Chapter 2 : Snow Angel

102 20 0
                                    

"Carilah bintang yang paling terang, di sanalah Peri Salju berada," kenang Ji Teng pada ucapan ibunya.

"Bintang yang paling terang," ulangnya penuh semangat. Dengan berani menerobos masuk ke dalam hutan, tidak peduli walau salju turun semakin lebat.

"Tuhan, bantu aku menemukan Peri Salju. Bantu aku mempertemukan kembali orang tuaku. Bantu aku menghapus airmata di mata Ibuku. Keinginanku hanyalah agar orang tuaku bisa kembali bersatu. Hanya hal sederhana itu," pinta Ji Teng seraya terus menembus hujan salju di tengah hutan. Dia berkali-kali menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya untuk mengusir rasa dingin yang menyerangnya sambil terus melangkah dengan berani. Hingga tak sengaja dia terpeleset dan jatuh berguling menuruni gunung dengan keras.

"Aaahhhhh..." teriaknya keras saat kakinya terpeleset dan membuatnya jatuh berguling di antara timbunan salju.

"JI TENG!" dua orang yang berada di sisi yang berseberangan, sama-sama mendengar teriakan keras dari tempat yang tak jauh dari posisi mereka saat ini. Hati mereka sama-sama diliputi ketakutan dan kecemasan, dan tanpa banyak kata bergegas menuju ke tempat teriakan itu berasal.

Ji Teng berusaha terbangun meski kakinya terkilir karena jatuh dari tempat yang sangat tinggi. Dia meringis kesakitan, dia hampir saja menangis jika saja dia tidak teringat pesan Ibunya bahwa seorang pria pantang meneteskan airmata, seorang pria tak boleh menangis, seorang pria harus kuat dan berani.

"Aku tak boleh menangis. Ibu bilang aku tak boleh menangis. Rasa sakit di kakiku tidak sebanding dengan rasa sakit Ibuku saat dia kehilangan Ayah. Demi Ibu, aku harus menemukan Peri Salju. Aku tak boleh menyerah. Peri Salju hanya muncul di Malam Natal, aku tak mau menunggu hingga tahun depan. Harus kutemukan malam ini juga," tekadnya semakin kuat walau rasa sakit di kakinya tak tertahankan. Tapi demi agar Ibunya tak lagi meneteskan airmata, Ji Teng tak mau menyerah.

Dia terus berusaha melangkah walaupun dia harus menyeret kakinya. Tiba-tiba tak jauh dari sana, dia melihat sebuah bunga berwarna putih yang berada di dalam es yang membeku.

"Peri Salju. Ternyata Peri Salju itu memang benar ada," ujarnya bahagia dengan airmata haru menetes di pipinya.

"Ibu, aku menemukan Peri Salju untukmu," ujarnya seraya meraih bunga putih di dalam es tersebut dengan bahagia.

"Peri Salju, keinginanku adalah agar Ayah dan Ibuku bisa kembali bersatu. Aku ingin keluargaku berkumpul. Aku ingin bertemu dengan Ayahku. Bisakah kau mengabulkannya untukku?" pinta Ji Teng dengan menangis haru seraya menggenggam Peri Salju dalam pelukannya, berdoa dengan segenap hatinya.

"Ji Teng..." suara seorang pria muda terdengar memanggil namanya. "Apa kau Ji Teng?" lanjutnya. Ji Teng menoleh ke arah suara yang memanggilnya dengan bingung. Dia tidak mengenali pria muda berusia sekitar tiga puluh tahun tersebut, tapi sorot matanya yang terlihat ramah dan memancarkan kehangatan membuat Ji Teng merasa aman dan nyaman saat melihatnya.

Pria muda itu berdiri tak jauh darinya, dengan napas tersengal-sengal dia menatap ke arah Ji Teng. Matanya kemudian menyadari bahwa Ji Teng memeluk sebuah bunga putih yang berada dalam es yang membeku. Itu "Peri Salju". Bunga yang ada dalam legenda. Tanpa sadar airmata mengalir di pipi pria muda itu saat dia melihatnya. Melihat Ji Teng dan bunga dalam pelukannya, rasanya sama seperti melihat kenangan masa kecilnya.

Perlahan dia mendekati Ji Teng dan tersenyum manis padanya, "Kau berhasil. Kau sudah menemukan Peri Salju," ujarnya lembut seraya memeluk Ji Teng dengan sayang yang hanya bisa menurut bingung.

"Paman siapa?" tanya Ji Teng kebingungan.

"Apa keinginanmu? Apa yang membuatmu nekad berjalan ke dalam hutan di tengah badai salju seperti ini?" tanya pria muda itu, menghiraukan pertanyaan Ji Teng.

"Keinginanku adalah agar Ayah dan Ibuku bisa bersatu, Aku ingin bertemu dengan Ayahku. Aku ingin Ibuku tak lagi menangis, dan yang selalu membuat Ibu menangis adalah karena dia selalu merindukan Ayahku, jadi aku ingin mereka bisa bersatu lagi seperti dulu," jawabnya polos seraya memeluk lebih erat bunga es itu.

"Dan aku percaya Peri Salju pasti akan mengabulkan keinginanku," lanjutnya lagi dengan tersenyum bahagia. Pria muda itu melepaskan pelukannya dan mengacak-acak rambutnya dengan sayang.

"Kau anak yang baik. Ibumu juga pasti wanita yang baik," ujar si pria muda sambil tersenyum.

"Tentu. Ibuku adalah wanita yang paling baik di dunia ini. Dia adalah..." kalimat Ji Teng spontan terputus saat suara seorang wanita memanggilnya cemas.

"JI TENG..." panggil si wanita lalu berlari dan memeluk Ji Teng dengan erat sambil menangis. Pria muda yang berlutut membelakanginya tak menyadari kehadiran si wanita. Tapi dia mengingat dengan jelas suara itu. Suara yang sangat dirindukannya. Dengan satu gerakan cepat, wanita itu meraih Ji Teng dan membawanya ke dalam pelukannya, tidak menaruh perhatian pada pria muda yang berlutut membelakanginya.

"Kenapa kau suka sekali membuat Ibu khawatir? Apa kau tahu betapa takutnya Ibu? Bagaimana jika seandainya Ibu kehilanganmu? Hanya kau satu-satunya yang Ibu miliki di dunia ini. Kehilanganmu, Ibu juga tak ingin hidup lagi," wanita muda itu memarahi putranya sambil memeluknya erat dengan airmata menetes di pipinya.

"Ibu, maafkan aku! Aku janji takkan membuat Ibu cemas lagi. Lihat! Ji Teng berhasil menemukan Peri Salju untuk Ibu. Peri Salju akan membawa Ibu bertemu dengan Ayah, jadi Ibu tak perlu menangis lagi," ujar Ji Teng dengan polos seraya menunjukkan bunga es itu pada ibunya yang hanya bisa menangis haru,

"Ji Teng, asal kau bersama Ibu, bagi Ibu itu sudah cukup," ujar wanita itu lembut penuh haru.

"Ayahmu...Dia tidak akan kembali bersama kita. Dia bahkan tak tahu kalau kau ada, dia..." kalimat wanita itu spontan terputus saat pria muda itu berdiri dan memandang ke arah mereka.

"Bagaimana jika seandainya sekarang dia mengetahuinya?" tanya si pria muda yang sukses membuat wanita muda itu tercekat.

"KAU!" wanita muda itu tampak sangat terkejut melihat kehadiran sosok di hadapannya.

"Lama tak berjumpa. Aku bahkan tak tahu jika kau sudah memiliki seorang putra yang begitu tampan dan berani," ujar si pria muda dengan lirih seraya memandang Ji Teng dengan sayang.

"Hanya satu pertanyaanku, kenapa kau memberinya nama sama seperti namaku? Apa dia adalah putraku?" tanya pria muda itu tanpa basa basi dan langsung tepat pada sasaran. Wanita itu terdiam, lalu segera menggendong Ji Teng dan membawanya pergi dari sana.

"Ke mana lagi kau ingin lari? Tidakkah kau bosan terus berlari? Kembalilah, Chi Xue Tung! Aku Ji Teng, sangat merindukanmu," pinta pria muda dengan mata berkaca-kaca dan suara bergetar.

To be continued...

Winter Memories (Snow Angel After Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang