Hari pertama ia kembali ke sekolah berjalan dengan baik. Sampai tiba di sekolah barunya, Rikha bagaikan alien yang datang ke planet lain. Semua mata memandangnya. Namun dengan ketidakpeduliannya Rikha terus berjalan menuju kelasnya seakan hanya ia sendiri yang berada di sekolah ini. Terdengar bisik-bisik dari segala penjuru sekolah dan pandangan seluruh penghuni sekolah masih tertuju ke arahnya.
"Jadi itu dia? Cewek depresi yg ditinggal cowoknya trus sekarang dia duduk sebangku dengan Rakha? Sialan tuh cewek!" Rikha mematung mendengar nama itu, Rakha. Dengan satu nama itu ia yang tadinya tak peduli dengan sekelilingnya, kini ia mulai mencari sumber suara tadi. Apakah ia salah dengar bahwa ia akan duduk sebangku dengan Rakha? Rakha-nya kah?
Dengan segera Rikha mencari sumber suara itu, Rikha menatap cewek yang masih saja mengoceh bersama temannya. Dengan segera ia menghampiri cewek tersebut. Cewek dengan pakaian yang kekecilan itu nampak terkejut dengan Rikha yang menatapnya dengan kilatan tajam.
"Lo tau dari mana gue bakal sebangku sama Ata, hah?!" Rikha tanpa sadar mengucapkannya dengan nada membentak, tangan nya terkepal menahan semua gejolak yang ada.
"Ata? Rakha kali bukan Ata. Lagian siapa sih yang gak tau, kalo lo bakal sebangku sama Rakha? Hellow! Semua orang juga tau kali," cewek itu malah menjelaskan dengan gaya yang centil dan menyebalkan. Tak lupa ia juga balas menatap tajam Rikha.
Tanpa banyak bicara lagi, kakinya berderap menuju kelasnya. Rikha ingin memastikan apakah benar ia akan sebangku dengan Ata. Ia tau, memungkinan teman sebangkunya adalah Ata sangatlah kecil namun bolehkah ia sedikit berharap?
Saat di depan pintu kelasnya,Rikha langsung mendapat tatapan tajam dari seluruh penghuni kelas-yang sebagian besar terdiri atas kaum hawa. Rikha mengernyit, Apa lagi ini? Batinnya.
Dengan segera ia duduk di bangkunya, samping bangku itu kosong. Mana Ata? Katanya Ata bakal duduk sebangku sama gue? Batinnya merasakan kecewa, ia merutuki kelakuan konyolnya tadi.
Tak lama bel pun berbunyi disusul dengan guru yang memasuki kelas dengan membawa beberapa buku pelajaran. Guru tersebut menyusruh Rikha memperkenalkan diri. Saat Rikha mengenalkan diri pada seluruh teman sekelas, ia langsung mendapat tatapan tajam dan menghina secara terang-terangan. Namun ia tak mempedulikan itu semua. Setelah acara pengenalan singkat tersebut, pelajaran dimulai seperti biasa.
Sampai seluruh pelajaran hari itu selesai, Rikha belum menemui teman sebangkunya. Cih! Dasar pembohong. Makinya kesal pada semua orang.
Mana Ata? Katanya Ata akan sebangku dengannya tapi apa? sampai pelajaran selesai Ata tak kunjung datang. Seharusnya ia tak perlu berharap lebih.
Sepulang sekolah, Rikha mengirim pesan kepada bundanya bahwa ia akan pergi dulu ke suatu tempat sebentar. Tak lama Rikha tiba di pantai, ia di sambut oleh semburat jingga di langit.
Ia pun bergegas menuju markasnya-sebuah ayunan kayu di bawah pohon yang teduh. Namun, langkahnya terhenti. Ia mematung melihat siluet bayangan itu-Ata?
Seluruh tubuhnya seakan tidak berfungsi melihat siluet yang sangat dikenalnya itu, akankah Ata akan kembali. Belum sempat Rikha berbuat sesuatu, siluet itu berdiri dan perlahan meninggalkan Rikha yang masih mematung.
Lalu, sekelebat kenangan datang menghampirinya. Ia seperti melihat sebuah film di dalam otaknya dengan tokoh utama adalah dirinya dan Ata.
Saat ia tertawa, menangis di pelukan Ata yang hangat, saat Ata menjahilinya, saat mereka bertengkar sampai saat terakhir ia bersama Ata di hari ia mengutarakan kembali mimpi-mimpinya.
Karena Rakha yang selama ini ia mimpikan adalah Ata, separuh jiwanya semenjak kecil. Dan tadi ia hampir saja berharap bahwa Ata akan kembali.
Mengingat itu Rikha terduduk di pasir pantai. Ia menangis, meraung-raung ditemani oleh langit yang mulai menggelap dan deburan ombak yang tak mampu meredam tangisannya.
Hatinya kini terasa kosong, Ia masih tak percaya bahwa Ata telah jauh disana membawa semua hatinya padahal seperti baru saja kemarin mereka bersama.
Sudah satu jam telah berlalu, air matanya mulai mengering di sapu oleh hembusan angin malam. Ia memejamkan mata, berusaha merendam semua emosinya.
Setelah merasa cukup tenang, ia berjalan menuju sebuah ayunan dan mendudukinya. Matanya memandang hamparan bintang yang berkelipan.
Triing!
Handphonenya berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk, ia mengambil benda itu di saku seragamnya. Di layar handphonenya terdapat sebuah pesan dari bunda, tapi kali ini pesan itu berbeda dengan serentetan pesan yang pernah di kirim oleh bundanya. Lagi-lagi ia tertegun, sebuah barisan kata yang membuat ia memandang bintang di hadapannya.
Rikha perlahan menampilkan senyumnya walaupun tak selebar yang dulu tapi tetap saja sebuah senyuman yang lama tak pernah ia tampilkan.
Ata, Apa itu bener?
Kriukk
Perutnya berbunyi, memang dari tadi pagi perutnya belum terisi jadi ia memutuskan akan memakan bekalnya yang belum tersentuh sama sekali.
Segera ia membuka bekalnya, di situ tertulis Ica dengan potongan sosis di atas nasinya. Ia memakan bekalnya sambil menata hatinya yang serasa di ombang ambing.
🌊🌊🌊
"Meninggalkan bukan berarti pergi, mungkin ia akan menghilang namun ingat lah bahwa ia selalu di hatimu. Ia akan pergi menjadi bintang yang selalu menemanimu dan tetap dihatimu. Oleh karena itu tetaplah tersenyum untuk bintang itu."- Bunda.
🌊🌊🌊
Jarum jam hampir menunjukkan pukul 10 malam Rikha sampai di rumah. Di depan pintu ada bunda yang menunggunya dengan senyum hangat andalannya.
Segera ia menghambur ke pelukan bundanya.
"Ikhlas nak..ikhlas. Ica harus bahagia ya untuk Ata," bunda mengelus rambut Rikha dengan lembut.Berada di pelukkan bunda membuat hatinya sedikit tenang.
"Udah jangan nangis, malu sama kucing." ucap bunda dengan nada bergurau."Apaan sih bunda," Rikha mengusap air matanya lalu bergegas memasuki rumahnya.
Saat memasuki kamar, Rikha akan bertekad untuk memulai semuanya dari awal. Demi Ata dan mimpi mereka.
Pagi harinya, seperti biasa ia berangkat sekolah menaiki bus tak lupa ia juga membawa kotak bekal berwarna pink dari bunda.
Hari kedua berada di sekolah barunya masih membuat seluruh penghuni sekolah menatapnya dengan sorot penasaran dan ada juga yang-benci?
Astaga sepertinya sebentar lagi akan menjadi hari-hari terberatnya.
Sampai di ambang pintu kelas langkahnya terhenti. Disana di tempat bangkunya berada, ada seorang cowok yang memiliki postur tubuh sama Ata.
ATA!!!??
Tanpa sadar Rikha menyuarakan pikirannya hingga semua mata memandang ke arahnya termasuk cowok itu. Tubuh Rikha langsung membeku begitu bertatapan dengan cowok itu.
31 okt 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Time: Dream
Teen FictionI dedicate this story for you The one who never sees the truth.