Mengagumi

44 4 0
                                    

Seperti biasa, hari ini aku bangun dari tidurku dan bersiap siap untuk berangkat sekolah.

Hanya butuh waktu 20 menit aku sudah berpakaian rapi, dan siap turun ke meja makan.

Kulihat dimeja makan sudah ada Papah&Mamah.
"Pagi sayang" sapa Julia-sang Mamah.

"Pagi Mamaah" balasku "Mah, kak Ren blm pulang jg?"

"Kakak kamu masih di kampusnya. Semaleman dia bikin skripsinya dikampus" jelas Mamah.

Ya, kebetulan Kak Ren itu udah mau lulus dari kampusnya, dan kayanya sih akan nerusin perusahaan papah nantinya.

Akupun melanjutkan makan ku. Kulirik jam tanganku, sudah pukul 06.30. Aku harus bergegas atau akan terlambat. Akupun berpamitan pada kedua orangtuaku.

****

Aku berjalan di koridor sekolah menuju kelas. Kulihat sudah ada Nayla, dia memang anak yg rajin selalu datang lebih pagi.

Dan aku melihat juga, seorang yang sangat aku kagumi. Ya dia Davon, entah apa yg membuat aku sangat mengaguminya. Mungkin karna dia tipe orang yang care&friendly.

"Udah dateng De?" tanya Davon. Ya dia memang selalu seperti ini, perhatian.

"Udah kok Dave, baru aja" jawabku dengan tersenyum.

Lalu Davon berjalan menuju mejanya.

Masih terukir senyum di bibirku.
"Tiati tuh bibir, ntar gabisa balik kesemula lagi" suara itu selalu saja menggangguku, ya siapa lagi kalau bukan Nayla.

"Ih lo mah kebiasaan Nay, gatau apa temennya lagi seneng"

Nayla hanya tertawa, huh dasar rese lo Nay.

Pelajaran dimulai, masuklah guru galak bin ganas itu. Ya dia Bu Mira. Guru Fisika yg sumpah galaknya ganahan. Kebetulan hari ini ada ulangan. Maygat gabelajar!!!

"Ya anak anak cepat siapkan kertas ulangannya. Yang belum memiliki kertasa ulangan daya kasih waktu 5 menit buat beli di koperasi sekarang" tanpa abaaba semua anak yg tdk memiliki kertas ulangan berlarian. Ya tentu saja, karna koperasi ada dilantai dasar sedangkan kita ada dilantai 3 gimana mereka mau jalan santai.

Ulangan pun dimulai, saat dibagikan soalnya kulihat hmm cukup mudah.

Sudah 10 menit waktu berjalan. Kurasakan ada sesuatu yang terlempar ke punggungku. Aku berbalik dan menemukan kertas, bukan kunci jawaban melainkan contekan yang Devon berikan padaku. Aku pun dengan refleks berbalik ke Devon, dan raut wajah nya sangat melas.
Dave, dave.... Untung gue sayang *ehh.

Segera kuberikan jawabanku. Untung dia hanya bertanya satu soal.

****

Sudah waktunya istirahaat, yeeay!!

Aku dan Nayla berjalan ke kantin. Tibatiba seseorang menepuk pundakku.

"Makasih ya De, berkat lo gue bisa jawab pertanyaan terakhir" iya itu Devon. Huuh saat dia berkata seperti itu rasanyaa....

"Hehe, samasama Dave" kataku.

"Hmm, De. Malem minggu jalan yuk" astaga hampir dia membuat jantungku copoot.

Aku takbisa berkata apapun aku hanya mengangguk. Yeeaay!!
Devon pun tersenyum dan berlalu.

"Ekhm, ada yg mau jalan nih" sindir Nayla. Ya dia sejak tadi ada disebelahku.

Aku hanya tersenyum sendiri, aki takbisa menghapus senyuman ini.


HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang