Seharian ini Rakha pusing memikirkan murid yang akan bergabung dalam timnya nanti. Ia benar-benar tak tahu siapa temannya yang mampu berkerjasama dengannya. Yah mungkin nanti dirinya bisa mencoba mencari anak tari saat pulang sekolah nanti.
"Rakha!!" seru seseorang dari belakang yang membuatnya mencari sumber suara tersebut.
Terlihat seorang gadis berparas ayu sedang tersenyum ke arahnya.Rakha menaikkan satu alisnya, "Ada apa, Za?"
Zarah, gadis berparas ayu tersebut tersenyum."Katanya bu Devi, kamu lagi butuh penari buat lomba ya?"
Ragu. Rakha mengangguk, mengiyakan ucapan Zarah. "Nah!! Kebetulan banget, berhubung aku kan ketua ekskul tari, gimana kalo kamu liat aku latihan nanti. Siapa tahu kamu cocok sama tarianku, gimana?" Zarah menawarkan dengan antusias.
"Boleh, nanti sepulang sekolah, aku lihat." Rakha balas tersenyum pada Zarah membuat si gadis tersipu malu. Kabarnya memang sudah lama kalau Zarah menaruh hati pada Rakha.
"Gue ke kelas dulu ya," Zarah menanggukkan kepalanya mengiringi Rakha yang berjalan meninggalkannya.
Dalam pikirannya, Rakha masih terlalu ragu untuk memilih Zarah dalam pasangannya nanti di lomba. Entah, hatinya yang mengatakan kurang sreg saja. Daripada ia pusing memikirkan ini semua, ia memutuskan pergi ke rooftop sebentar. Bolos satu satu jam pelajaran ngga apa kali ya? Pikirnya.
Rakha bersenandung pelan, kakinya menapaki tangga dengan mantap. Alunan nada lembut penuh emosi langsung menyambut saat ia sampai dipuncak tangga.
🌊🌊🌊
Rikha berlari menuju rooftoop sekolahnya. Sesampainya di sana, Rikha mengeluarkan ipod pink-nya. Ia memutar lagu yang lama tidak ia dengarkan, padahal dulu hampir tiap hari bahkan tiap waktu ia mendengar lagu ini. Lagu favorit Ata,mimpi.
Alunan nada mulai terdengar dari ipod-nya. Rikha memejamkan matanya, merasakan lagu tersebut mengalir ke nadinya. Memberikan sebuah kekuatan.
Dalam hitam
Gelap malam
Ku berdiri
Melawan sepiDi sini
Di pantai ini
Telah terkubur
Sejuta kenanganDi hempas keras gelombag
Dan tertimbun batu karang
Yang takkan mungkin
Dapat terulang.Rikha mencengkram erat-erat ipod-nya. Lagu ini lagu yang penuh emosi. Namun ia membiarkannya tetap berputar. Mencoba untuk menikmati tiap detiknya.
Wajah putih
Pucat pasi
Tergores luka di hatiMatamu membuka kisah
Kasih asmara yang terlah ternoda
Hapuskan semua khayalan
Lenyapkan satu harapan"Kemana lagi harus mencari?" terdengar Rikha mengikuti alunan lagu dengan suara yang serak.
Angin terus berhembus menerbangkan anak rambut yang jatuh di dahinya.
🌊🌊🌊
Rakha terpaku dengan pemandangan di depannya, siluet seorang gadis yang tengah menari diiringi lagu yang penuh emosi. Gerakannya lugas, seakan semua pesan dapat tersampaikan dalam tarian tersebut.
"Kemana lagi harus mencari?" suara gadis itu terdengar serak. Rakha mengerutkan dahi, seakan mengenali suara gadis tersebut.
Rakha mendekat ke gadis tersebut, ia duduk berdampingan dengannya. Gadis itu- Rikha menoleh dengan mata yang sembab. "Ngapain lo, hah?!"
Rakha mengangkat bahunya, "Tarian lo bagus juga,"Rikha memandangnya dengan sinis, "Bukan urusan lo!" Rikha bangkit, ia sedang tak ingin diganggu.
"Tunggu!!" Rakha menarik Rikha untuk tetap duduk. "Kalo lo sedih, lo boleh pinjem bahu gue. Tapi, dengan syarat lo mau bantuin gue."
Rikha mendelik kesal pada cowok dihadapannya kini, "Gue gak butuh bahu lo!" Rikha bangkit seraya pergi meninggalkan Rakha yang menatap kepergiannya.
"Gue bakal bikin lo takluk sama gue," guman Rakha.
5 november 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Time: Dream
Teen FictionI dedicate this story for you The one who never sees the truth.