1.4K 164 4
                                    

((Achel Points of View.))

Hari ketiga. Hari ini harus menjadi hari yang menyenangkan! Ya! Harus! Karena kalian tau apa? Ini hari ketiga Cameron di Jakarta. Dan malam nanti, Cameron balik ke Amerika.

Entah kenapa, belakangan ini, saat-saat Cameron hadir di kehidupanku, aku merasa sangat hidup. Jujur, aku tidak pernah merasakan hidup seperti ini sebelumnya. Aku hanyalah seorang Achel yang terkenal alim dan culun di sekolah. Bahkan teman - teman sekolahku tidak tahu kalau aku adalah Magcults. Kalian tahu Magcults kan?

Pagi ini aku bangun lebih dulu dibanding dia. Malam ini- aku akan balik ke rumahku. Maksudku, ini kan apartemen abangku. Mau sampai kapan aku disini? Sampai Rey tau kalau aku bawa orang asing ke apartemennya? Itu tidak mungkin.

Aku menggoncangkan badan Cameron. "Cam! Hey! Bangunlah sinting!"

Cameron mengulet sebentar. Matanya masih terpejam. Padahal aku suka sekali melihat manik hazel nya itu. Tapi sayang, manik hazel itu tidak menampakkan diri.

"Cam! Nanti kalau kesiangan kita gabisa keliling Jakarta!" kataku

Cameron membuka matanya. Akhirnya ya Tuhan! Makhluk ini bangun juga!

"Jam berapa sekarang?" tanyanya

"Masih jam 6 pagi. Udah sana sarapan!Ada roti panggang tuh!" kataku

Mata nya yang sedari tadi 1 watt kini menjadi 100 watt. Cameron berlari menuju meja makan. Matanya berbinar-binar saat tahu aku bukan bikin roti panggang saja. Tapi juga nasi goreng dengan telur, susu dan aneka cemilan.

Cameron menatapku dengan pandangan sulit diartikan. "Thanks babe!" katanya.

Cam langsung mengambil posisi makan. Dia hampir saja memasukan sesuap nasi goreng ke dalam mulutnya. Tapi dia malah menoleh ke arahku dan mengajakku makan bersamanya.

"Go ahead, im not hungry." kataku

Iya gue ga laper. Karena gue udah makan jauh sebelum lo bangun.

Cameron melahap dengan asik sarapannya. Nasi goreng - susu - roti - dan snack kentang pun dihabiskan olehnya.

Setelahnya kita langsung berangkat ke tempat yang akan kita kunjungi.

Pertama, kita mengunjungi Kota Tua.

"Achel! Aku mau memboncengimu! Ayo naik sini!" kata Cam sambil menepuk bangku belakang sepeda.

Tungguーsepeda?

"Neng, bayar dulu neng kalo mau naik." kata seorang bapak tua kepadaku.

Aku menanyakan nominalnya lalu membayarnya.

Aku menoleh ke samping. Ke tempat yang seharusnya Cameron berada. Tapi dia tidak ada.

"CAM!!" kataku sambil berlari menyusul Cameron yang sudah menggenjot sepeda lebih dulu dan meninggalkanku.

Kita disana lumayan lama. Aku lupa waktu jika sudah bersama Cameron.

"Kita kemana selanjutnya?" tanya Cam

"Ke tugu api yang besar yang merupakan ciri khas Jakarta."kataku.

Dan kami pun pergi menuju Monas menggunakan Kereta Api Indonesia. Kami turun di stasiun Juanda lalu menyambung angkot hingga kami sampai di Monas.

Aku membeli 2 tiket masuk ke dalam monas. Di dalam Monas, aku belajar banyak pengetahuan di masa lalu. Cameron sibuk melihat-lihat aneka diorama.

Setelahnya kami berjalan tidak jauh dari monas. Ya. Kami berjalan-jalan di sekitar monas. Di halamannya. Ada banyak sekali pedagang asongan.

"Achel! Look!" kata Cameron sambil menunjuk ke arahーondel-ondel.

"Itu apa?" tanyanya

"Itu namanya Ondel-ondel. Semacam arak-arakan dalam budaya betawi."

Cameron bergumam 'oh' ria. Padahal aku tahu, dia sama sekali tidak mengerti yang aku ucapkan tadi. Tapi dia tidak mau membuatku tersinggung, jadi dia mengiyakan perkataanku.

"Itu namanya ondel-ondel, cam. Biasanya dipakai kalau ada acara sebagai arak-arakan. Kamu tahu badut?"

Cameron mengangguk.

"Ya seperti itulah. Semacam badut cuma lebih efisien lagi dan sangat trending di Indonesia."

"Oh! Aku mengerti! Terimakasih Achel."

Aku melirik jam tanganku. Masih pukul 11 siang.

"Cam"

"Yes honey?"

"Mau ke dufan?"


.

3 Days with Cameron DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang