12

24 2 5
                                    

"Lo mau beli apa?" Dava bertanya.

"Coklat. Lo mau?" Tawar Faira.

"Coklat doang? gue kira penting."

"Ini penting tau, kalo ntar malem gue pengen ngemil terus rewel, lo yang repot kan?"

"ntar malem? emang ntar malem mau ngapain?"

Oiya. duh Faira. Faira berpikir bahwa nanti malam ia akan bermain atau mengerjakan pr seperti biasanya dengan Dava setelah rencana menjauhnya gagal, tapi apa Dava juga berpikir seperti itu?

Faira diam tidak membalas Dava dan mengalihkan pembicaraan kepada kasir untuk membayar.

"Oooh ntar malem lo mau kerumah gue? mau numpang makan malem? mau nyontek pr? setelah lo gaberhasil ngehindar dari gue? gitu?" Tanya Dava meledek.

Faira hanya membalas dengan tatapan rolling eyes.

"Hahaha, oke oke. Emang lo tau ntar malem gue ada dirumah? kalo gue pergi gimana? yakin banget lo ntar malem gue bakal buka pintu."

"Dav, plis."

"Kenapa?" Tanya Dava cengengesan.

"Yaudah lo gamau main ntar malem? it's ok gue kerumah Cilla aja nanti."

"Eeeh iya iya oke udah. Hahaha gue bercanda, kalo mau main dateng aja. Pintu rumah gue selalu terbuka buat lo. Pintu hati gue juga."

Deg. Pipi Faira terasa memanas saat mendengar ucapan Dava barusan.

"Yah mulai deh kepiting rebus. Cie Faira baper."

"Najis lo, Dav. Pala lu kepiting."

"Hahaha, tapi kepiting yang disamping gue ini beda, cantik."

"Dava, sejak kapan lo belajar jadi penggombal gini?"

"Tapi lo suka, kan? Ngaku aja."

"Apasiii, Dav. Ya Tuhan sahabatku kenapa jadi begini?"

"Hahaha."

Setelah sekitar 20 menit berjalan, tak sadar Faira sudah melewati rumahnya sendiri karena keasikan bergurau dengan Dava. Dava yang menyadarinya pun tiba-tiba melangkah ke depan Faira dan menghadap tubuhnya. Faira kebingungan.

"Lo sadar gak, kita sekarang mau kemana?"

"Pu..lang?" Jawaban Faira justru terdengar seperti pertanyaan.

"Rumah lo dimana?"

"Ya di si..." Faira berniat untuk mengangkat tangannya sambil menunjukan rumahnya namun dia sadar rumahnya sudah lewat. Dava membalikan badan Faira sambil menunjuk rumah perempuan itu.

"Rumah siapa itu?" Tanya Dava.

"gu...e--ehehe" Jawab Faira terkekeh.

-----------

Faira membunyikan bel rumah Dava berkali kali. Tidak ada jawaban. Entah sejak kapan Faira merasa asing dengan rumah ini sampai sampai harus menekan bel layaknya tamu yang datang dari jauh. Karena bosan menunggu, akhirnya Faira masuk ke dalam tanpa dibukakan pintu yang memang tak pernah terkunci, selagi ada mbak dirumah.

"Dav?" Panggil Faira di depan pintu kamar Dava sambil mengetuk kecil.

"Lo gapergi kan?"

"Dav?"

"Ini Faira, eh."

"Dav, ih rumah lo kosong yak?"

Berhubung sudah tidak sabar dan benar benar tidak ada yang menyadari kedatangannya disini, Faira membuka pintu kamar Dava.

"Dav.."

Terlihat Dava sedang duduk di depan meja belajar sambil menghadap pada buku tulis di depannya dengan headset yang melingkar di kepalanya.

"Bahkan lo gasadar gue masuk kamar lo." Faira bicara sedikit kencang pada akhir kalimatnya. Dava pun menoleh saat mendengar ada yang bicara.

"Eh? kok lo baru dateng sih. Cuma mau nyalin aja, ya?" Tanya Dava penuh menuduh.

"Yeu, dasar. Gue udah sampe dari tadi tau. Lo nya gasadar ampe gue ga dibukain pintu. Katanya pintu rumah lo selalu terbuka buat gue?" Oceh Faira spontan.

"Kalo itu pintu gue buka terus sampe lo dateng, abis kali barang rumah gue dimalingin atu-atu. Yang penting pintu hati gue tetep terbuka buat lo." Jawab Dava sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Serah lo, Dav."

Dalam hati, Faira sedang berusaha menjaga tempo detak jantungnya yang digempakan oleh Dava. Hanya sebuah ucapam biasa, namun efeknya luar biasa bagi Faira.
Setelah pr mereka berdua selesai, Faira langusng pulang karena sudah cukup malam, berhubung besok Dava juga berpiket. Sesampainya dirumah, Faira tidak bisa berhenti bersenyum mebayangkan kejadian yang baru ia lewati. Mengerjakan pr dan main bareng. Sederhana. Bukan kah hampir setiap hari dulu mereka selalu melakukannya? Faira merasa orang terbodoh yang telah berencana menjauhi seseorang yang jelas tidak akan bisa, semakin menjauh semakin tak bisa. Terasa lucu juga mengingatnya sampai akhirnya semua gagal dan kembali seperti semula.

tbc~
MAAF YA BARU NGEPUBLISH LAGI EHEHE): susah ngumpulin niatnya gaboong): pembacanya pasti turun drastis nih wkwkw gapapa yang peting sombong. loh. terus dibaca yaaa sama votenya boleh juga^^ luvluvvvv

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

But, Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang