Insiden London

72 5 0
                                    

Setelah mendengar Zack berkata bahwa Emily adalah anggota dari Mist, Arthur benar-benar merasa kacau. Ia merasakan perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Rasanya, hati Arthur menjadi hancur berkeping-keping karena orang yang mulai ia percaya ternyata adalah musuhnya sendiri. Arthur pun berkata,

"E-Emily?! Kenapa...? Kenapa kamu menjadi anggota Mist...?"

Seperti biasa, Emily mengeluarkan senyum manisnya dan menjawab,

"Aku sudah menjadi anggota Mist dari sebelum kita bertemu. Wajar saja kamu tidak tahu karena ketika kita berbicara di apartemenmu, kamu tidak sempat menanyakan masa laluku karena Zack datang."

"Tapi Emily, kamu berkata bahwa kamu akan tetap selalu bersamaku. Lihat sekarang, kau malah berbalik menjadi musuhku. Aku rasa aku benar-benar bodoh karena sudah mempercayaimu. Ternyata benar, perasaan cinta bisa membuat orang menjadi bodoh.", jawab Arthur.

Mendengar perkataan Arthur, Emily pun berkata,

"Arthur, sejujurnya sejak awal kita bertemu, aku benar-benar tertarik padamu. Aku tidak tahu siapa dirimu sebelumnya dan aku benar-benar menyukaimu. Namun, ketika kamu bercerita di apartemenmu, aku baru tahu siapa dirimu yang sebenarnya dan aku harus melakukan ini semua. Apalagi setelah mendengar Zack berkata kalau Mist sudah menemukan lokasimu, aku benar-benar sadar kalau kamu adalah Arthur yang selama ini dicari. Aku juga berhutang budi pada Joshe sehingga aku harus berbohong padamu dengan berkata aku akan selalu bersamamu."

Arthur pun hanya bisa terdiam dengan perkataan Emily. Namun, ada 1 hal terakhir yang ingin Arthur tanyakan kepada Emily,

"Emily, aku yakin aku mendengar bahwa kamu melakukan ini semua karena berhutang budi pada Joshe. Memangnya, apa yang telah terjadi pada dirimu dan apa yang telah dilakukan oleh Joshe?"

Setelah bertanya seperti itu, Joshe memotong pembicaraan mereka,

"Baiklah anak muda, aku rasa sudah cukup berbincang-bincangnya. Masih banyak hal yang harus ku urus."

Akan tetapi, Emily pun menjawab,

"Biarkan aku berbicara dengannya dulu, Joshe. Kalau kau tidak ingin mendengarnya, kau bisa menyerahkan ini kepadaku dan menyelesaikan pekerjaanmu yang lainnya dulu."

"Baiklah. Emily. Aku serahkan ini semua kepadamu. Kamu adalah agen terbaikku saat ini. Jangan menyia-nyiakan kepercayaanku.", ucap Joshe.

"Baik, Joshe.", jawab Emily.

Joshe pun pergi meninggalkan ruangan  itu. Sekarang di ruangan itu hanya tersisa Arthur, Emily, dan Zack. Emily pun menjawab pertanyaan Arthur yang tadi,

"Arthur, jadi kau ingin mengetahui masa lalu ku juga ya. Kalau begitu, akan kuceritakan. Semua ini bermula ketika aku duduk di bangku SMA. Saat itu aku bersekolah di London dan aku sedang berada di sekolah. Saat aku sedang mengikuti pelajaran, tiba-tiba saja aku dipanggil oleh salah satu guruku keluar. Guruku memberikan kabar yang tidak bisa kupercaya. Pada awalnya aku mengira guruku mungkin salah dengar. Akan tetapi, ternyata semua itu benar. Ayah dan ibuku mati di sebuah hotel yang bernama Houston. Mereka mati dibunuh oleh pria misterius yang sampai sekarang tidak diketahui siapa namanya. Aku benar-benar terpukul akan hal itu. Aku terpuruk selama hampir setahun. Hingga suatu hari, ada 2 orang pria dengan pakaian rapi berwarna hitam datang menjemputku. Mereka bilang kalau mereka berjanji bisa membuatku lebih baik dari sekarang dan bisa membalaskan dendam pada orang yang telah membunuh orang tuaku. Kisah selanjutnya pasti kamu sudah mengetahuinya Arthur. Aku mendapatkan hal yang sama sepertimu. Pelatihan dan sebagainya. Oleh karena itu, aku berhutang budi kepada Joshe karena aku bisa menjadi kuat seperti sekarang ini."

Setelah mendengar cerita itu, ekspresi Arthur tiba-tiba berubah. Ekspresi Arthur menjadi seperti ia merasa kalau ia mengetahui apa yang terjadi dengan orang tua Emily. Arthur pun bertanya kepada Emily,

"Emily, kalau boleh tahu, siapa nama orang tuamu?"

Emily pun menjawab,

"Kenapa memangnya? Aku rasa itu bukan urusanmu."

Arthur pun memaksa Emily untuk menjawabnya,

"Tentu itu urusanku Emily! Aku rasa aku bisa membantumu menemukan orang yang membunuh orang tuamu."

Emily pun akhirnya menjawab pertanyaan Arthur tersebut,

"Benarkah? Nama orang tua ku adalah Phill Hudson dan Anna Hudson."

Arthur pun menanyakan 1 pertanyaan lagi untuk memastikan dugaannya.

"Apakah mereka anggota parlemen?"

Ekspresi muka Emily pun berubah menjadi penasaran sekaligus sedikit kaget.

"Bagaimana kamu bisa tau?"

Akhirnya, rasa penasaran Arthur terjawab sudah. Arthur pun berbicara kepada Zack,

"Zack, kau ingat insiden di London kan yang membuatmu hampir terbunuh?"

"Tentu, dan aku tau mengarah kemana pembicaraanmu sekarang ini."

Emily bingung mendengar pembicaraan Arthur dan Zack. Ia pun berbicara,

"Apa yang kalian berdua bicarakan? Cepat beritahu aku! Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi sekarang ini!"

Akhirnya, Arthur pun menjelaskan pada Emily.

"Emily, kau pasti ingat kan ketika Zack datang ke apartemenku ingin menolongku, ia berkata bahwa ia melakukan itu semua karena ia berhutang budi padaku karena nyawanya hampir melayang di London. Aku akan menceritakan padamu apa yang sebenarnya terjadi di London.  Zack dan aku memiliki tugas yang sama, yaitu membunuh orang-orang penting bagi negara ini. Pada waktu itu, Zack ditugaskan untuk ke London oleh Joshe. Ia ditugaskan untuk membunuh seorang anggota parlemen di sebuah hotel yang bernama Houston. Aku yakin kamu sudah mengetahui siapa target Zack pada waktu itu."

Mendengar cerita Arthur, raut muka Emily berubah menjadi seperti tidak percaya sama sekali dengan perkataan Arthur karena kalau semua itu benar, berarti selama ini ia sudah mengabdi pada orang yang salah. Orang yang menjadi incarannya selama ini. Emily pun meminta Arthur untuk melanjutkan ceritanya.

"Apa yang terjadi selanjutnya?! Cepat ceritakan!"

Arthur pun melanjutkan ceritanya,

"Baiklah, Emily. Setelah mendapat perintah dari Joshe, Zack pun melakukan tugasnya seperti biasa. Ia mengintai Phill Hudson untuk mengetahui kegiatan sehari-harinya dan mencari waktu yang tepat. Setelah Zack sudah mendapatkan itu semua, Zack pun memulai misi pembunuhannya. Pada waktu itu, kebetulan aku ada di hotel itu untuk berjaga-jaga kalau saja Zack melakukan kesalahan karena meskipun kita menjalani pelatihan yang sama, akan tetapi pada saat itu, Zack masih belum handal menjalankan tugasnya. Hal itu pun benar-benar terjadi. Zack melakukan kesalahan yang hampir membuatnya terbunuh. Zack mendekati kamar ayahmu, mengetuk pintunya dan ketika ayahmu membukakan pintunya, ia langsung masuk dan mengeluarkan pistolnya. Ia menodongkan pistolnya ke arah kepala ayahmu dan menekan pelatuknya. Akan tetapi, pistol Zack ternyata macet dan di ruangan itu ternyata tidak hanya ada Phill, tetapi di ruangan itu juga ada ibumu, yaitu Anna. Zack tidak mengetahui hal itu karena selama pengintaian, ia tidak melihat ada ibumu. Setelah pistol Zack macet, ibumu langsung berlari menuju Zack dan memukul kepalanya dengan vas bunga. Ayahmu berlari menuju samping tempat tidur, membuka laci dan mengambil pistolnya. Ia menodongkan pistolnya kepada Zack dan bersiap menembak, namun sebelum itu terjadi, aku segera datang dan menembak ayah dan ibumu pada saat itu juga. Mereka berdua pun mati dan kami segera meninggalkan tempat itu. Begitulah kisah mengenai insiden di London pada waktu itu. Aku yang membunuh kedua orang tuamu. Kamu ingin membalaskan dendam kan? Aku rasa sekarang waktu yang tepat. Silahkan lakukan Emily. Aku tidak akan membencimu."

Mendengar cerita Arthur, Emily pun menangis. Ia menangis dengan perasaan yang amat sangat menyesal dan merasa bodoh. Emily pun berkata sambil menangis,

"Arthur... mungkin aku tadi memang mengatakan kalau aku ingin membunuh orang yang melakukan hal keji kepada orang tua ku... namun setelah mendengar ceritamu... aku tau kalau sebenarnya dalang dibalik semua ini adalah Joshe... aku tidak akan membunuh orang yang melakukan hal keji kepada orang tua ku... tetapi aku akan membunuh dalang dibalik semua ini!"

Emily yang awalnya menangis akhirnya menjadi penuh amarah dan dendam. Akhirnya, ia dan Arthur memiliki tujuan yang sama.

"Emily, jadi apa yang akan kamu lakukan sekarang?", tanya Arthur.

Emily pun menjawab,

"Arthur... Aku berada di pihakmu!"

ArthurWhere stories live. Discover now