"Hai Ta, apa kabar?" Rikha mengusap pelan nisan Ata yang tertulis Rakha Atmadja. Hampir seperti namanya.
"Gue kangen sama lo, gimana? Di sana enak enggak Ta? Pasti lo udah bahagia ya di sana?" tak terasa air matanya turun membasahi pipinya.
"Gue seneng kalo lo juga seneng Ta. Eh ngapain sih gue nangis gini?" Rikha mengusap pipinya pelan.
"Ta lo tau enggak, gue udah sekolah lagi. Gue juga mau ngelanjutin mimpi gue yang sempat tertunda, lo tau kan mimpi gue apa?" Rikha tersenyum menatap nisan di depannya. Ia teringat saat mengutarakan mimpinya pada Ata.
"Di sekolah gue ada yang namanya Rakha, awalnya gue pikir lo kembali tapi setelah gue tau kalau Rakha ternyata dia beda banget sama lo. Jelas lah, mending lo kemana-mana." Rikha cekikikan sendiri, ia membayangkan Ata yang pasti akan mendongakkan kepalanya kalau tau dipuji seperti itu.
"Tapi dia ngebelin sama kayak lo. Gue abis dikerjain juga tadi. Andai lo di sini, pasti gue ada yang ngindungi." raut wajahnya berubah sendu.
Tes!
Air hujan terjatuh di pipinya, ia sempat mengira itu air matanya. Ia mendongak ke atas menatap langit.
"Lo denger gue ya Ta? Please lo jangan nangis. Gue janji gak bakalan nangis lagi kok!" ucap Rikha lirih.
"Gue pulang dulu ya, udah hujan nih! Nanti gue ke sini lagi, love you Ta," perlahan Rikha berjalan meninggalkan tempat pemakaman.
🌊🌊🌊
Langkahnya terhenti saat matanya menangkap sosok yang ia kenal, ia mengernyit heran menatap orang tersebut, dia seperti berbicara pada nisan di depannya. Dia tampak sedang menangis dan-tersenyum? Tak lama wajahnya berubah menjadi sendu.
Tes!
Air hujan perlahan jatuh dengan pasti, Rakha masih tertegun menatap dia-Rikha. Rikha tampak bergegas meninggalkan area pemakaman.
Rakha masih tidak mengerti, mengapa ia merasa sangat rindu saat melihat Rikha, emosinya memuncak ketika melihat Rikha menangis tadi. Ini..ada apa dengan dirinya? Ia sendiri tidak mengerti.
Lalu lagi-lagi kenapa takdir mempertemukan mereka? Dulu ia juga dipertemukan di pantai saat gadis itu sedang menangis, sekarang ia juga dipertemukaan saat gadis itu sedang menangis.
Kini baju Rakha sudah basah terkena air hujan yang semakin deras, ia baru tersadar kalau tadi ia melamun. Akhir-akhir ini, Ia sering sekali melamun setelah bertemu Rikha.
Rakha bergegas meninggalkan area pemakaman, ia menuju ke mobilnya lalu segera berlalu dari area pemakaman.
Dalam perjalanan handphonenya bergetar, tertulis nama managernya disana.
"Halo?!""Lo dimana sih? 30 menit lagi kita on air."
"Sorry, tadi gue ke makam opa dulu." Rakha menjawab tanpa rasa bersalah.
Dani, sahabat sekaligus menjabat sebagai manajernya hanya bisa mendesah pasrah. "Cepet gue tunggu!?" ucapnya lalu menutup teleponnya.
Rakha menginjak pedal gasnya semaksimal mungkin agar sampai di tempat tujuan.
Saat sampai di depan studio, ia sudah ditunggu oleh Dani.
"Lama banget lo!!" semprot Dani begitu Rakha turun dari mobilnya."Gue udah bilang sory kan tadi, udah deh simpen dulu omelan lo. Waktunya udah mepet banget." Rakha mengibaskan tangannya lalu berlalu meninggalkan Dani yang menggeram marah.
Setelah melewati acara yang menurutnya sangat lama dan melelahkan banyak sekali fansnya yang meminta foto dan tanda tangan, kini Rakha sedang menikmati makanannya. Seharian tadi ia belum makan apapun.
Dani datang dengan membawa secangkir kopi panas, ia menekuk mukanya. Rakha meliriknya sebentar, "udalah Dan, cukup kali marahnya. Toh acaranya juga lancarkan?"
"Enak kalo ngomong doang, gue yang ngatasi semuanya!!" semprot Dani, masih belum hilang amarahnya padahal tadi di depan camera ia bisa tersenyum.
"Tapi lo bisa ngatasi kan?"
"Gak ada yang gak bisa gue atasi!" Rakha tertawa mendengar penuturan Dani, walaupun Dani lebih tua darinya tapi menurut Rakha sifat Dani masih seperti anak-anak.
"Dasar sableng! Gue lagi pusing ngurusi lo mulu, dasar anak kurang ajar lo! Gue pusing lo malah ketawa!" Dani mengeplak kepala Rakha yang masih saja tertawa. Baginya, amarah Dani adalah hiburan tersendiri.
"Sory!" Rakha meringis, Dani masih menatap dirinya dengan sorot tajam.
"Gue kenalin ke temen cewek gue, gimana?" Rakha menaik-naikan alisnya berusaha membujuk Dani.
"Gue ogah kalo bekas lo!!" sahut Dani cepat, memang mereka berdua terkenal playboy namun diantara mereka yang paling parah adalah Rakha. Wajah dan Dompet sangat menunjang untuk mempermainkan para wanita.
"Udah deh lo tenang aja, gue ada kok," Dani hanya membalas dengan anggukan kecil, pasalnya setiap Rakha mengenalkan dengan cewek. Ujung-ujungnya tuh cewek nanyain Rakha, lah kan Dani jadi keki sendiri.
Malam mulai larut membuat keduannya meninggalkan tempat duduknya menuju ke rumah masing-masing.
31 Mei 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Time: Dream
Teen FictionI dedicate this story for you The one who never sees the truth.