Awal Penyelesaian

81 8 2
                                    

Hari yang ditunggu pun telah tiba. Arthur mempersiapkan pistol yang telah dipinjamnya dari Zack. Ia memastikan bahwa pistol tersebut berfungsi dengan baik. Ia mengenakan rompi anti peluru yang tipis tetapi sangat kuat untuk berjaga-jaga. Setelah semua telah siap, Arthur pun segera berangkat untuk menyelamatkan Emily. Ia juga berencana untuk mengakhiri semua ini dengan membunuh Joshe. Akan tetapi, keselamatan Emily tetap menjadi prioritas utama.

Arthur pun berjalan keluar dari pintu apartemennya. Ia menyusuri lorong apartemennya sambil menghubungi Zack.

"Zack, sekarang aku sedang berada dalam perjalanan menuju markas Mist. Aku ingin kau berada di ruang kendali nanti. Jangan sampai Joshe tau kalau aku menghubungi mu. Jika aku nanti dalam kesulitan dan benar-benar terpojok, aku ingin kau mematikan sumber daya disana sehingga itu bisa mengalihkan perhatian mereka sejenak. Setelah itu, biar aku yang urus selanjutnya."

"Baik, Arthur. Berhati-hatilah!", jawab Zack.

Arthur pun menutup teleponnya dan melanjutkan perjalanannya. Arthur menuju markas Mist dengan menaiki kereta bawah tanah yang mengarah ke daerah selatan. Selama di perjalanan, Arthur merasa cukup gelisah karena ia merasa ini akan menjadi akhir dari segalanya dan ia sangat mengkhawatirkan Emily. Ia berharap dewi keberuntungan berada di pihaknya.

Setelah 20 menit perjalanan menggunakan kereta, akhirnya Arthur sampai di stasiun Rodwell. Dari sana, ia berjalan kaki 10 menit untuk menuju markas Mist. Tak lama setelah berjalan, Arthur pun sampai di depan pintu gerbang markas Mist. Ia berkata di dalam hatinya,

"Setelah aku melewati pintu gerbang ini, tidak akan ada kata mundur lagi sampai ini semua berakhir. Tunggu aku, Emily!"

Arthur pun melangkah perlahan memasuki gerbang tersebut. Setelah masuk, ia di sambut oleh 2 orang agen Mist. Pengawal tersebut menggeledah Arthur dan mengambil pistol yang dibawa Arthur. Akan tetapi, para pengawal tersebut tidak mengetahui kalau Arthur mengenakan rompi anti peluru karena rompi tersebut tipis sehingga sulit terlihat.Setelah di geledah, Arthur di borgol dan kepalanya ditutupi dengan kain hitam. Ia dibawa menuju suatu ruangan yang tidak ia ketahui. Ia di paksa duduk di atas sebuah kursi kayu, diikat disana, dan ditinggal oleh para pengawal dan berada sendirian di ruangan itu. 

Setelah sudah menunggu cukup lama, tiba-tiba Arthur pun mendengar suara seseorang membuka pintu. Lalu terdengar suara langkah kaki mendekatinya dan berbicara kepadanya,

"Agen Arthur, sudah lama kita tidak berjumpa. Perjumpaan terakhir kita adalah sebelum kau pergi dari organisasi Mist tanpa sepengetahuanku. Tapi pada akhirnya kau kembali lagi kesini."

Setelah mendengar suara itu, pria yang berbicara dengan Arthur pun membuka kain yang menutupi kepala Arthur. Seperti yang sudah Arthur duga, ia melihat sosok pria dengan tubuh yang tidak terlalu besar, berambut putih, usianya sekitar 40 tahun keatas, dan memiliki bekas luka goresan di pipi kanannya. Pria itu tak lain dan tak bukan adalah Joshe, pemimpin organisasi Mist. Arthur pun berbicara kepada Joshe,

"Joshe, keparat kau. Apa yang kau inginkan dariku? Dan apa yang kau lakukan pada Emily? Aku bersumpah kalau kau menyakitinya sedikit saja, aku akan membunuhmu!"

"Well, Arthur. Lihat dirimu sekarang. Kamu dalam keadaan terborgol, terikat di kursi, dan tidak berdaya. Apa yang bisa kamu lakukan kepadaku? Hahaha!", ucap Joshe.

Arthur pun geram dengan Joshe dan ia meludahi Joshe yang berada 2 meter di depannya. Tidak terima dengan perlakuan Arthur, Joshe menghampiri Arthur dan memukulnya berkali-kali sampai Arthur babak belur.

"Jangan berani-beraninya berbuat kurang ajar kepadaku. Jika kau lakukan itu sekali lagi, akan kubunuh kau di tempat ini sekarang juga.", ucap Joshe.

Arthur pun hanya bisa terdiam menahan rasa sakitnya, namun ia tetap berusaha untuk menanyakan Emily,

"Dimana... Emily....? Jika dia terluka.... aku akan membunuhmu...."

Akhirnya, Joshe pun menjawab pertanyaan Arthur mengenai Emily.

"Emily ya? Maksudmu wanita berambut pirang dengan senyum manisnya itu kan? Dia baik-baik saja. Nanti kau akan menemuinya."

Setelah menjawab pertanyaan Arthur, tiba-tiba Joshe mendapat panggilan melalui earphone yang ia gunakan. Arthur tidak tahu apa yang Joshe dengar. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, setelah Joshe selesai menerima panggilant tersebut, Joshe mengatakan hal yang sedikit membuat Arthur takut,

"Arthur, nampaknya ada seekor tikus di gedung ini. Aku sudah memerintahkan anak buahku untuk menangkap tikus tersebut. Sebentar lagi, tikus itu akan dibawa ketempat ini."

Arthur merasa cukup panik karena ia sangat yakin kalau yang di maksud oleh Joshe adalah Zack. Dengan sedikit rasa takut, Arthur pun menanyakan hal tersebut kepada Joshe,

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti sedikitpun yang kamu maksud."

"Arthur, aku tau kamu adalah agen tercerdas di organisasi ini. Tapi percayalah, kamu tidak lebih pintar dariku. Sepintar apapun kamu menyembunyikan sesuatu, aku pasti bisa menemukan hal tersebut.", ucap Joshe.

Rasa takut Arthur pun semakin bertambah, ia tidak ingin kalau temannya Zack harus terlibat dan menjadi korban atas perbuatannya. Setelah beberapa saat, rasa takut Arthur pun terjawab. Semua hal yang dipikirkannya ternyata benar. Pintu ruangan itu terbuka. Tampak seorang pria bertubuh kekar dalam keadaan terikat dan babak belur memasuki ruangan tersebut. Pria tersebut adalah Zack. Arthur benar-benar merasa bersalah karena telah melibatkan Zack. Namun, perasaan buruk yang Arthur rasakan itu belum berakhir. Tak lama setelah Zack memasuki ruangan, tampak seorang wanita muda berambut pirang dan berkulit putih memasuki ruangan tersebut. Wanita tersebut lah yang membawa Zack ke ruangan itu. Arthur amat sangat terkejut karena hal tersebut dan berbicara dengan perlahan karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat,

"A-apa maksud semua ini...?"

Tiba-tiba terdengar suara yang lemah dari mulut Zack yang berada dalam posisi tersungkur di lantai,

"Arthur, maafkan aku.. Emily ternyata adalah anggota Mist..."


ArthurWhere stories live. Discover now