epilogue

1.6K 163 12
                                    

ACHEL kembali tertidur dengan menengkurepkan badannya di kasur. Achel selalu susah diatur. Terlebih jika ia dibangunkan dari bunga tidur nya. Abangnya, Rey, sampai-sampai dibuat susah akibat ulahnya yang susah disuruh bangun.

"Ayolah, Achel! Kamu sudah membuat tamu-tamu Papa berhasil ngaret hanya karna menunggumu bangun" Rey berusaha keras untuk mengangkat Achel dari tempat tidurnya. Tapi tangan kanan Achel malah bertengger ria di ujung kasur. Membuat Rey susah payah mengangkatnya.

Rey mendesah sebelum akhirnya dia menyerah. "Ya terserah sih. Aku tidak akan meneraktir kamu di Cafe lagi."

Achel langsung bangun dan menahan pergelangan Rey yang hendak pergi.

Achel menyengir. "Siap kak! Aku akan mandi habis ini dan berpakaian rapi! Tapi tolongーjangan pernah berhenti meneraktirku di Cafe ya,"

"Yaudah gih sana!"

Achel segera meraih handuk dan berlari menuju kamar mandi. Dan ketika mandi, mimpinya tadi tiba-tiba teringat olehnya. Achel sendiri bertanya-tanya, siapa dalang dibalik mimpinya tadi. Achel merasa sangat mengenali wajahnya dikala ia sedang bermimpi tadi. Tapi saat dia membuka matanya, bahkan dia tidak mampu menerawang lebih lanjut mimpinya itu. Padahal, Achel sangat yakin di mimpinya itu ada seorang pemuda tampan yang kalau tersenyum mampu melelehkan banyak hati wanita.

Hingga lamunan Achel buyar saat suara Papa kini ikut memanggilnya. Achel segera keluar dan berganti pakaian. Mama menyuruhnya untuk memakai dress merah muda yang Mama belikan untuknya minggu lalu. Rey menuntun Achel ke bawah, ruang tamu, dimana tamu-tamu Papa menunggu.

"Kak Rey, emangnya tamu papa itu siapa sih?" tanya Achel, penasaran.

Rey tersenyum, "Nanti kamu juga tahu."

Lalu Rey membiarkan Achel untuk menuruni anak tangga sendiri. Achel sendiri heran, kenapa Rey tidak ikut turun dengannya?

Mata Achel terbelalak. Saat mengetahui siapa tamu-tamu Papa itu.

"Hello Achel! Im Aaron Carpenter. I guess you know who i am, right?" kata Aaron dengan menyengir lima jari. "And i am not alone. Hey guys! Come in! Achel's here!"

Dan seketika pintu rumahnya terbuka. Menampilkan Magcon Family masuk.

Achel menutup mulutnya seiring Cameron masuk sambil membawakan bunga untuknya.

Oh Tuhan! This is just a dream! This is just a dream! But no! This is not a dream! It's real! Cameron, Aaron, dan semuanya disini! Dirumahku! Sepertinya dewi fortuna berpihak padaku kali ini!

"Achel? Kamu baik-baik saja?" tanya Papa Achel yang melihat Achel berdiri tegang dalam diam menatap satu-persatu Magcon dihadapannya.

"Rachel, bunga ini untukmu," kata Cameron sambil memberikan Achel satu bucket bunga mawar warna-warni favorit Achel. Dengan hati-hati, Achel menerimanya.

"Terimakasih," Achel berusaha tersenyum walau agak kaku sebenarnya.

"Sama-sama." Cameron tersenyum. Demi apapunーAchel bersemu. Tampaknya dia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Magcon disini.

Cameron, Aaron, Mahogany dan Taylor, keempat anggota magcon family itu disini. Di rumah seorang gadis biasa, sederhana, yang hobi menggambar, dan diketahui bernama Rachel Alexis.

3 Days with Cameron DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang