5.

352 40 7
                                    


Rikha sudah lumayan lama termenung di tempat ini, tempat yang menyimpan banyak kenangan. Lagi-lagi air matanya mengalir lagi, ini terlalu sakit.
Ia menangis sampai napasnya sesak, ia lelah. Ia ingin pergi bersama Ata.

"Rakha..." sahutnya lirih sambil memejamkan matanya erat-erat.

"Apaan?" Rikha menoleh dengan cepat ke sumber suara, matanya melebar melihat seseorang di depannya.

"Ngapain lo?!" Rikha berdiri. Bola matanya membesar melihat Rakha yang tiba-tiba ada dihadapannya.

"Lo ngapain bolos?" Rakha malah balik bertanya kepada Rikha.

Merasa malas menghadapi Rakha, ia memutuskan pergi meninggkalkan pantai ini.

Melihat Rikha yang bergegas meninggalkannya, Rakha buru-buru menghampirinya.

"Ikut gue!!" dengan sigap Rakha meraih pergelangan tangannya.

"Lo ngapain sih?! Lepasin gue gak?!" Rikha sekuat tenaga berusaha melepaskan cengkraman tangan Rakha tapi apa daya kekuatannya tidak sebanding dengan Rakha.

Sesampainya di parkiran, Rakha menyuruh Rikha naik ke motornya yang langsung ditolak dengan Rikha.
"Terserah lo mau naik apa enggak, tas lo kan ada di gue," Rakha menunjuk tas Rikha yang berada di depannya.

"Elo?!!" geram Rikha pada Rakha karna ia baru sadar bahwa tasnya sudah tak ada lagi di pundaknya.

"Udah deh lama, cepet naik!" dengan berat hati Rikha menaiki motor tersebut.

Tak lama kemudian motor itu melaju membelah kemacetan pagi ini. Meliuk-liuk diantara ribuan kendaraan yang lain.

🌊🌊🌊

Selama perjalanan, Rikha memeluk Rakha dengan erat. Buku-buku jarinya memutih, bibirnya pucat dan tubuhnya gemetar. Ia juga menahan tangis sejak tadi.

Saat sampai di tempat yang di tuju, Rakha memelankan motornya. Ia baru sadar bahwa Rikha sedari tadi terdiam dengan memeluknya erat.

"Lo bisa lepasin tangan lo sekarang." Rakha berusaha melepaskan cengkraman Rikha di perutnya. Ini termasuk rekor karna sebelumnya tak pernah ada cewek satupun memeluknya erat seperti ini-karna ia tak pernah bawa motor kalau bersama seorang cewek untuk mengantisipasi kejadian seperti ini. Ia tak suka.

"Lepasin gue!" ucap Rakha dengan nada yang sedikit membentak. Ia tak suka dipeluk seperti ini. Namun Rikha tak bergeming. Rikha tetap terdiam dengan kedua bahunya yang sedikit gemetar.

Melihat itu, Rakha mengerutkan keningnya. Kenapa dia selalu nangis?

Rakha memutuskan untuk turun dari motornya terlebih dahulu dengan Rikha yang berada dipelukannya. Lalu ia membantu Rikha untuk turun. Rakha sempat melihat sekilas wajah Rikha karna Rikha lalu membenamkan wajahnya didadanya. Wajah itu tampak pucat sekali. Rakha menuntun Rikha untuk duduk di sebuah batu, lalu ia mengambil sebotol air mineral yang selalu berada di tasnya.

Rakha membantu Rikha meminum air mineralnya. Setelah selesai meminum air mineralnya, Rikha menatap ke depan hamparan kota yang terbentang indah drngan tatapan kosong.

"Jangan lagi, please jangan lagi.." air mata kembali mengalir di pipi Rikha.
Rakha melihat itu menjadi terpaku.

"G-gue takut.. Gue ngga mau lagi. Please jangan ngebut lagi please," Rikha menangis sesunggukan.

"Kenapa?" tanya Rakha bingung karena menurutnya tadi itu masih tidak bisa dibilang ngebut.

Rikha menatap wajah Rakha begitu Rakha bertanya. Ia bimbang untuk membuka masa lalunya kembali namun hatinya berkata lain.

"Ata... ma-mati waktu bawa motor nge-but." mengatakan kalimat itu saja membuat Rikha kehilangan tenaganya.

Ata lagi, batinnya.

Melihat Rikha yang menahan tangisnya saat mengatakan itu membuat Rakha memeluk Rikha seakan menyalurkan tenaganya. Rakha sendiri heran dengan refleksnya ini.

"Udah lo istirahat dulu," ucap Rakha yang entah kenapa ia tak tega membiarkan gadis itu bercerita lagi. Kemarahannya pada gadis ini tadi seakan menguap. Melihat dia yang seperti ini membuatnya ingin selalu melindungi dia. Entah ia juga bingung dengan dirinya sendiri.

🌊🌊🌊

Hampir saja ia tadi akan membuka masa lalunya yang tak pernah di ketahui seorang pun ke orang yang baru saja bertemu dengannya.

Tapi bersama Rakha membuatnya nyaman. Entah kenapa. Rikha melihat Rakha di sampingnya yang sedang menatap senja. Matanya menatap kosong kedepan.

"Seenggaknya lo ngga kehilangan nyokap-bokap lo," tiba-tiba Rakha berbicara setelah terdiam cukup lama.

"Tapi gue kehilangan Ata yang selalu ada disamping gue sejak gue kecil!" Rikha menjawabnya dengan sedikit emosi.

"Gue...." ternggorokan Rakha terasa kering saat akan mengatakan masa lalunya. "...gak cuma kehilangan nyokap-bokap tapi juga seluruh hidup gue." setelah mengatakannya Rakha memejamkan matanya erat-erat. Terlalu sakit apabila diingat.

"Kenapa?" Rikha agak terkejut mendengar perkataan Rakha. Karena sejauh ini mereka hanya pernah bertemu dua kali. Jadi, ia masih tidak paham dengan situasi ini.

"Untuk saat ini lo ngga perlu tau, mending kita balik sebelum kita ditangkep polisi gara-gara pake seragam di jam sekolah." Rakha beranjak berdiri lalu menghampiri motornya yang diikuti oleh Rikha dibelakang.

"Cepetan naik." ucap Rakha sambil menyodorkan jaketnya kepada Rikha yang diterima dengan bingung.

Saat Rikha telah berada diboncengannya motor tersebut berjalan perlahan meninggalkan seribu tanda tanya dalam benak mereka.




Time: DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang