fourteen

863 55 26
                                    

Sebulan setelahnya dan keadaan sama sekali tidak berubah, melainkan memburuk. Minah berusaha untuk tidak perduli, berusaha untuk tidak menghiraukan segala desas-desus yang menyebutkan namanya dan Junhoe berulang-ulang, terutama soal video tersebut. Setiap hari ia berdoa bahwa mereka akan berhenti untuk membicarakan hal-hal tentang dirinya, namun semakin tidak ada perlawanan dari Minah dan pergerakan dari Junhoe, rumor yang beredar mulai tidak benar. Mulai dari Minah yang terlalu jual mahal, Minah yang tidak tahu terimakasih kepada Junhoe, Minah yang ini dan itu. Yang paling parah dari semuanya, Minah pernah tidur dengan Junhoe.

Semua kesalahan seakan terletak pada Minah, padahal kenyataannya mereka tidak tahu secuil kebenarannya, sedikit pun. Bahkan sekarang, nama Hanbin menjadi terseret dari masalah ini. Semua membebani pikiran Minah, semuanya. Hingga sering kali dalam sebulan terakhir sudah lima kali ia masuk ke unit kesehatan sekolah hanya karena mukanya yang pucat dan sering kali hampir pingsan, ya sebenarnya dia sudah pernah pingsan, benar-benar pingsan, dua kali dari lima kali ia ke unit kesehatan sekolah. 

"HB-mu rendah, sudah berapa kali suster bilang untuk tidak bekerja terlalu keras?" Kali ini suster itu menaikan nadanya, bukan karena ia merasa muak melihat Minah yang keluar masuk unit kesehatan sekolah melainkan ini benar-benar menyangkut kesehatan Minah. "Kalau kau tidak beristirahat dengan cukup, suster yakin kamu bisa dirawat di rumah sakit. Tinggal menghitung hari sebelum ujian kenaikan kelas, jaga kesehatanmu."

Minah hanya berdeham pelan, ia merasa sangat lemas bahkan untuk menjawab perkataan suster tersebut saja rasanya sudah tidak mampu. Matanya perlahan sayup-sayup menutup dan membuka berulang kali. Awalnya Minah sama sekali tidak ingin terlelap, namun kantuk menyerangnya dan ia lebih memilih untuk pergi bersama gelap. Tidur, melupakan segala masalah yang menimpanya walau hanya untuk sejenak.




Junhoe dan Hanbin, kedua pria itu sama-sama berlari di koridor berdampingan. Mereka tak perduli siswa-siswi yang menatap mereka bingung yang mereka ketahui adalah bagaimana caranya sampai di unit kesehatan sekolah secepatnya. Setelah keduanya mendengar kabar bahwa Minah masuk ke unit kesehatan sekolah lagi, keduanya sama-sama khawatir. Junhoe masuk  terlebih dahulu, diikuti dengan Hanbin dibelakangnya. Ia melihat Minah terbaring di atas tempat tidur, ia mendekat dan ingin meraih wajah gadis itu namun sebuah tangan menahannya, "Ia belum lama tidur, jangan berisik. Jangan mengganggu. Kalau kalian ingin mengganggu lebih baik di luar saja."

Junhoe terdiam, menarik tangannya kembali sedangkan Hanbin hanya menatap Minah yang terlelap.

"Bagaimana keadaannya, sus?" Tanya Junhoe memecah keheningan, suaranya nyaris seperti bisikan. Sepertinya Junhoe benar-benar tidak ingin membuat Minah terbangun. Bahkan ia bisa melihat kantung mata Minah yang menggantung di pelupuknya, pasti gadis ini kurang tidur.

"HB-nya rendah, sudah saya peringatkan untuk tidak bekerja terlalu keras namun sepertinya anak ini ngeyel."

Bukan, bukan karena susah diberitahu. Hanbin tahu jelas kenapa Minah seperti ini, begitupula dengan Junhoe. Ini semua karena video satu bulan lalu, semuanya berawal dari situ. Kalau bukan karena video itu tidak mungkin Minah harus keluar masuk unit kesehatan sekolah seperti ini. Bahkan, sedengar mereka nilai akademik Minah juga ikut menurun.

Hanbin tidak tahu harus berbuat apa, ia juga tidak ingin menggangu waktu istirahat Minah sehingga tanpa aba-aba pria itu keluar, meninggalkan tempat itu. Semakin ia melihat wajah pucat Minah, ia merasa tidak berdaya, ia merasa sama sekali tidak berguna. Seseorang yang pernah mengisi hatinya dan masih mengisi hatinya hingga saat itu terkapar lemas tak berdaya. Hanbin mengepalkan tangannya erat, ia bertekad untuk menemukan pelaku yang menyebar video sialan itu.

-myboyfriend, junhoe-

Minah terbangun dari tidurnya. Namun yang membuat dirinya bingung adalah, ia terbangun di pangkuan Junhoe. Menjadikan paha Junhoe sebagai bantalnya. Nafasnya tercekat melihat jaraknya dengan Junhoe sangat dekat. Junhoe terlelap, mungkin lelah karena menunggu Minah selain itu juga memang unit kesehatan sekolah juga pantas dijadikan tempat tidur sementara para murid yang berniat membolos. Tangan Minah terangkat ke udara, ingin meraih wajah Junhoe namun ia menariknya kembali. Ini salah, menurutnya. Dia dan Junhoe sudah tidak memiliki hubungan apapun dan tidak seharusnya mereka berdua di tempat sepi seperti ini. Bagaimana kalau ada orang lain yang melihat, bagaimana kalau nanti ada yang menyebarkan rumor yang tidak-tidak kembali? Minah takut, sangat takut.

My Boyfriend, JunhoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang