PART 16

942 79 5
                                    

-Nayla POV-

Aku sudah mengambil keputusan...

Aku sudah memantapkan hatiku...

Tapi kenapa aku masih ragu??!

Baik, aku akui hatiku hanya berdetak kencang saat bersama dengan Junior... ah, tidak... bahkan cuma dengan memikirkannya saja sudah mampu membuatku gelisah dan salah tingkah sendiri.
Aku juga tak bisa berbohong kalau aku tertarik padanya dan ingin selalu bersamanya... tapi apakah itu sudah cukup untukku memilih egois dan mengkhianati kak Yusuf serta keluarga kami.

Aku masih melihat ke ponselku, ke jalanan, serta ke restoran itu secara bergantian.

Ya Allah, semoga pilihanku ini benar ya Allah!!

Dan akhirnya kakiku melangkah sesuai perintah hatiku... yaitu... masuk ke dalam restoran dan mencoba memberi kesempatan untuk diriku mencintainya.

Tapi masalahnya pikiranku masih terusik dengan keadaan kak Yusuf yang kata Abi kondisinya sedang Drop itu. Akibatnya aku membuat kesalahan. Aku membuat Junior marah dan pergi meninggalkanku!!

Apa tindakanku itu memang salah?!

"Loh, kok cuma sendirian?! Junior mana??! "
Aku tersentak dan segera mendongak saat suara Opa menyapa pendengaranku.

Ya Allah, karna keasikan ngelamun jadi gak sadar kalo Opa udah balik dari toilet.
Untung aku tidak jadi menyusul Junior pergi tadi, jadi pas Opa balik... beliau tidak kebingungan karna kami tiba-tiba ngilang.

"Eh, itu... tadi Junior bilang harus balik ke rumah sakit dulu. " aku sambil tersenyum canggung dan memperbaiki dudukku.
Opa balas tersenyum lalu kembali mengambil tempat duduk didepanku.

Duh, gak ada Junior jadi tinggal berdua deh sama Opa... aku jadi makin gugup nih takut salah bicara.

"Bocah itu... aku sama sekali tak menyangka dia bisa bertanggung jawab pada pekerjaannya. Padahal dulu kupikir anak nakal itu cuma bisa bermain-main saja seumur hidupnya!! " walau terkesan meremehkan, tapi aku bisa mendengar ada nada bangga dalam suara Opa. Hingga tanpa sadar aku tersenyum sendiri mengingat Junior.

Benar kata Opa, walaupun terkesan cuek... tapi Junior selalu bertanggung jawab pada pekerjaan serta setiap kata-katanya. Tapi...

Eemmm, aku jadi kembali kepikiran. Tadi Junior pergi dengan emosi... semoga saja ia tidak melakukan hal yang aneh-aneh dan bisa selamat sampai tujuan. Juga... semoga Junior bisa bersikap bijak dalam setiap tindakannya.

"Terima kasih sudah membuatnya berubah!! " lanjut Opa yang membuatku kembali tersentak.

Yaampun, bisa-bisanya disaat seperti ini aku malah melamun lagi.

"I-itu... itu bukan karna saya. Dr. Junior memang selalu serius dalam pekerjaannya... dia bahkan sering telat makan karna harus mengoperasi pasien!! " aku jadi makin gugup. Dudukku tidak tenang dan... perasaanku tiba-tiba gak enak.

Aku kepikiran Junior.

"Sepertinya kau tau banyak tentang cucuku!! Hmmm... aku juga tidak menyangka gadis sepertimulah yang dia pilih, padahal kupikir dia akan membawa gadis nakal atau gadis tidak baik yang sering jadi teman kencannya!! "

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan menatap Opa dengan bingung.

"Ma-af~"

YaAllah, kenapa otakku jadi susah konek begini gara-gara selalu kepikiran Junior.

"Kau terlalu baik untuk cucuku. " Opa berucap lagi dan pikiranku masih belum konek. Keningku sedikit berkerut mencoba mengerti yang diucapkan Opa, tapi otakku yang tak mau diajak kompromi terus saja memikirkan tentang Junior.

"Aku sih tidak masalah kalau kalian memang saling mencintai, aku akan memberi restuku karna aku yakin kau gadis terbaik untuk cucuku. Tapi... apa tak masalah kalau kau menikah dengan pria seperti cucuku?!! "

Nah, sekarang aku mulai mengerti. Tapi... sepertinya perasaanku makin tidak enak.

"Maksudku, apa orang tuamu sudah tau dan merestui hubungan kalian?! "

Aku menggeleng pelan sebagai jawaban.
Benar... aku masih belum memikirkan soal Abi dan Umi, apa mereka akan merestuiku dengan Junior atau aku yang harus tetap memenuhi harapan Abi dan Umi untuk memikah dengan kak Yusuf.
Ngomong-ngomong, apa Junior sudah memikirkan tentang restu Abi dan Umi atau malah ia belum memikirkan sampai kesana?

"Sudah kuduga!! Bocah itu memang pembuat masalah. Kalau begini sepertinya harus aku sendiri yang turun tangan!! "

Keningku makin berkerut, dan perasaanku makin terasa tidak enak.

"Maksud, Opa?! "

"Ah, tidak... bukan apa-apa. Makanlah... mubadzir loh kalau makanannya tidak dihabiskan!! " Opa nampak santai kembali memakan makanannya sambil tertawa senang.
Akupun ikut makan dengan kikuk, sementara pikiranku masih melayang memikirkan Junior. Kenapa perasaanku makin tidak enak ya?!

"Oh iya, nak Nayla... kalau boleh, pulang nanti biar Opa anter ya. Sekalian Opa mau kenalan sama orang tua kamu!! "

Dan akupun tersedak.

O-Opa bilang apa tadi??! Opa mau... apa??!

**

-Junior POV-

Marah, kesal, kecewa, sakit hati, dan cemburu kini jadi satu memenuhi rongga hatiku.

Baru pertama kali aku merasakan perasaan ini, dan itu karna dia... hanya dia yang bisa membuatku seperti ini.
Nayla Ramadhani... kau sungguh wanita yang hebat. Tak kusangka aku sepenuhnya tahluk padamu. Sekarang aku semakin yakin, kalau aku memang sangat mencintaimu dan tak mau kehilanganmu!! Tidak akan!!

Seumur hidup aku tidak akan pernah melepaskanmu, bahkan walau itu berarti aku harus merebutmu dari pria lain sekalipun ataupun harus menghadapi orang tuamu... aku akan melakukannya.

Perasaan emosiku pelahan mereda seiring semakin dekatnya aku dengan rumah sakit.
Kini, cuma tekad dan keyakinanlah yang memuncah didadaku.

Hari ini... detik ini juga... aku akan melakukannya.

Mobil yang kukendarai memasuki halaman rumah sakit dan tekat itu makin kuat menancap didadaku.
Setelah memarkirkan mobil, aku segera masuk kedalam rumah sakit dengan tergesa... dan tepat begitu aku masuk kerumah sakit, mataku langsung menemukannya. Seorang yang kucari dan ingin kutemui tengah berdiri didepan ruang administrasi rumah sakit sekarang.
Allah memang sangat baik padaku.

Kudekati orang itu yang entah ia sedang bicara dengan siapa untuk kemudian menyapanya.
"Maaf, apakah anda ayah dari Nayla Ramadhani?! "

Beliau menoleh, juga orang yang sedang berbincang dengannyapun ikut menoleh.

"Iya... ada apa ya, dok?! "

"Bisa kita bicara sebentar? "

Walau nampak bingung tapi akhirnya ia mengangguk bersedia.

"Tentu. "

Aku menarik nafas panjang. Ayo Junior, sekaranglah saatnya.

Kuulurkan tanganku dan beliau menjabat tanganku masih dengan raut bingungnya.
"Sebelumnya, perkenalkan... nama saya Wahyu Subuh Junior, saya seorang muslim, dan saya bekerja sebagau dokter dirumah sakit ini. Lalu... saya cuma ingin bilang kalau... "

Aku kembali menghela nafas panjang.

"Saya mencintai Nayla. Sangat mencintainya!! Dan saya ingin menikahinya!! "

BERSAMBUNG

Assalamualaikum, Dr.J ^^Where stories live. Discover now