06

65 10 1
                                    

*ting* *ting*
Bel rumah Faira berbunyi. Pasti dava. Faira tahu itu. Dia bergegas keluar kamar untuk membukakan pintu dengan sedikit rasa kesal sisa tadi siang.

"Fai,--"

"Kemana lo" Potong Faira.

"Lo udah pulang ya, tadi gue cek kesekolah sepi, lo udah gaada ternyata hehe"

"Yaiyalah jam berapa woy"

"Sori ra.." Ucap Dava memohon. Jarang sekali ia memanggil 'ra' untuk Faira. "Maaf banget sumpah, tadi lo pulang naik apa?"

"Naik sepatu"

"Seriuuuus? Ra, maaf ba--"

"Kemana lo"

"Gue tadi diajak sama Reo sama temen temennya" Jawab Dava setelah jeda cukup lama. Terdengar rasa ragu dari cara bicaranya.

"Udah tau. Tapi kemana?" Tanya Faira tajam.

"Ngggg gatau juga gue tempat apa tadi, tempat tongkrongan mereka gitudeh" jawab Dava dengan keraguan yang sama.

"Haha diapain lo?" Faira tertanya renyah.

"Diajak masuk gengnya, ditawarin rokok"

Deg.

"Terus lo mau?" Tanya Faira sedatar mungkin sambil menyembunyikan kekagetannya.

"Satu isep" jawab Dava sangat pelan.

Ya tuhan, paru-paru Dava termasuk paru-paru yang lemah, ia sempat mengalami infeksi di saluran pernafasannya karena asap bakar sampah waktu itu, dan sekarang ia menghisap asap rokok? Dava!

"Terus lo suka" Nada yang dilontarkan Faira antara pertanyaan dan pernyataan.

"Engga kok, gue nyoba doang. Lagian gue juga gabisa kali, lo tau paru-paru gue lemah."

Itu lo tau. Ngapain masih nyoba?.

"Apa rasanya" Tanya Faira tak acuh.

"Manis dikit, gitudeh"

"Oh" terus terang saja ia sangat sebal, karna Dava bareng Reo dan lain lain, Dava jadi meninggalkan Faira begitu saja. Seandainya Dava memberi kabar, mungkin Faira tidak sesebal ini.

"Terus kenapa lo gangasih tau gue? Lo kira nunggu diem disekolah enak."

"Gue lupa, fai.."

"Ha. Ha." Faira tertawa amat renyah.

"Serius faira, gue ga main hp sama sekali malah, sori banget soriiiii."

"Selo" Jawab Faira datar.

"Terus tadi lo pulang sendiri?"

"Engga, gue dijemput pesawat pribadi gue yang gabakal ninggalin gue tiba tiba gajelas kaya lo."

"Ih faaaaaiiii, maaf bangeeeeet!"

"Oke oke. Sebenarnya gue ga sebel sebel banget. Mending lo kerjain pr gue. Secara lo pasti udah belajar ini kan." Ucap Faira sambil menunjukan PR fisikanya.

"Huft iya iya gue kerjain"

"Bawa pulang aja, besok pagi kasih gue."

"Eh? ngusir, nih?"

"Enggasih, tapi malem ini gue males belajar, lo sendiri aja ya."

"Huffffftt oke."

---------

Drrrt... Drrrt...

Ponsel Faira bergetar. Tertera pesan LINE masuk dari Cilla.

O'cills💩: FAIRAAAAAAAAAA
O'cills💩: TAU GAAA SIIIHHHHH
O'cills💩: reo......
O'cills💩: NEMBAK GUEEEEEEE
O'cills💩: GUE JAWAB APA WOY

Faira ikut terkejut membacanya. Memang sudah tiga minggu Cilla dekat dengan Reo, akhirnya Reo menembak cilla.

Me: DEMI APAAAAA
Me: TERIMAAAAAAA DOONGGGG
Me: CIEEEEEEE HAHAHAHAHAH

O'cills💩: GUE JAWABNYA FIMANA
O'cills💩: KAN TYPI
O'cills💩: IH
O'cills💩: YAAMPUN BANTUIN GUEEE

Me: emang dia nembaknya gimanaaaa?
Me: kalem ciiillllllll

O'cills💩: GABISAAAA
O'cills💩: OKE GUE CERITAIN DISEKOLAH AJA YA
O'cills💩: BYE

Me: oke..........

--------

Pagi ini Cilla terlihat semangat bukan main. Tentu, pasti ia semangat kesekolah untuk bertemu Reo. Mereka baru saja jadian hari minggu kemarin. Kalau menjadi cilla, pasti senang kan?

"Dav, dav, liat cilla deh. Semangat banget yaaa" Ucap Faira.

"Hm iya ya, kenapa tuh anak?"

"Baru jadian sama Reo."

"EH?"

"Kaget ya? Gue juga pas kemarin cilla curhat."

Sejujurnya, Dava mulai memiliki perasaan yang tidak bisa ia artikan untuk Faira, seperti sahabat tapi sepertinya lebih?
Tapi tentu saja ia tidak mau merubah apa-apa antara dia dan Faira. Ia juga tidak mau merusak persahabatannya hanya karena perasaannya yang tidak jelas itu.

"Waw, langgeng deh." Ucap Dava.
"Aamiin" Jawab Faira.

Tbc~

Konfliknya mulai memuncak! Tunggu dikit lagi yaaaaa, terus dibacaaa okayyyyy!
Jangan lupa vote+commentsnyaaaa😊😊😊😊😊
Maafin kalo absurd.

But, Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang