Rabu, 019-006-1920
Battle Arena AFS
AFS ColonyAda sebuah perkataan dalam dunia militer yang mengatakan bahwa pada akhirnya, teknologi canggih tetap akan mengalahkan kemampuan manusia.
White Devil milik Juna diproduksi pada akhir 1909, yang berarti kurang lebih 1 dekade telah berlalu, menjadikannya unit tua jika dibandingkan dengan unit-unit baru. Tetapi, situasi sekarang dimana Juna sedang melawan unit Artileri Berat milik Marquis, dengan hanya sebilah pisau. Usia Unit R3 milik Juna hanya berbeda 5 tahun lebih muda dibandingkan R3 Stone milik Trey, yang diproduksi pada tahun 1904. Tetapi kedua unit itu tetap memiliki kemampuan yang luar biasa jika berada di tangan yang tepat.
Setelah rentetan serangan yang tidak berbuah, akhirnya Marquis memutuskan untuk menanggalkan armor unitnya untuk mengejar Juna yang dari tadi mencemooh Marquis dengan gayanya.
Di dalam kokpit, Juna terkekeh pelan. Sejauh ini, semua berjalan sesuai rencana. Ia memanfaatkan temperamen Marquis yang dari tadi sudah ia panas-panasi, lalu berencana untuk mengalahkannya dalam pertarungan jarak dekat.
"Jangan keluar dari peran lu, bocah! Itu bisa berbahaya buat kesehatan lu!" katanya.
"Berisiiik!!! Jangan meremehkan kemampuan Chevalier!! Gardes ini bukan hanya untuk pertunjukan saja!" serunya sambil melesat ke arah Juna sambil mengeluarkan saber dan perisai jarak dekat.
Juna merasa agak kurang puas, karena menurutnya, duel ini terkesan berat sebelah. Ia berharap bisa mendapatkan tantangan yang lebih menarik dibandingkan hanya berkelahi melawan anak yang lebih muda darinya.
Chevalier menyerang White Devil dengan serangan bertubi-tubi, yang dengan mudahnya ditangkis dengan pisau tempur yang sudah dilapisi dengan lapisan anti-beam.
"Kenapa kau cepat sekali! Hanya tumpukan mesin tua, diam di tempat supaya aku bisa memotongmu!!!"
Sesuai ucapan Marquis, White Devil menghentikan pergerakannya dan membiarkan Chevalier menyerangnya. Sekarang Juna hanya beralih ke memblokir serangan-serangan Marquis dan menunggu Gardes hijau itu mengeluarkan sisi buruk yang bisa ia serang dengan mudah.
Lalu saat dimana Juna membalas pun muncul. Chevalier bersiap untuk mengayunkan saber, lalu dengan cepat, White Devil menangkap tangan kanan Chevalier dan memotongnya. Sebelum Marquis memiliki waktu untuk merespon, ia menggunakan tangan kosong untuk menepis perisai Chevalier dan menusuk bagian torsonya, hanya menyisakan beberapa inci di depan wajah Marquis yang dipenuhi ketakutan dan kemarahan.
Suara sirine berbunyi, menandakan duel yang berakhir.
Terdengar sorakan dari arah penonton. Sementara itu ada seorang perempuan yang berdiri dan meninggalkan arena.
"Jadi dia ada di sini."
Di ruang ganti, Juna langsung melepaskan helm yang ia pakai. Lalu ia menghela nafas panjang.
"Kenapa? Nggak ada tantangan?" kata seseorang di depan pintu. Juna menoleh cepat, melihat seorang perempuan berambut coklat. Ia terdiam ketika melihat Silvi bersandar di samping pintu.
"Gua kira lu lupa sama gua. Tapi melihat dari reaksi lu, kayaknya nggak. Bagus lah..."
Mereka berdua terdiam selama beberapa saat.
"Kenapa? Apa ada yang salah? Kok lu diem-"
Omongan Silvi dipotong dengan pelukan dan ciuman rindu dari Juna. Awalnya, ia terkejut, tetapi selanjutnya ia juga memeluk balik dan beberapa tetes air mata bahagia menetes dari pelupuk mata Silvi.
"Gua minta maaf, karena terlalu lama ninggalin lu." kata Juna, sambil tersenyum lega, setelah akhirnya bertemu dengan orang yang paling ia rindukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Knights of Sriwijaya
خيال علمي"A Knight will fight till his last drop of blood."