C&C - (3)

195 45 16
                                    



Jam setengah satu dini hari.

Tidak ada tanda-tanda akan datangnya kejutan yang Ina tunggu-tunggu. Khususnya dari Calvin. Karena, Cal lah orang yang lebih sering memberikan kejutan pada jam dua belas malam teng. Livia dan Naira, sahabat Ina selain Cal, biasanya akan memberi kejutan ketika di sekolah atau di rumah Ina pada siang hari atau malamnya.

Tapi sekarang, sudah lebih dari tiga puluh menit, kenapa Cal belum datang juga? Padahal Ina sudah mempersiapkan semuanya agar tidak tidur pada saat tengah malam. Karena pada tahun lalu saat Cal datang untuk memberikan kejutan, Ina masih tidur kayak orang mati padahal Cal sudah membangunkannya. Setelahnya, Cal terpaksa menyipratkan air ke muka Ina, karena cara itulah yang dirasa ampuh.

Dan lidah Cal sudah kelu untuk mengingatkan Ina, kalau tidur jangan seperti orang mati. Dan sekarang, Ina mengikuti saran tersebut dengan meminum kopi sebelumnya. Ina memang suka kopi, tapi Ina tidak pernah meminum minuman berkafein itu saat malam hari, pengecualian untuk hari ini.

Calvin tidak lupa sama sekali dengan ulangtahun Ina. Cowok itu sudah memberikan ucapan selamat ulangtahun melalui line ketika waktu menunjukkan pukul dua belas tadi.

Calvin Rafandra: ina...
Calvin Rafandra: happy birthday,
Calvin Rafandra: ya

Begitulah kira-kira isi pesan yang Ina terima dari Cal, line beruntun dengan hanya beberapa kata. Bahkan tidak ada wish sama sekali. Ina hanya mengelus dada saat membacanya, walaupun tidak bisa dipungkiri Ina senang karena Cal tetap mengingat hari ulangtahunnya.

Setelah berdecak kesal, Ina menyimpan ponselnya lantas menghempaskan kembali tubuhnya ke kasur. Ina tidak mau menambah kekesalannya dengan masih membuka mata, jadi, Ina memutuskan untuk tidur dan melupakan segalanya. Mencoba berpikiran positif, barangkali Cal mempunyai urusan lain, atau bunda melarang Cal untuk keluar rumah karena bunda takut sendirian di rumah dan ayah Cal mempunyai tugas kerja diluar kota.

Tapi, 'kan ada balkon.

Ina kembali mendengus ketika kata-kata itu melintas di pikirannya. Kemudian kembali mencoba untuk memejamkan mata, tidak mau memusingkan lagi.

Tidak sampai lina menit menutup mata, Ina kembali membukanya saat didengarnya suara berisik di balkon, lantas ia menuruni ranjang dan berjalan ke arah pintu balkon tanpa penerangan sepenuhnya, hanya lampu kecil yang remang-remang di dalam kamar.

Ina bukan orang yang penakut, catat itu.

"Loh, Cal?" alis Ina terangkat bingung ketika pintu balkon terbuka dan terlihatlah wajah kesakitan Cal. "Kenapa main di balkon? Kok, Cal badannya kayak beruang?"

******

"Cal, lo yakin mau pake kostum begitu?" Rama mengernyitkan dahi dengan tatapan apa banget deh ke arah Cal. Lalu cowok dengan rambut acak-acakan itu menelan ludah dengan susah payah. "Nanti kalau Ina malah mukulin lo, gimana?"

"Gak bakalan!" sahut Beben. Dia yang memberikan ide gila tersebut, dan dengan bodohnya Calvin mengikuti saran sahabatnya. Tentunya, dibalas dengan seruan kesenangan dari Beben dan memperlihatkan lesung pipinya. "Lagian, lo terlihat unyu-unyu gemesin gimana gitu."

Cal memutar kedua bola matanya, sungguh ... Cal kepanasan di dalam kostum beruang itu. "Sumpah, gue gerah, banget. Serasa di neraka."

"Ye si Calong, kayak pernah ngerasain neraka aja. Gini deh, percaya sama gue, semuanya bakal berhasil dan berjalan dengan lancar," ucap Beben menengkan. Padahal, sih, dia juga gak yakin.

Rama hanya menghela napas pasrah, biasanya Cal yang akan memberikan ide gila seperti itu. Tetapi sekarang digantikan dengan Beben yang otaknya gak jauh beda sama Cal. Dan bodohnya, Cal menuruti tanpa membantah.

Calvin & CalvinaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin