11

1.5K 176 15
                                    

SETELAH setengah jam dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai di tujuan. Apartemen Achel. Mereka langsung masuk ke dalam dan mengambil barang-barang Cameron. Tetapi saat mereka baru tiba di apartemen, seseorang mengetuk pintu apartemen. Achel sempat panik, tapi Cameron menenangkannya.

"Masalahnya, kalau aku ketahuan bawa orang ke dalam apartemen, aku bisa di laporkan ke orangtuaku atau bahkan pihak wajib."

"Tidak mungkin. Kamu harus berfikir positif. Masa iya ada orang setega itu? Lagipula aku akan segera balik. Sudah biar aku yang bukakan pintunya" kata Cameron sambil membukakan pintu untuk orang itu.

Saat pintu itu dibuka, nampaklah seorang pemuda berawakan tinggi mapan dan tampan yang menatap Cameron dengan tatapan penuh tanya.

"Who are you?"

Cameron menyengir ria. Sebenarnya dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat itu. Dan dia juga tidak tahu siapa orang yang dihadapannya sekarang ini.

"Rey?" kata Achel yang tiba-tiba sudah berdiri tepat di depan Cameron.

"Chel, dia siapa?" tanya Rey sambil menunjuk ke arah Cameron.

"Kamu tentu tahu siapa dia, rey."

"Cameron? Cameron Dallas?" Pemuda yang dipanggil 'Rey' itu melempar tatapan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang ini.

Cameron tersenyum sambil melambai pelan ke arah Rey. "Halo" kata Cam.

"Oke. Kita ga punya waktu banyak. Rey, lo bawa mobil lo kan kesini?" kata Achel

"Ya. Dan ada di parkiran bawah."

"Bagus! Sekarang lo anterin gue dan cam ke bandara!"

"Baiklah."

Cameron segera mengambil kopernya dan memakai jaketnya.

"Ayo."

*

Rachel Points of View.

Perjalanan dari apartemenku menuju bandara cukup memakan waktu. Aku hanya takut kalau-kalau Cameron ketinggalan pesawat. Disatu sisi, ya aku takut akan itu. Tapi entah disisi lain, justru aku menginginkan itu terjadi. Aku ingin Cameron tinggal lebih lama disini. Ya. Di sisi ku. Karena aku merasa sangat nyaman di sisi nya.

"Kita sudah sampai"

Perkataan Rey tadi membuat lamunanku buyar seketika. Aku menatap sekeliling. Ternyata kita sudah sampai. Tapi Rey malah membawa kami ke parkiran. Dasar abang yang jenius!

Aku segera turun dan membantu Cameron untuk mengeluarkan koper dari dalam bagasi mobil.

"Lo ikut?" tanyaku pada Rey yang sedang asik bersandaran di mobil sambil merokok.

"Boleh?" tanyanya

"Menurutmu saja" kataku.

Aku dan Cameron langsung masuk ke dalam bandara diikuti Rey. Di dalam, Cameron langsung check-up dan ternyata pesawatnya sudah tiba dari setengah jam yang lalu. Dan sekitar 15 menit lagi, pesawat itu akan lepas landas. Cameron menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Antara sedih dan bahagia.

"Aku senang bisa balik ke Amerika." katanya sambil tersenyum padaku.

"Dan aku akan sangat merindukanmu setibanya aku disana nanti." lanjutnya.

3 Days with Cameron DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang