05

74 8 3
                                    

Hari sabtu adalah hari yang tepat digunakan untuk bermain. Teh milik Faira masih mengepul tanda masih panas di atas meja. Faira sedang mengoles selai kacang
di atas roti yang ia pegang. Ini adalah selai kesukaan Dava. Faira tidak begitu suka dengan makanan roti-rotian atau kue manis semacamnya. Seperti biasa Faira yang memubuat roti dan Dava yang membuatkan teh.

"Dav, nanti UN-nya susah gak sih?" Tanya Faira.
"Ya gampang sih. Tapi susah. Tapi gaterlalu. Gitu deh. Lo bisa bayangin kan kalo soal tahun lalu pas angkatan gue aja kaya gitu, tahun ini paling gabeda jauh"
"Ooh.."
"Fai, ambilin gula di samping lo dong"
"Nih." Jawab Faira sambik memberikan toples gula. "Eh isinya abis, ya?"
"Iya nih. Ambil gulanya di laci bawah deh"
"Nih"
"Sama tolong ambilin.. aduh itu apasi namanya" Ucap Dava sambil menunjuk gunting.
"Yeu, bilang gunting aja susah amat"
"Iya itu! Tolong dong"
Karna tinggi yang pas-pasan Faira sedikit kesusahan mengambil gunting yang letaknya cukup jauh dan tinggi. Tak sengaja gunting itu jatuh dan mengenai kaki Dava. Dava terkejut saat ada benda yang menyentuhnya dan melukainya.
"AW" kejut Dava.
"EH MAAAAAAAAF" Ucap Faira tak kalah kejutnya. "YAAMPUN DADAV MAAFIN FAIRAAAA" Faira sangat histeris saat melihat kaki Dava yang berdarah.
"Iya iya selo dong jangan teriak teriak gitu, ntar kuping gue ikut sakit juga" Ucap Dava tenang.
"Nih niiih, aduh dav maaf banget.." ucap Faira memohon sambil membawa kapas dan obat merah.
"Gapapa faiiii, makasih" jawab Dava masih tenang.
"Kamu pulang aja yuk, gausah main hari ini. Sarapannya bawa kerumah kamu aja, ya"
"Yaampun gausah, di plester dikit aja ini selesai."
"Tapi kakinya kan sakit kalo jalan"
"Cuma luka kecil faiiiii"
"Yaudah deh, kamu duduk aja di sofa, sarapannya aku bawain"
"Oke"

-------

Tahun ini adalah tahun pertama Dava berseragam putih-biru. Yap, dia telah menjadi anak SMP sekarang. Dan Faira, kini gilirannya untuk melewati satu tahun penuh dengan pelajaran tambahan, try out dimana-mana dan bekal tugas dari guru yang menumpuk, sampai UN tiba. Dava memilih sekolah barunya yang cukup dekat dengan rumahnya. Alasannya sekolah itu cukup bagus dan abangnya juga lulusan dari situ. Bukan hanya itu, juga supaya ia bisa pulang sendiri tanpa Faira, karena jadwal Faira akan selalu lebih cepat jika dibanding dengannya. Itu akan membuat Faira selalu menunggu tiap pulang sekolah. Sekolah Dava bisa ditempuh 1KM lebih dekat dari rumah dibanding SDnya, jadi kalaupun Faira mau menjemput, lebih mudah.

Ini adalah hari pertama Dava disekolah barunya. Ada dua orang yang berasal dari SD yang sama di sekolah barunya ini. Dava sangat bersemangat menyambut hari ini.

"Fai, ayo buruan!" Seru Dava dari luar pagar.
"Ih, iya tunggu!" Jawab Faira sambil buru buru memakai sepatu. "Ada apasih? Masih pagi juga."
"Hari ini gue semangat nih"
"Duh iyadeh yang punya sekolah baru"
"Ntar SMP lo disekolah gue aja, biar kita berangkat barengan, gabeda arah"
"Iya aku juga maunya gitu. Ntar mau bilang ke mama."
"Ayok cepet naik" Ucap Dava sambil menyuruh Faira naik ke pijakan kaki yang ada di roda belakang sepedanya. Yap, sepeda Faira yang rusak kali ini. Bukan rantainya yang copot, melainkan rem nya blong, baru saja dibawa ke bengkel sepeda dua hari yang lalu. Faira jarang sekali dibonceng Dava dengan sepeda miliknya, karna tidak ada boncengan duduk melainkan berdiri. Jelas resiko jatuh lebih besar apalagi memakai rok seragam sekolah.
"Umm dav,"
"Kenapa?"
"Kalo jatoh gimana?"
"Engga, udah cepet."
"Ih serius, kalo jatoh kan aku yang sakit"
"Ih engga, gue bawa pelan. Makanya cepet."
"Tapi,"
"Cepet. Pegang pundak gue yang kenceng. Gabakal jatoh."
"Oke"
Dava dan Faira menuju sekolah yang berbeda, sekolah dava adalah tujuan pertama karena lebih dekat. Setelah itu Faira melanjutkan sendiri kesekolahnya.

---------

Dua tahun kemudian

"WOI FAI CEPETAAAN" Teriak Dava dari luar pagar.
"Heh sabar kenapa" Ucap Faira pelan tidak semangat.
"Ayo dong cepetan pake sepatunya, kita bisa telat dikunciin gerbang ama satpam" Ucap Dava dari atas motornya. Faira hanya diam. Malas melanjutkan perdebatan dipagi hari yang kesiangan.

Sekarang Dava diperbolehkan naik motor dengan orangtuanya juga dengan pihak sekolah. Kini Dava dan Faira berada di sekolah yang sama. Faira sudah menyelesaikan masa SDnya dan lulus dengan baik. Karena itu ia juga jadi mengantar jemput Faira tiap pagi dan sore.

"Daaaav, bekel sama minum gue ketinggalan!" Seru Faira sambil mencondongkan tubuhnya kearah Dava.
"Ck! Gausah bawa bekel lah ya hari ini. Beli aja dikantin." Ucap Dava dari dalam helm"
"Ih gabisa dong, gue bakal kekurangan makanan hari ini. Uang jajan gue juga ketinggalan di atas bekel"
"Ya terus?! Kita balik lagi gitu?!" Nada Dava mulai meninggi.
"Ya mau gimana lagi.."
"Argggg, istirahat gue ambil bekel lo kerumah. Nanti lo pake uang gue aja dulu kalo laper atau aus." Ucap Dava dari balik helmnya.
"YEEEY! Makasiii daaaav!" Faira berseru sambil memeluk Dava dari belakang. Dava antara berdecak kesal tapi terus terang saja, dia tidak pernah bisa kesal sepenuhnya dengan perempuan di belakangnya ini.

-------

Bel pulang sekolah berbunyi, tanda waktu pulang. Murid-murid berhamburan keluar kelas. Kelas Dava terletak di lantai tiga, kelas 9-A. Sedangkan kelas Faira ada di lantai dua, 8-C. Biasanya setiap pulang sekolah, Dava selalu mengirim SMS untuk memberi tahu Faira keberadaannya, atau menghampiri Faira ke kelasnya saat pulang sekolah. Namun hari ini, Faira bingung kemana Dava. Tidak memberi kabar, tidak juga datang nyamperin.
Dadav manasih. Gue pulang duluan deh. Gumam Faira dalam hati. Tiba-tiba ada seseorang yang mendekatinya.
"Eh, Fai?"
"Eh?" Faira menengok.
"Belum pulang?" Tanya Cilla.
"Belum cil, lo belum di jemput?"
"Nungguin kakak dulu gue, aduh males deh"
"Sama nih, gue juga nungguin Dava. Lo liat dia ga?"
"Dava? Tadi gue liat dilapangan. Ama gengnya Reo dkk gitudeh" Jelas Cilla. Faira langsung membuka jendela dan melihat kearah lapangan. Tidak ada Dava. Tidak ada Reo dkk.
"Mana cil?"
"Udah pada balik kali, gue liat udah dari tadi banget"
"Loh, Dava ninggalin gue dong? Yeu sibedel ah"
"Mau pulang bareng gue? Sekalian nemenin gue nunggu kakak ya tapi. Hehe"
"Eh boleh tuh, yaudah deh. Dari pada pulang sendiri. Jalan kaki capek, naik kendaraan gamau keluar uang ah gue. Awas tuh Dava, liat ntar"
"Hahaha, bakal lo apain?"
"Gue suruh makan makanan kucing gue"
"Hahahahahaha yakali Fai. Ke kantin yuk, kali masih ada yang buka."
"Yuk"
Ada sepintas garis khawatir yang lewat di benak Faira. Karena selama ini, Dava tidak pernah meninggalkannya pulang, kecuali ia masih kelas 7 dulu, Dava langsung pulang duluan tanpa kabar karna dia harus kerumah sakit, tante Sivia terserang serangan jantungnya. Lo kemana sih, dav? Ngapain juga bareng Reo dkk.

Tbc~

Kalo banyak typo maaf yaaaa huhu gue nulis dihp soalnya bukan dilaptop jadi sering typo hehe. Terus dibaca yaaaa!

But, Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang