08

66 8 6
                                    

Belakangan ini, Faira sering memikirkan Dava entah mengapa. Sering ia memikirkan cowok itu, tapi kali ini dengan perasaan yang berbeda. Ia masih tidak mengerti. Faira langsung menggeleng-gelengkan kepala untuk mengusir pikirannya. Kembali terfokus dengan laptop yang menyala didepannya.

Selagi mengerjakan tugas pada laptopnya, Faira teringat akan janjinya untuk mengunjungi keponakannya yang baru lahir. Ela, kakak sepupunya, baru saja lahiran. Faira langsubg mengambil ponselnya untuk menghubungi Dava dan minta menemaninya kesana.

--------

Drrt.. drrt.. drrt..
Ponsel milik Dava bergetar berkali-kali menandakan telfon masuk. Dava yang sedang asyik menonton tv tidak menyadari ada telfon masuk di ponselnya. Ponsel itu bergetar sampai empat kali. Dava masih tidak menyadarinya. Sampai ia terlelap didepan tv.

Diseberang sana, cewek yang sedang mengerjakan tugasnya itu berdecak sebal. Faira menduga Dava pasti tidur atau nonton tv. Cowok itu tidak mungkin pergi karena Faira tahu kebiasaannya setiap minggu siang. Akhirnya Faira memutuskan untuk menghampirinya kerumah.

*ting**ting*
Bel rumah Dava berbunyi. Faira memencet bel berkali-kali. Setelah dua menit baru ada suara kunci terbuka setelah bunyi bel terkahir. Terlihat Dava berjalan sambil mengucak mata. Rambutnya berantakan dan raut wajahnya kusut. Pasti baru bangun. Ucap Faira dalam hati.

"Gausah mencet berkali kali gitu kali. Gue gak budeg." Ucap Dava sambil menguap.

"Budeg sih engga. Tapi tuli iya." Jawab Faira sambil memutarkan bola matanya.

"Sori, ada apa? Lo tau kan jam segini waktunya gue buat apa."

"Ntar sore temenin gue kerumah kak Ela, ya." Dava sudah pernah bertemu dan mengenali kak Ela waktu acara makan-makan dirumahnya selagi merayakan ulang tahun Faira yang ketiga belas tahun.

"Oh sepupu lo yang waktu itu. Ntar sore kan. Yaudah. Gue mau tidur. Bye." Dava berbalik badan dan berjalan masuk ke dalam rumah. Faira tahu, anak itu memang tidak suka diganggu tidur siangnya di hari minggu.

"Dasar kebo. Disuruh masuk kaga diusir malah iya. Tuan rumah macem apa yang gituin tamunya sendiri." Ucap Faira bermonolog.

--------------

Drrrt... drrrt...

Fai gue bawa motor aja ya, pake mobil ribet

Sender: davuq

Faira langsung membacanya. Tidak apa-apa. Lagi pula cuma mau pergu sebentar. Perumahan Dava dan Faira berada di daerah Mampang, Jakarta. Sedangkan rumah Ela ada di daerah Kota Tua. Jauh sih lumayan, tapi yaudahlah.

Oke cepetan

Sent.

Dua menit kemudian terdengar suara motor Dava dari depan rumah. Dava mengklakson sebanyak dua kali untuk memanggil Faira keluar. Setelah mendengarnya, Faira langsung bergegas memakai sepatu dan keluar rumah. Cewek itu memakai flatshoes berwarna biru gelap. Serasi dengan tas selempangnya yang juga berwarna senada. Bajunya putih polos dilapis jaket jeans dengan lengan yang dilipat tiga per empat.

Cantik. Umpat Dava dalam hati.

Apa? Apa yang barusan ia bilang? Dava memandangi Faira dari awal dia membjka pintu sampai sudah menutup pagar sekarang. Ya, Faira cantik. Dava juga bingung mengapa ia sempat berkata 'cantik' dalah hati untuk memujinya. Selama sebelas tahun mengenal Faira, baru kali ini Dava melalukannya.

"Heh ngapa bengong lo?" Tanya Faira memecah keheningan dan lamunan Dava.

"Hm? Gapapa. Cepet naik."

But, Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang