Dengerin multi media
sambil bacanya ya!Keduanya sama-sama diam membisu.Tidak ada diantara mereka yang berniat untuk membuka pembicaraan lebih dulu. Edward tetap fokus menatap jalan di depan nya, sedangkan disampingnya, gadis mungil itu hanya menatap keluar jendela sambil melamun.
Begitu hening,
Suara radio mobil pun dinyalakan dengan volume yang sangat kecil, membuat keheningan itu tampak begitu nyata. Jika bisa, Marsha ingin secepatnya keluar dari situasi yang serba canggung ini. Lalu satu lagu tiba-tiba terlantunkan dari radio,
Hands put your empty hands in mine
Scars show me all the scars you hide
And hey if your wings are broken please take mine till yours can open too.
Cause im gonna stand by you.Lagu Stand by you yang dibawakan oleh Rachel Platten itu terdengar sangat familiar di telinga Marsha. Ia langsung mengulurkan tangannya untuk menaikkan volume radionya agar lebih leluasa terdengar oleh telinganya yang sayup-sayup ikut menyanyikan lagu tersebut.
Bayangan kakak lelakinya-Reynald melintas dibenaknya. Marsha memejamkan matanya sejenak. Rasa rindu yang ia tahan selama ini menyeruak dihatinya begitu lagu ini terdengar olehnya. Lagu ini adalah lagu favoritnya dengan Reynald. Lagu ini pertama kali mereka berdua dengar saat muncul di radio beberapa minggu sebelum Reynald pergi ke Inggris.
Kakaknya itu kini melanjutkan kuliah nya diluar negeri, sesuai impiannya dari dulu, Oxford University, berkat kegigihannya dalam belajar, ia mendapat beasiswa kesana.
"Enak lagunya, judulnya apa?" tanya Edward tanpa menoleh.
"Stand by you - Rachel Platten." Jawab Marsha singkat, pandangan nya tetap mengarah keluar kaca mobil.
"Apa? Rachel Plating?" ulang Edward.
"Platten, astaga." Marsha menggeleng gelengkan kepala
Ganteng iya, famous iya, tapi budeg cih.
"Gara gara dengerin lo nyanyi, jadi gini deh telinga gue."
Dan gendeng.
***
"Udah sampe, turun." Edward melepas seatbelt nya, lalu membuka pintu mobilnya dan turun tanpa menunggu respon Marsha.
Marsha yang menyadari bahwa Edward sudah turun, langsung buru-buru turun dan mengikuti sosok laki-laki itu yang berjalan memasuki restoran dengan santainya.
Mereka pun langsung memasuki restoran bintang lima yang bernama 'Rellevint' itu. Begitu menyadari bahwa restoran bernuansa putih itu benar-benar mewah, ia bukanlah cewek yang baru pertama kali masuk ke restoran bintang lima seperti ini.
"Lo yakin? gamau ganti tempat?" Tanya Marsha sambil menarik baju seragam Edward.
"Kenapa? Udah jangan banyak omong, masuk aja." Balas Edward santai.
Begitu mereka sampai diambang pintu restoran, seorang pelayan perempuan mendekati mereka dengan senyuman ramahnya.
"Selamat datang, Tuan Edward." sambut pelayan itu, yang membuat Marsha keheranan.
Tuan?
Edward menyunggingkan senyum, "Untuk dua orang, sekarang."
"Mari, tuan." ucap pelayan itu yang mulai berjalan lalu diikuti Edward ,dan juga Marsha yang masih dilanda kebingungan.
Mereka berhenti di meja dengan dua kursi elegan di meja yang paling pojok, meja yang paling megah di restoran itu kain yang digunakan untuk menutupi meja dan kursinya benar-benar terlihat indah dibanding meja yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterflies [Editing]
Genç KurguEdward tak mengenal Marsha, Begitu pula sebaliknya. Di hari itu, sebuah kesalahpahaman terjadi yang berakibat pada kehidupan masing-masing. Membuat keduanya yang tak saling mengenal itu terpaksa untuk terlibat dalam suatu perjanjian, yang tanpa mere...