Seharian ini Rikha tidak bisa fokus belajar karena posisi duduknya sangat jauh dari papan tulis, sehingga ia yang memang selalu memakai kacamata baca saat di kelas terutama pelajaran seperti ini tidak bisa melihat dengan jelas tulisan di papan.
Akhirnya Rikha cuma bisa pasrah terhadap nasibnya padahal ia tadi sudah berniat untuk belajar keras agar bisa memperbaiki ketertinggalannya dan tak ingin bundanya sedih.
"Rikha!!" panggil seseorang di depan dengan keras yang ternyata guru pengajarnya.
"Ah-ya pak?" Rikha gelagapan, ia menatap gurunya yang mukanya sudah seperti singa yang lagi marah.
"Cepat kamu maju kedepan! Kerjakan soal nomor satu." perintah bu guru yang hanya dijawab sebuah anggukan dari Rikha, dengan langkah lunglai Rikha maju kedepan.
Rikha menatap kosong ke papan tulis, otaknya berfikir keras. Ia bingung mau menuliskan jawaban apa di papan. Saat tangannya mau menuliskan jawaban, ia mengurungkan niatnya kembali. Ia benar-benar tidak tau harus menjawab apa.
Disisi lain, guru pengajarnya menggeram kesal melihat anak didiknya yang tidak bisa mengerjakan soal ditambah tidak memperhatikannya.
"Baiklah, siapa yang bisa mengerjakan soal ini?" Pak Bambang, guru matematikanya angkat suara. Pelajaran tidak bisa lanjut kalau Rikha hanya memandangi soalnya tanpa berniat mengerjakan.
"Saya pak!" ucap seseorang dengan lantang. Rikha lega mendengar ada yang mau menggantikan posisinya. Tapi sepertinya ia kenal dengan suara tadi. Perlahan Rikha memutar kepalanya menghadap ke asal suara.
Mata Rikha langsung bertemu dengan mata indah Rakha. Ia melihat Rakha berjalan ke arahnya lalu mengambil spidol di tangannya.
"Minggir gue mau ngerjain!" Rakha berkata dengan ketus, membuat Rikha terlonjak ke arah samping. Ia menatap Rakha kesal.
"Rikha kamu boleh duduk, tapi sebagai gantinya karena kamu tidak bisa mengerjakan soal di papan. Saya minta kamu pindah di samping Rakha. Saya tidak mau kamu berada di pojok sana!" nada memerintah dari bapak guru tercintanya ini sangat sulit dibantah, dengan pasrah Rikha membereskan peralatan sekolahnya lalu bergegas menuju ke bangku lamanya.
Saat Rakha sudah selesai mengerjakan di papan. Ia duduk ke bangkunya. Tepat di sebelah Rikha.
"Ngapain lo deket-deket gue lagi!" semprot Rakha saat menduduki bangkunya.
"Gue juga ogah! Lo tadi gak denger apa pak Bambang nyuruh gue duduk di sini!"
"Bilang aja lo mau deketan sama gue, tadi pagi lo bilang gak mau jadi temen gue karna lo malukan pas deket sama gue?" ucap Rakha dengan nada yang-membuat Rikha ingin mencakar mukanya.
"Ter-se-rah lo!!" Rikha memutar kedua bola matanya. Ia berusaha fokus ke depan, mengabaikan Rakha.
🌊🌊🌊
Bel sekolah berbunyi, membuat Rikha menghembuskan nafasnya lega. Duduk bersama Rakha membuatnya jengah, karna saat istirahat tadi banyak sekali cewek dari berbagai kelas datang ke bangkunya, oh ralat ke bangku Rakha lebih tepatnya.
Entah Rakha itu se-famous apa sampai semua cewek berlomba-lomba mendapatkan perhatiannya. Apalagi melihat wajah Rakha tadi membuat Rikha ingin mencekik lehernya. Oh jangan berfikir jelek dulu ke Rikha karna Rikha akan melakukan sesuatu kalau ada alasannya.
Alasannya karena tadi saat cewek yang jumlahnya bejibun bertanya, "Kha, dia siapa sih kok udah berani duduk di sebelah lo?"
"Iya Kha, siapa sih?"
Dan dengan muka songongnya-menurut Rikha- Rakha menjawab, "Biasalah, fans baru. Trus dia tadi nawarin jasanya buat bantuin kebutuhan gue kalo di sekolah" Rakha menampilkan senyum smirk-nya.
Mendengar itu Rikha membulatkan kedua matanya, Rakha pasti sudah gila mengatakan itu. Baru saja ia mau menyangkalnya ada yang menyahut, "Kirain siapa Kha, gak mungkin juga dia pacar lo," ucapan cewek yang sedang berada repat di hadapan Rakha sukses membuat Rikha melotot marah.
"Jelaslah, udah kalian balik ke kelas aja. Bentar lagi masuk loh." Rakha mencoba mengusir mereka dengan halus, ia sudah puas membuat Rikha yang sekarang wajahnya sudah memerah karena marah.
Sampai tadi bel berbunyi Rikha tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia terdiam menahan amarahnya. Siapa juga yang tidak marah kalau di katain seperti itu.
Rikha segera bergegas meninggalkan kelasnya, ia muak dengan Rakha. Ia kira Rakha hampir bisa menjadi temannya tapi ternyata tidak.
Dalam perjalanan pulang Rikha memutuskan untuk pergi ke makam Ata, ia ingin bercerita tentang hidupnya saat ini. Lama sekali rasanya ia tak kesana ia jadi rindu kepada Ata.
Sebelum ke makam, Rikha menyempatkan membeli sebuket bunga mawar putih. Bunga kesukaan Ata.
"Banci banget sih, lo cowok kok suka mawar putih!" ucap Rikha bergidik ngeri saat Ata membawa setangkai mawar putih.
"Bacot lo ca!! Lo enggak tau aja maknanya kalo lo tau lo pasti bakalan suka!" Ata bersungut marah mendengar ejekan Rikha
"Emang apaan?" tanya Rikha yang jadi penasaran.
"Mawar putih itu artinya kesetiaan. Cinta sejati yang tulus. Ia juga memiliki warna putih yang berarti suci. Jadi gue mau ngasih ini ke lo karna cinta gue ke lo abadi ca!" ucap Ata yang membuat Rikha tersenyum.
Air matanya mengalir begiti saja saat mengingat Ata. Ia segera menghampiri makam Rakha dan meletakkan buket bunga yang ia bawa.
"Hai ta, apa kabar?" Rikha mengusap pelan nisan Ata yang tertulis Rakha Atmadja. Hampir seperti namanya.
25 Mei 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Time: Dream
Teen FictionI dedicate this story for you The one who never sees the truth.