3.

361 39 3
                                    

Matanya langsung bertatapan dengan sorotan penasaran dari cowok itu. Dia menatapnya dengan alis yang dinaikkan seakan bertanya ada apa?

Buru-buru ia mengalihkan pandangannya dari cowok itu.
Suasana kelas yang awalnya sunyi senyap kini berubah riuh akibat kedatangannya ditambah adegan saling tatap itu.

"Woah! Gila... Tuh cewek dateng-dateng langsung manggil Rakha!"

"Berani juga tuh cewek!"

"Murid baru kok udah SKSD sih?"

"Gila! Gue salut banget sama tuh cewek."

"Emang tu cewek kenal ya sama Rakha?"

"Gak mungkinlah!! Dodol banget sih lo, palingan dia cuma fans fanatic nya,"

"Gue sekelas dari dulu sama Rakha aja kagak berani manggil namanya lah dia baru juga sehari, hebat!!"

Dan masih banyak lagi decak "kekaguman" dari penghuni kelas, terlebih lagi dengan kaum hawa yang kini menatapnya sinis. Rikha tentu sangat tau makna dari kekaguman teman sekelasnya dan sekarang ia berdecak kesal karena tindakannya yang konyol.

Kenapa ia bisa se-bodoh itu dengan memanggil Rakha-yang jelas bukan Rakhanya- di depan semua teman kelasnya padahal ia baru saja bertemu Rakha.

Bodoh. Bodoh. Bodoh.

Tak henti-hentinya ia merutuki dirinya sendiri. Dengan langkah yang tergesah ia berjalan menuju tempat duduknya.

Di sana Rakha menyambut dengan pandangan meremehkan yang disusul tawa temannya. Rikha hanya bisa tertunduk antara malu dan kesal atas kejadian barusan.

Tak lama bel sekolah berbunyi, semua siswa berjalan menuju bangkunya masing-masing.

"Nama lo siapa?" Rikha terlonjak kaget mendengar pertanyaan dari Rakha.

"Hmm? Kenapa lo ngeliatin gue?" lagi-lagi Rakha bertanya sambil menaikkan sebelas alisnya sepertinya ia hobi sekali melakukan itu.

Rikha menggelengkan kepalanya. Berusaha menghilangkan debaran jantungnya karna posisi mereka terlalu dekat. Selama ini ia jarang berdekatan dengan cowok selain Rakhanya.

"..Rikh—"

Rakha menaikkan alisnya.lagi.
"Apa? Riak? Gila, nama lo unik." sahut Rakha dengan nada yang meremehkan. Lalu seisi kelas tertawa mendengar jawaban Rakha.

"...." entah kenapa Rikha menjadi diam bagai patung. Rikha seolah tersihir oleh kehadiran Rakha yang mirip sekali dengan Ata.

"Jadi lo-"

"Rakha!!" seruan keras membuat Rakha terlonjak kaget yang langsung membuatnya kembali ke posisi semula.

Didepan sana, munculah guru yang sedikit gempal dengan kumis tebal sambil melotot ke arah Rakha.

Rikha bersyukur guru matematikanya sudah memasuki kelas sehingga ia tak perlu lagi berinteraksi dengan Rakha.

🌊🌊🌊

Saat bel pulang sekolah berbunyi, ia bergegas meninggalkan kelas karna ia tak ingin berada di dekat Rakha lebih lama lagi. Itu sama saja membuatnya sesak.

Seperti kemarin, Rikha pergi ke pantai lagi. Ia merasa disana seperti rumah kedua baginya. Ia menduduki sebuah ayunan yang menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya lalu mulai mengingat kembali kejadian yang menimpanya tadi.

Ia baru sadar bahwa ini pertama kalinya merasakan debaran aneh.
Lagian kenapa juga ia harus merasa berdebar di dekat Rakha, lalu mengapa juga ia merasakan rindu yang amat dalam kepada Rakha padahal ini merupakan pertemuan awal mereka.

"Ngapain lo?" suara itu membuyarkan lamunannya, matanya langsung melebar mendapati Rakha berada di depannya.

"Emang reaksi lo selalu gitu ya kalo ketemu orang? Atau cuma sama gue? Gue bukan setan kali." Rakha menaikkan alisnya lalu ia berjalan menjauh dan duduk di atas pasir dengan menatap langit sore yang mulai menjingga.

Rikha tertegun melihat pemandangan di depannya.

Rakha. Duduk. Jingga.

"Hmm? Kenapa lo diem aja?" Rakha menoleh menampilkan sebagian wajahnya yang tertimpa cahaya langit sore dan sebuah lesung pipi?

"Oh Tuhan!!" Rikha tersikap menutup mulut dengan sebelah tangannya, ia baru menyadari bahwa Rakha di depannya ini memiliki sebuah lesung pipi sama seperti Rakha-nya, Ata-nya.

Melihat itu, Isakan pelan mulai terdengar dari mulut Rikha, hal ini membuat Rakha menjadi bingung.

Rakha buru-buru menghampiri Rikha yang masih terduduk di ayunannya.

"Lo nangis? Gue gak ganggu lo ya, ngapain sih pake acara nangis segala?" tanya Rakha masih kaget karna Rikha yang menangis.

"R-rakha!!" Rikha langsung memeluk Rakha dengan erat. Membuat tubuh Rakha sedikit menegang karna menerima pelukan secara mendadak.

"Gue kangen sama lo, gue kangen. Lo apa kabar? Kenapa lo lama baliknya?" Rikha masih memeluk Rakha dengan erat sambil menangis sesenggukan.

"Lo kenapa sih? jangan bikin gue takut sama tingkah lo, deh." suara Rakha membuat tangisan Rikha mereda. Ini memang pertanyaan yang biasa di ajukan oleh Rakha-nya namun kenapa suaranya berbeda?

"Oh, shit!!" umpatnya. "Bodoh!! Dia bukan Rakha, Dia bukan Ata." Rikha menyuarakan pikirannya dengan suara pelan, ia menatap Rakha dengan tatapan kosong. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri dengan liar.

"Gue emang Rakha dan jelas gue bukan Ata." ucap Rakha seakan menegaskan siapa dirinya. Karna ia juga masih kaget mendapat pelukan dadakan. Walaupun fansnya bejibun, baru kali ini ia dipeluk sama cewek.

Saat sepenuhnya tersadar atas kejadian barusan Rikha berjalan mundur menjauhi Rakha lalu ia mengambil tasnya yang tergeletak di pasir dan berlari meninggalkan Rakha yang menatapnya dengan bingung.


17 nov 2016

Time: DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang