"Dasar cewek gila! Sarap!" tak henti-hentinya berbagai macam makian terlontar dari mulut Rakha. Sebenarnya, Rakha sendiri juga bingung kenapa harus merasa kesal, dalam sejarah hidupnya mungkin ini pertama kalinya seorang Rakha Andromeda ditinggal oleh seorang cewek! Apalagi cewek itu meninggalkan Rakha setelah berhasil memeluknya .Enak saja! Memang siapa dia?
dan kenapa Rakha cuma bisa diam saja seperti kambing congek waktu cewek itu pergi?Demi menghilanggkan penat yang menyeranf kepalanya, Rakha sepertinya butuh pelampiasan untuk malam ini. Tapi yang malah Rakha lakukan hanya duduk di ayunan itu lalu mulai merenung.
Waktu terus berjalan, tak terasa waktu menunjukkan pukul 2 pagi membuat Rakha harus meninggalkan pantai ini.
Saat sampai di depan motornya Rakha menyempatkan membuka ponselnya, ia mengernyit heran begitu mendapati beratus-ratus miscall, lalu jarinya membuka beberapa pesan yang membuat Rakha sekali lagi merutuki kebodohan dan kesialan hari ini. Rakha sadar bahwa ia sudah sangat terlambat untuk pemotretan tadi.
Mungkin untuk saat ini Rakha butuh pulang ke apartemen dan melupakan sejenak semuanya.
🌊🌊🌊
Yang benar saja! Kenapa bisa-bisanya Rikha dengan tanpa sadar memeluk cowok itu. Bodoh sekali!
Rikha merutuki nasibnya yang sial hari ini, kenapa cowok itu selalu membuatnya bertindak bodoh? Rikha masih mengingat pertemuan pertama mereka sampai kejadian tadi di pantai. Kenapa juta hatinya tadi sempat menghangat? Tanpa sadar Rikha mengelilingi kamarnya dengan gelisah, tangannya merasakan jantungnya yang berdegup kencang.
Boleh kah ia bahagia?
Di luar kamar Rikha, bunda tersenyum melihat Rikha. Mungkin pilihanya memang benar kalau memasukkan Rikha ke sekolah tersebut.
🌊🌊🌊
Paginya Rikha terbangun dengan perasaan bahagia, lalu ia mengernyit heran. Bahagia?
Tidak... Tidak ia tak boleh merasakan itu. Rikha tak pantas untuk bahagia. Ya! Tak pantas. Buat apa Rikha bahagia kalau Ata di sana tidak bahagia.
Lamunannya buyar ketika bunda memasuki kamar seperti biasanya akan membangunkannya.
"Kenapa belum mandi?" tanya Bunda yang sudah berada di sampingnya.
"Ini mau mandi, Bun." Rikha beranjak dari tempat tidurnya memasuki kamar mandi.
Selesai mandi dengan segera Rikha menuju ke meja dapur untuk sarapan lalu Rikha berangkat ke sekolahnya.
Di sekolah ternyata masih sepi sekali, Rikha memutuskan untuk ke atap sekolahnya untuk menikmati udara pagi.
Namun belum sampai Rikha menaiki tangga yang menuju ke atap sekolahnya, telinganya mendengar dentingan piano dari ruang musik.
Ini masih pagi sekali dan sudah ada yang bermain musik? Ini juga bukan hari ekskul sepertinya.Penasaran, Rikha berjalan mendekati ruang musik. Kini Alunan nadanya mulai terdengar jelas. Mengalun lembut ditelinganya.
"Ini judulnya mimpi ca, gue suka banget sama lagu ini!"
"Penyanyinya Anggun ca, itu lo yang cantik banget!"
"Ca gue beneran ngefans banget sama Anggun ca,"
"Liriknya tuh artinya dalem banget tau ngga! Gue bisa rasain apa yang mau disampein sama Anggun, ca!"
Rikha mengerjapkan matanya beberapa kali. Ingin mengusir apapun kenangan itu. Namun, Kenangan itu terus berputar-putar di otaknya, Ata yang sangat cerewet kalau mengenai penyanyi satu itu. Sepertinya ia tak tahan mendengarkan lagu itu. Sebaiknya ia harus pergi secepatnya. Ya secepatnya!
Rikha berlari melewati koridor yang mulai ramai oleh para siswa yang berdatangan. Tanpa memedulikan apapun ia keluar dari sekolahnya, menyetop taksi pertama yang lewat lalu pergi membawanya ke tempat yang selalu membuatnya tenang.
🌊🌊🌊
Sekarang apa lagi? Setelah memeluk dengan seenaknya saja, sekarang dia tidak masuk ke sekolah? Hebat! Cewek itu membuat Rakha merasa seperti virus yang mematikan sehingga siapapun harus menjauhinya.
Ini benar-benar diluar dugaannya. Tak pernah sekalipun ada seorang cewek yang mencampakkan dirinya, malah hampir semua cewek mengejar dirinya kecuali Rikha.
"Woy! Ngapain sih dari tadi tuh muka ditekuk? Lu belum makan? Sono ke kantin!" suara teman sebangkunya, Dimas. Membuyarkan lamunannya.
"Bacot lo! Pergi sana! Gue mau cabut dulu," Rakha dengan cepat mengambil ranselnya dan pergi meninggalkan Dimas yang tercengang.
"Artis gila! Lo yang nyuruh gue pergi malah lo yang pergi! Untung temen gue kalo ngga gue abisin lo." Dimas menggerutu karna Rakha selalu seenaknya saja meninggalkan kelas tanpa harus takut nilainya anjlok. Lah kalo dia, mana bisa kayak gitu? Bisa digantung di pohon ceri deh sama emak.
🌊🌊🌊
Rakha mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, ia akan butuh tempat untuk merefresh otaknya. Sesampainya di tempat tersebut Rakha melihat cewek yang membuatnya uring-uringan, duduk disebuah ayunan. Rakha mendesis keras melihat pemandangan di depannya.
Astaga! Mengapa takdir membuatnya bertemu dengan dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Time: Dream
Teen FictionI dedicate this story for you The one who never sees the truth.