「4」 Damn Cameron!

2.1K 232 20
                                    

Sinar mentari siang menyelusup masuk ke jendela apartemen Achel. Disana tampak Achel sibuk merapikan seisi apartemen, dan Cameron hanya bersantai menonton televisi.

"Achell! Chell!!" seru Cameron.

Achel datang dengan wajah kesal. "Apa?"

"Tolong benarkan antena nya! Aku tidak bisa menonton gara-gara antenanya!"

Achel menuruti. Ia menggeser antena ke kanan-kiri.

"Udah bagus blom?"

Cameron mengacungkan jempolnya. Tapi saat Achel melepasnya, gambarnya kembali bersemutan.

"Achel! Gimana sih! Jadi jelek lagi tuh!" ketus Cameron

Achel kembali mengatur antena tv. Tapi selalu saja sama. Ketika ia lepas, gambarnya kembali tidak jelas. Cameron kembali memarahi Achel. Akhirnya Achel memegangi terus antenanya.

"Nah begitu lebih baik." kata Cameron senang.

Achel mendesah. "Aku tidak bisa sepanjang hari seperti ini, Cam!"

Achel kembali melepas pegangannya pada antena.

"Chel! Jadi jelek lagi tuh!"

"Bodo ah! Aku mau jalan-jalan dulu! Bye!"

Achel berjalan keluar dari apartemennya.

"Hey!Tunggu! Aku mau ikut!!"

Cameron memakai topinya dan segera menyusul Achel.

***

Aku bisa pusing kalau tinggal lebih lama dengan Cameron! Ini bule gatau untung apa! Udah tinggal gratis di rumahku! Sekarang makan dan minum juga minta gratis pula! Lihat aja sekarang ini. Dia nubruk mengerumuni abang gulali!

"Achel! I want that one!" pinta Cameron dengan wajah memelas khas nya itu.

Karena aku gak tega liat dia, akhirnya aku mengeluarkan kantongku dan memberi kepada abang gulalinya selembar 5 ribu.

"Bang buat cowok ini satu ya!" ujarku.

"Nih," Abang gulali tadi memberikan Cameron sebuah gulali besar.

Dan dia segera melahapnya dengan nafsu menggebu-gebu.

Aku menatap dia dengan pandangan yang sulit diartikan. Aku yakin kalau aku yang menghabiskannya sudah pasti aku akan sakit gigi dan sakit perut.

"Kenapa? Mau?"

Aku menggeleng kearahnya.

"Yasudah. Aku habiskan ya,"

"Silakan,"

Dan benar saja. Dia menghabiskan gulalinya! Oh Tuhan! Dia makan rakus sekali. Kelaparan atau apa sih sebenarnya dia itu?

Setelahnya aku mengajaknya untuk duduk di salah satu bangku didekat kami.

"Cam, aku punya list yang rencananya ingin kulakukan bersama orang yang  tidak dikenal," kataku

"Jadi kamu gak kenal aku gitu?" tanyanya dengan tatapan sinis.

Aku segera menggeleng. "Bu-bukan itu maksudku"

"Lalu?"

"Maksudku, dengan orang baru. Orang baru kukenal atau baru kutemui,"kataku. "Kamu contohnya."

"Memangnya seperti apa list mu itu?"

"Seperti melakukan hal-hal gila yang tidak terbayangkan,"

Tiba-tiba Cameron berdiri. Dia mengambil balon yang dipegang oleh anak balita. Sesaat kemudian balita itu menangis kencang. Sangat kencang.

"Seperti ini?" tanya Cameron

Aku menutupi wajahku dengan tanganku sambil menggeleng-geleng.

Astaga cam! Kamu malu-maluin aku banget!

Kemudian Cameron mendatangiku sambil memegangi lengannya.

"Kau kenapa?" tanyaku.

"Ibu dari anak kecil tadi memukulku dengan koran tebal," ujar Cameron sambil sesekali meringis.

Aku tertawa. "Hahaha! itulah akibat dari ulahmu itu!"

Dan kemudian Cameron ikut tertawa bersamaku.

3 Days with Cameron DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang