil Dito.
"Terajana!! Gila lo naik 3 kali bianglala. Lo nggak malu sama anak kecil nanti yang pada ngantri apa??!" Cegah Dito yang juga menyusul Tera yang sudah berlari kearah kerumunan orang yang akan masuk ke pasar malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bianglala Story ⭐
Teen FictionKadang hal yang paling menyakitkan itu adalah saling menunggu, saling mencintai, saling menyukai tapi tak ada yang berani mengungkapkan hingga tempat yang sudah teramat spesial digantikan oleh orang baru .