two

1.2K 85 17
                                    

Minah berulang kali mengalihkan pandangannya dari novel yang ia baca untuk menatap Junhoe yang terdiam disampingnya. Melihat Junhoe yang biasanya jahil tapi sekarang diam dengan pandangan kosong seperti ini merupakan salah satu hal yang aneh bagi Minah. Alhasil, Minah menutup novelnya dan menepuk bahu Junhoe pelan sehingga membuat pria itu tersadar dari lamunannya.

"Eo? Ada apa?" Tanya Junhoe sambil menatap Minah bingung.

"Seharusnya itu pertanyaanku, June. Kau yang kenapa?" Tanya Minah balik membuat Junhoe terdiam untuk sepersekian detik, namun ia dengan cepat mengendalikannya. Junhoe tersenyum kecil.

"Aigoo, pacarku kayaknya lagi khawatir sama aku." Ucap Junhoe sambil mencubit pipi Minah gemas, Minah segera memukul tangan Junhoe berulang kali.

"Ya! Aku serius, June!" Pekik Minah kesal namun Junhoe bukannya cepat menjawab pertanyaan kekasihnya itu, pria itu malah tertawa kecil.

"Bukan apa-apa, kok. Lagi ngebayangin masa depan sama kamu aja." Jawab Junhoe gombal membuat Minah membelalakan matanya dan segera memukul Junhoe berulang kali.

"Gombal! Gombal! Gombal!" Ucap Minah kesal sekaligus malu disaat bersamaan.

"Aduh, aduh! Chagi, aku ini bukan mochi yang harus dipukul-pukul kayak gini!"

"Biarin! Biar gepeng sekalian! Biar otak kamu tuh, rada bener sedikit!" Kata Minah sambil terus memukul Junhoe tanpa ampun.

Junhoe hanya tertawa lepas, berada disekitar Minah dan menghabiskan waktu bersama Minah adalah obat paling manjur sedunia. Walaupun pukulan Minah membuat tubuhnya kesakitan, namun Junhoe tidak bisa untuk tidak merasa bahagia. Menggoda Minah adalah salah satu hal favorit Junhoe. Setidaknya, dengan bersama Minah, Junhoe bisa melupakan sedikit masalahnya tentang... Nayeon.

"Ngomong-ngomong, makasih ya bekalnya. Itu buatan kamu apa buatan Eomma, hm?" Tanya Junhoe membuat tangan Minah terhenti di udara. Minah merasakan pipinya bersemu.

Bahkan setelah empat tahun bersama, setiap Junhoe menggodanya, pipi Minah selalu bersemu.

"Buatan, aku." Ucap Minah malu-malu. Pasalnya ini baru pertama kalinya dalam empat tahun mereka bersama, ia membuatkan Junhoe bekal. Bahkan karena terlalu malunya Minah untuk memberikan bekal buatannya secara langsung pada Junhoe, ia harus menitipkan bekal tersebut pada Chanwoo, salah satu sahabat Junhoe.

"Enak." Puji Junhoe membuat Minah tak berani menatap mata Junhoe. Minah beranjak dari kursinya dan meninggalkan Junhoe yang mengerutkan dahinya bingung.

"Minah-ya, mau kemana?" Tanya Junhoe bingung. Namun bukannya berhenti Minah malah semakin mempercepat langkahnya. Junhoe hanya menggedikan bahunya tidak perduli dan matanya menangkap novel Minah yang tertinggal. Junhoe menyeringai kecil.

"Minah! Novelmu ketinggalan!" Teriak Junhoe membuat langkah Minah terhenti.

'Minah bodoh.' Batin Minah dalam hati. Ia berbalik ke arah Junhoe dan mengambil novelnya dari tangan Junhoe. Namun tidak semudah itu, karena Junhoe menahan novel tersebut dalam genggaman tangannya yang erat.

"June.." Pinta Minah dengan nada memohon.

"Apa, Minah-ya?" Tanya June sambil tersenyum kecil.

"Ah, yasudah novelnya buat kamu aja." Ucap Minah lalu segera kabur tanpa menatap mata Junhoe sekalipun. Junhoe yang melihat sikap kekanak-kanakan Minah hanya bisa tertawa lepas.

Sudah Junhoe buktikan bukan? Bahwa menggoda Minah adalah hal favoritnya.

Junhoe menatap punggung Minah yang semakin menjauh. Lambat laun senyum Junhoe semakin pudar dan ia hanya bisa menghela nafasnya panjang.

My Boyfriend, JunhoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang