Mungkin ini adalah keputusan salah yang Cal ambil; datang tiba-tiba seperti jelangkung ke rumah Beben, yang kebetulan juga kedatangan dua temannya yang lain. Cal bukannya mendapat ketenangan, melainkan bertambah memperburuk suasana hatinya.
"WOI RASYA JANGAN CURANG!" terdengar lengkingan suara yang memekakkan kuping. Cal mengusap kupingnya, untung buatan tuhan, kalau buatan manusia pasti sudah hancur dalam sekejap.
Orang yang disebut nama hanya terkekeh geli, "lo aja yang bego mainnya. Udah deh, kalau nggak bisa nyerah aja."
"Nyerah gitu aja? Silahkan anda tidur dan bermimpi dulu, Tuan Rasya." Rama kembali fokus ke stik ps di hadapannya.
"Cal sumpah ya, muka lo udah kayak lekukan rok seragan anak SD. Geli gue liatnya." Beben yang sedari tadi fokus dengan game di ponselnya, kini angkat suara karena tidak tahan melihat muka Cal yang sedari tadi hanya menampilkan seraut yang sama sekali tidak enak dipandang.
Calvin tidak menjawab.
"Kayak gak tau dia aja, galau palingan," celetuk Rama.
"Mungkin pacar-pacarnya minta putus karena tahu kalau cowoknya player kelas teri," timpal Rasya dan diiringi dengusan geli.
Calvin tidak menjawab, lagi. Matanya kini menatap Rasya. Kalau tatapan bisa membunuh, mungkin Rasya sudah terkapar di rumah Beben.
"Bercanda doang, Cal." Rasya nyengir sambil menepuk bahu Cal, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Lagian pake jadi player segala, karma ntar lo," kata Rama asal celetuk tanpa melihat Cal yang mukanya tambah di tekuk. Beben hanya merutuki kebodohan temannya, bisa berabe kalau Cal udah ngamuk.
"Mereka yang mulai duluan, ya gue tinggal terima aja," akhirnya Cal angkat suara dan membalas seruan-seruan tidak penting teman-temannya. Suaranya tidak nyolot sama sekali, tidak terkesan sombong juga, cowok itu hanya berbicara dengan santai. Kalau orang sering bilang, asal nyeblak.
"ANJIR SONGONG BANGET!"
"Berisik aja sih. Udah deh gue mau cabut."
Teman-temannya langsung menatap Cal dengan kening berkerut, "lah? mau kemana lagi lo?" Beben sebagai tuan rumah yang bertanya duluan.
"Kepo aja lo kayak cewek," lantas cowok itu bangkit dari posisinya dan melangkah keluar dari rumah Beben dengan rutukan dan sumpah serapah dari teman-temannya.
********
Ina berjalan menuruni undakan tangga satu persatu ketika pandangannya tertuju pada sosok perempuan yang terlihat hendak menaiki tangga. Lantas Ina mempercepat langkahnya agar segera sampai di hadapan cewek tersebut.
"Gi, dari mana?" sapa Ina ceria seraya tersenyum sumringah. Sejenis senyuman yang bagi siapapun yang melihatnya, pasti akan mengira kalau cewek itu tidak punya masalah sama sekali di hidupnya.
Anggi menatap Ina dengan malas, "bukan urusan lo," balasnya sengit lantas segera menaiki tangga dengan melewati Ina begitu saja tanpa memperdulikan perasaan lawan bicaranya.
Ina hanya menghela napas panjang dan menghitung dari satu sampai sepuluh lantas menghembuskannya. Cara terampuh untuk menetralisirkan gelenyar aneh di dadanya. "Tadi Ina beliin pizza, tuh ada di dapur. Agi pasti belum makan," kata Ina tenang tanpa emosi sedikit pun. Kalau Anggi nyolot dan Ina balas nyolot, urusannya akan panjang.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Calvin & Calvina
Fiksi Remaja"Ina memang cantik, tapi sangat disayangkan dia agak sedikit gila. Kalau kalian ingin tahu tentang kehidupan artis hollywood, tanya aja sama Ina, dia tau segalanya. Ina suka kopi, sama seperti gue." -Calvin Rafandra Putra "Ina suka senyum Cal, Ina s...