Part 21

3.5K 84 13
                                    

   Buat yang penasaran mukanya revan, itu dia mukanya revan.

------------

Hal yang lainnya yang kutahu adalah revan melayangkan sebuah pukulan ke arah hans. Begitu pula dengan revan, ia membalas kembali pukulan hans.

Aku menjerit tertahan.

"Hans berhenti!"teriakku kepada hans. Hans menatapku ia bangkit merapihkan bajunya dan menatap revan sengit.

"Aku pergi" pamitku kepada mereka berdua.

"Sandra"revan mencekal tanganku, aku menatapnya sedih, tanpa kusadari air mata jatuh dari pelupuk mataku.

"Aku antar kamu ke kantor sandra"ujar revan, aku mencoba untuk melepaskan tangan revan.

"Tidak"sautku, aku berhenti sejenak mengirup nafas sedal dalamnya.

"Kamu bertanya padaku, apakah mungkin kamu mencintaimu?"

"Tidak revan, kamu tidak mencintaiku, karena kamu tidak mungkin mencintai dua orang secara bersamaan kecuali kamu adalah bajingan

..lalu aku bertanya padamu revan, apakah kamu adalah seorang bajingan?kembalilah kepada kekasihmu revan, jangan menebar omong kosong lagi"Revan menatapku tidak percaya, cekalannya pada tanganku sedikit longgar, aku melepaskan cekalan tanggannya dengan mudah.

"Aku antar kamu pulang"hans sekarang berada didepanku.

Aku mengangguk lemah, aku takut bahwa aku tidak bisa mengontrol emosiku.

Hans membawaku ke arah mobilnya aku masuk kedalam mobil hans dengan tangan bergetar, bagaimanapun juga rasa marah dan malu bercampur menjadi satu, sudut bibir hans terlihat lebam.

   "Dimana kotak p3k?"tanyaku cepat, hans menatap ku bingung.

   "Untuk apa?"tanyanya

  Aku mendenguskan nafasku jengekel.
   "Hanya jawab dimana letak kota p3k itu" suaraku mulai memekik naik.

   Tahu bahwa emosi ku tersulut naik, hans menghembuskan nafasnya kesal, ia tau tadi ia bertindak gegabah mempermalukan sandra, membuat sandra menjadi pusat perhatian di orchard road.

   "Di keropak didepanmu"jawab hans tidak memalingkan wajahnya dari jalanan.

   "Tepikan mobilmu"titah ku.

Hans mengerutkan keningnya.
   "Tepikan mobilmu hanselo!"

  Mendengar perkataanku dengan cepat hans menepikan mobilnya ditempat yang aman dan nyaman.

   Dengan cekatan aku membuka obat obatan tersebut.

  Aku mengobati luka hans secara perlahan, tidak secara terlalu perlahan karena aku juga sangat sebal mengingat hans yang semena mena kepadaku.

   "Aku sudah bilang aku mencintaimu? Lalu apa tanggapanmu sandra"tanya hans seketika. Tanpa sadar aku menekan dengan keras luka hans dan membuat hans memekik kesakitan.

   "Aww, pelan pelan sandra" aku tidak menatap hans, bingun apa yang akan aku katakan kepada hans, lalu aku membersihkan bekas pengobatan hans.

   "Sandra tatap mataku" hans memegan daguku, menyelipkan beberapa helaian rambut kebelakang telingaku, aku kaget tentu saja tidak menyangka hans akan melakukan hal seperti ini padaku.

   "Apa yang terjadi sandra? Aku mencintaimu? Apa yang aku lakukan"tanyanya. Aku tetap diam, posisi ini sangat tidak menguntungkan bagiku, aku mencoba menenangkan degup jantungku yang begitu kencang.

   "Sandra, aku mencintaimu, bahkan mungkin dari semenjak aku bertemu denganmu yang sedang merenung di ayunan, sambil mengucapkan sesuatu..

   Kau tau kau mengucapkan kata kata apa?" Aku diam.

   "Biar aku ingatkan padamu"hans mengecup bibirku pelan bibir tebalnya beradu dengan bibirku, mataku terbuka lebar, tidak tau apa yang harus aku lakukan aku memjamkan mataku.

   Sampai hans melepaskan pagutannya bibirnya dari bibirku, aku kembali membuka mataku, mencoba menyadari apakah ini benar atau tidak, apakah ini mimpi atau kenyataan.

   "Hujan, jika cinta sejati benar benar ada, aku tidak akan menangis karena cahaya matahari tak kunjung terlihat, karena cinta sejatiku adalah cahaya yang tidak pernah padam terlekang oleh waktu"sautnya membuatku terdiam, aku ingat itu. Aku ingat ketika pertama kali aku bertemu dengan hans adalah setelah aku menggumamkan kata-kata itu, aku sedikit tidak percaya bahwa hans mendengar kata kata itu dan mengingatnya sampai sekarang.

   "Aku ingat sandra dan akan selalu ingat..

    Lalu aku mengajukan sebuah pertanyaan bagimu, bolehkah aku menjadi cahaya itu sandra?" Mata coklat itu menatapku dengan senyum di bibirnya.

~•~•~•~•~•~•~•~•
   "Aku pergi, sampai nanti" pamitku kepada hans, hans mengantarkanku kerumahku.

   "Sandra" tanya hans setelah aku turun dari dalam mobilnya.

   "Aku membutuhkan jawaban itu" aku terdiam sesaat, menatap hans yang masih menatapku.

   "Tidak perlu terburu buru aku akan menunggu"jelas hans aku sedikit menghembuskan nafasku lega, setidaknya aku masih dapat berfikir jernih siapa yang aku cintai.

    "Aku pergi"pamitku sekali lagi.

  Kulihat mobil hans sudah pergi dan aku baru saja akan memasuki kunci rumahku. Tetapi kemudian suara wanita datang.

   "Sandra?"tanyanya, aku membalikan badanku.

  Aku tidak percaya
   "Bu lilian?" Tanyaku

  Lilian tersenyum ramah aku sementara aku tersenyum kecut.

   "Sandra? Bisakah kita memilki waktu untuk berbicara sebentar? Tapi mungkin tidak disini"sautnya ramah.

   Aku kembali membalas senyumannya kikuk
   "Baik" hatiku berdegup kencang, apa yang akan dia bicarakan.

~•~•~•~•~•~


Maaf buat updatean yang lama, akhirnya part ini kelar juga, thankyou buat yang setia nunggu cerita ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

a little bit of sugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang