Part. 10 - How

553 33 0
                                    

Alma’s POV

Ini hari minggu yang seharusnya kumulai dengan bangun pukul sembilan pagi dan menonton kartun pagi. Tapi suara dad yang berteriak dari bawah mulai mengusik tidurku. Aku mulai meraba jam weker yang berada di sisi kanan tempat tidurku, dan mataku sedikit terjaga melihat jarum pendek masih menyentuh angka lima.

“Kalian harus mampu menanganinya! Aku tak tau kapan akan kembali ke Canada karena sebentar lagi istriku berulang tahun. Fuck!”

Aku terpaksa rela bangun jam lima pagi tanpa mempedulikan bad hair ku dan langsung menghampiri dad. Lampu ruang keluarga masih belum dihidupkan, namun aku dapat melihat dad dengan frustasi menenggelamkan kepalanya kedalam telapak tangannya itu.

Everything’s alright?” Tanyaku memastikan.

Sorry for waking you up, darling. Yes, everything’s going on its way.” Ryan Rhodes tersenyum, namun aku tau dia berbohong. Baiklah, aku menghargai privasi ayahku, “Mm.. Can you tell your boyfriend to come here this morning? I wanna talk something to him. And yet ask Niall too.

Aku mengenyitkan dahi, “Aku bisa memberitahunya nanti. Tapi, tumben sekali, daddy.”

Aku membetulkan posisi dudukku sehingga aku sekarang berhadapan dengan dad. Ia mengusap permukaan rambutku halus, “Do you really love him?” Ia bertanya dengan lembut padaku.

Yes, I do. What’s going on? You must tell me something, dad.”

“Nope.” Ia menggeleng sambil tersenyum padaku. Ah, aku jadi merindukan ibu melihat senyuman itu, “Sekarang, pergilah ke dapur dan buatkan aku popcorn. Aku akan membangunkan Alya dan kita akan menonton film sekarang.”

You sure?” Aku mengerjap mataku tak percaya. Dad hanya tersenyum dan mulai melangkah menuju ke atas. Menonton film di minggu pagi hanya dengan menggunakan piyama itu hal yang sangat langka, kau tau. Dan aku sangat senang dad masih mengingat kebiasaan-kebiasaan masa kecil kami.

Aku segera berjalan menuju dapur. Menyalakan kompor, dan mulai memasukkan butiran jagung mentah yang sebagian kulumuri dengan karamel dan sebagian lain dengan mentega; dad tak suka popcorn manis. Aku segera menutup kuali sehingga terdengar bunyi POOP POOP yang sangat berisik di dalamnya. Aku duduk di meja makan sembari menunggu, dan mataku terpaku pada foto mom yang sedang memasak.

“Aku merindukanmu, mom. Sebentar lagi kau akan berulangtahun yang ke empat puluh. Dan aku berjanji takkan memberimu kue gosong itu hahaha.” Aku tertawa perlahan sambil memejamkan mataku. Entahlah, tapi setiap aku melakukan ini aku merasa mom juga menertawaiku atau membalas setiap perkataanku.

Bunyi POOP itu berhenti, dan aku bergegas mematikan kompor. Aku kembali menambahkan karamel di popcornku dan Alya serta membawa dua mangkuk itu menuju kamar dad. Oh, aku singgah sebentar ke kamarku untuk mengambil ponsel dan menelepon Zayn.

Zaynie boo! Am I waking you up too early?” Aku bertanya khawatir karena dia berbicara dengan sleepy voice nya. Duh, aku tak pernah tak ingin berteriak saat mendengar suara itu.

It’s alright, sweetie boo. Vas happening?

Dan sudahkah aku mengatakan aku sangat menyukai aksennya saat mengatakan ‘Vas Happening’?

Daddy said that he wanna invite you hanging around. Can you?

Tanpa berpikir, Zayn langsung menjawab ajakanku, “Sure! I won’t rejected the request of my dad-in-law.” Ia tertawa diujung sana dan dapat kupastikan dia sedang SHIRTLESS saat ini. Safaa selalu mengatakan padaku bahwa Zayn selalu tertidur dengan boxer dan.. Ehm. S-H-I-R-T-L-E-S-S.

Unsaid WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang