「3」 Fix Him

2.2K 246 11
                                    

Aku bingung ingin membalas apa. Otakku berpikir keras. Sekarang pandangannya beralih dari menatapku lalu ke luar jendela.

Aku memejamkan mataku sekilas. Lalu beralih menatapnya.

"Cameron?"

Dia menoleh.

SUMPAH! DIA MENOLEH!

Dan seketika sekujur tubuhku kaku. Bukan hanya karna dia menoleh. Tapi dia menoleh tanpa memakai kacamatanya. And yes! Aku bisa melihat jelas seorang Cameron Dallas dari dekat. Kuulangi, DARI DEKAT.

"Apa kamu benar Cameron Dallas?" tanyaku dengan bahasa inggris.

Dia tertawa kecil, lalu mengangguk. "Awalnya kukira kamu tidak akan menyadari kehadiranku." jawabnya.

"Ya, awalnya tidak. Tapi sekarang... Ya. Aku menyadari kehadiranmu, Cameron."

Aku tersenyum canggung. Lalu aku menawarinya minuman tapi dia menolak.

Dia menarik nafas lalu membuangnya perlahan. "Aku tidak tahu daerah Jakarta dan aku tidak tahu penginapan apa yang akan aku tinggali selama 3 hari kedepan."

Aku hanya menyimak sambil membaca majalah.

Dia menatapku miring.

"Kenapa?" tanyaku

"Kau tidak tahu maksudku?"

Aku menggeleng cepat. "Tidak."

"Okay. Maksudku, aku butuh tempat tinggal selama beberapa hari kedepan."

Aku diam. Mencerna baik-baik perkataannya. Lalu aku menyilangkan kedua tanganku membentuk tanda 'x' sambil menggeleng cepat.

"Tidak!Tidak! Kau tahu, jika mamaku tahu, aku tidak bisa membayangkan apa reaksinya."

"Jadi maksudmu aku harus tidur di jalanan?begitu?"

Aku mengedikkan bahu dengan acuh.

"Oh ayolah! Hanya untuk beberapa hari saja! Aku akan menggantinya! Aku janji!" Cameron menyodorkan jari kelingkingnya ke arahku.

Aku mendesah. "Baiklah. Tidak lebih dari seminggu kan?"

Dia mengangguk dengan cengiran khasnya. Jari kelingkingku berpelukan erat dengan jari kelingkingnya.

"Deal."

~

"Jadi, ini apartemenmu dan abangmu ?" tanyanya setibanya kami di apartemenku.

Ya. Tentu aku punya apartemen sendiri. Apartemen sederhana ini merupakan buah hasil dari jerih payah aku dan abangku dulu. Kami dulu pernah jatuh miskin. Aku dan abangku terpaksa sekolah sambil bekerja. Kami bekerja apa saja. Membantu tetangga, hingga menjadi pengamen semua kami lakoni demi sepeser rupiah. Umur aku dan abngku hanya terpaut 10 tahun. Garis bawahi kata 'hanya' nya ya.

Aku mengangguk, mengiyakan pertanyaan Cameron tadi.

"Lumayan,"

Cameron membanting badannya ke sofa empuk di depan tv. Sedangkan aku mulai membereskan kamar tidur untuknya.

"Oh iya, siapa namamu? Dari tadi kau curang, aku belum mengetahui namamu, tapi kau sudah." katanya dengan mata terpejam.

"Panggil saja, Achel." jawabku seadanya.

"Achel? Nama yang aneh,"

Bruk!

Aku melempar bantal tepat di wajahnya.

"Kau hanya tamu, tuan." ujarku

Dia tertawa lebar. "Dan tamu adalah raja, achel."

3 Days with Cameron DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang