Ji Teng duduk di samping Xue Tung dan bertanya dengan penuh perhatian, "Apa kau masih memikirkan ayahmu?" tanyanya pengertian. Xue Tung mengangguk dengan mata berkaca-kaca.
"Bagaimanapun juga dia adalah ayahku. Ayah yang sangat menyayangiku. Ayah yang sejak kecil selalu memanjakan aku dan menuruti apa pun keinginanku, kecuali keinginanku yang satu ini," jawab Xue Tung sedih.
"Jika dia benar-benar menyayangimu, dia pasti akan mengerti. Jika dia tetap memaksamu menikah dengan Chi Xing Feng, itu berarti dia tidak tahu bagaimana cara menyayangimu. Dia lebih menyayangi Chi Xing Feng daripada kau, putri semata wayangnya," jawab Ji Teng.
"Aku tak ijinkan kau bicara seperti itu soal ayahku. Selama dua puluh dua tahun ini, dialah yang selalu menjaga dan menyayangiku, cintanya padaku lebih besar dari apa pun. Bagaimana bisa kau meragukan kasih sayangnya padaku?" Xue Tung berkata marah pada kekasihnya yang meragukan kasih sayang ayahnya sendiri.
"Kau sangat mengkhawatirkan ayahmu kan? Baiklah. Jika kau bersedia, aku akan mengantarmu pulang," jawab Ji Teng lalu berdiri dengan kesal.
"Apa yang kau katakan? Kenapa kau berkata seperti itu? Jika kau tidak menginginkan aku, lalu kenapa tadi kau datang mencariku?" Xue Tung semakin marah mendengar Ji Teng ingin mengantarnya pulang setelah apa yang mereka lakukan tadi siang.
"Kau jelas-jelas tahu aku pasti akan datang. Kau tahu jika kehilanganmu, aku takkan pernah bahagia," jawab Ji Teng seraya mencengkeram bahu Xue Tung dengan erat.
Xue Tung yang terharu mendengar kata-katanya segera memeluk Ji Teng dan membenamkan kepalanya dalam dada Ji Teng yang bidang.
Ji Teng pun balas memeluk Xue Tung dengan erat dan mengutarakan perasaannya, "Aku mencintaimu. Bukan karena kau adalah Tuan Putri Bazar 99 atau seorang Nona Besar yang kaya raya, bukan karena hartamu. Yang aku cintai adalah dirimu, Chi Xue Tung, seorang gadis yang manis, polos dan ceria, yang percaya pada keajaiban dan membuatku percaya bahwa cinta abadi itu ada. Aku takkan pernah melepaskanmu, takkan pernah meninggalkanmu, aku berjanji padamu aku akan memberikanmu kebahagiaan seumur hidup," janji Ji Teng saat itu. Janji yang sampai saat ini masih belum bisa ditepatinya.
Karena kartu kredit Xue Tung, Chi Xing Feng akhirnya berhasil melacak keberadaan Ji Teng dan Xue Tung di penginapan itu, hingga sepasang kekasih itu memilih melarikan diri ke luar kota, ke sebuah desa nelayan di daerah Hua Lien, Taiwan. Di sana, Ji Teng dan Xue Tung pernah sesaat merasakan kebahagiaan. Mereka berdua saling bahu membahu bekerja untuk mencari uang demi mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua.
Mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan milik seorang kenalan yang tak sengaja mereka temui saat mereka sedang dalam pelarian. Di kota nelayan itu pula, Ji Teng dan Xue Tung akhirnya menikah.
Demi agar Xue Tung tak lagi cemas memikirkan Chi Xing Feng yang bisa datang kapan saja dan memisahkan mereka, Ji Teng memutuskan untuk mengikat hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan.
Hal itu dilakukannya karena malam sebelumnya, Xue Tung sempat menangis ketakutan saat dia bermimpi buruk tentang Chi Xing Feng yang datang memisahkan mereka.
"Ji Teng..." teriak Xue Tung histeris. Dia segera terbangun dari tidurnya malam itu. Ji Teng yang saat itu tidur di sampingnya langsung terbangun begitu mendengar tangisan ketakutan kekasihnya. Benar. Sejak Ji Teng dan Xue Tung melarikan diri bersama, mereka selalu tidur dalam satu ranjang bersama, walau saat itu mereka belum menikah. Tapi sesuai janji Ji Teng pada Xue Tung, dia tak pernah melakukan sesuatu di luar batas kesopanannya walau setiap hari mereka tidur dalam satu ranjang, namun tak pernah terjadi apa pun di antara mereka.
"Xue Tung, kau kenapa?" tanya Ji Teng dengan mengantuk. Dia lalu segera duduk dan memaksakan dirinya untuk bangun.
"Aku bermimpi kakak datang dan memisahkan kita. Aku bermimpi dia datang lalu memaksaku menikah dengannya. Aku takut sekali. Aku takut kehilanganmu, Ji Teng," isak Xue Tung sambil menangis ketakutan.
"Itu hanya mimpi. Bukankah sekarang kita hidup bahagia? Bukankah tak ada yang menemukan kita di sini?" tanya Ji Teng, berusaha menenangkan kegelisahan dan ketakutan kekasihnya.
"Berjanjilah padaku, kau takkan pernah meninggalkan aku! Apa pun yang terjadi kita akan selalu bersama, benarkan?" Xue Tung menatap Ji Teng dengan ketakutan dalam matanya.
"Aku takkan pernah meninggalkanmu. Aku berjanji kita akan selalu bersama," janji Ji Teng sambil tersenyum lalu menarik Xue Tung ke dalam pelukannya.
Xue Tung masih menangis di dada kekasihnya. Mimpinya terlihat begitu jelas, bagi Xue Tung itu bagaikan sebuah pertanda buruk untuk mereka.
"Aku tahu apa yang harus kulakukan. Besok, kau berdandanlah yang cantik dan ikut denganku ke suatu tempat," ujar Ji Teng sambil tersenyum tenang.
Paginya, Ji Teng mengajak Xue Tung untuk membeli cincin pernikahan. Sepasang cincin pernikahan yang berbentuk ikan lumba-lumba. Lumba-lumba dipercaya sebagai simbol cinta sejati dan pasangan yang memakai cincin tersebut selamanya tidak akan pernah berpisah lagi. Setelah itu Ji Teng mengajak Xue Tung ke sebuah gereja kecil, di sanalah dia meminta seorang penjaga gereja untuk menjadi saksi pernikahan mereka.
"Kami ingin menikah. Aku ingin kau menjadi saksi pernikahan kami," ujar Ji Teng pada seorang pria muda berkemeja putih yang tampak bingung dengan permintaannya.
"Chi Xue Tung, aku ingin menikah denganmu. Apa kau bersedia?" tanya Ji Teng pada Xue Tung yang langsung menatapnya dengan bingung.
"Ji Teng..." Xue Tung terlihat tak mempercayai pendengarannya. Dia menatap kekasihnya penuh tanya. Ji Teng tersenyum mesra lalu kembali menanyakan pertanyaan yang sama.
"Chi Xue Tung, apa kau bersedia menikah denganku dan menjadi istriku – Ji Teng?" Ji Teng bertanya pada Xue Tung dengan nada serius dalam suaranya. Xue Tung hanya memandangnya terharu dan bahagia.
"Aku bersedia," kali ini Xue Tung menjawab mantap dan dengan senyum bahagia di wajahnya.
"Kalau begitu, aku – Ji Teng, juga bersedia menjadi suami Chi Xue Tung dan berjanji akan menjaganya seumur hidup, selamanya mencintainya," ujar Ji Teng dengan tatapan mata penuh cinta seraya memasangkan cincin lumba-lumba itu di jari manis Xue Tung yang tersenyum bahagia.
"Sekarang aku – Ji Teng dan Chi Xue Tung telah resmi menjadi suami istri," ujar Ji Teng seraya menundukkan wajahnya dan mencium bibir istrinya dengan lembut di hadapan pria muda itu yang hanya terbengong melihat mereka.
"Terima kasih sudah menjadi saksi kami," ujar Ji Teng setelah ciuman mereka selesai dan segera menarik tangan Xue Tung untuk pulang bersamanya.
Para tetangga mereka sudah menunggu di depan rumah untuk merayakan pernikahan Ji Teng dan Xue Tung. Mereka berpesta semalaman, bernyanyi dan menikmati makan malam yang sudah disediakan tetangga mereka yang begitu baik. "Ayah, lihatlah! Untuk yang pertama kalinya dalam hidupku aku mengerti apa itu kebahagiaan. Aku telah menjadi istri Ji Teng, ini adalah kebahagiaan seumur hidup untukku," ujar Xue Tung dalam hati saat Ji Teng memeluknya hangat di hadapan semua orang.
Malam itu, untuk yang pertama kalinya, Ji Teng dan Xue Tung melakukan sesuatu yang melebihi batas kesopanan mereka selama ini.
To be continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Memories (Snow Angel After Story)
RomanceSUDAH DITERBITKAN !!! Beberapa Part DIHAPUS untuk kepentingan Penerbitan. Sinopsis : "If I Forget The Love, do you still remember?" Kisah tentang Peri Salju , antara legenda dan harapan yang hilang, juga berharganya sebuah penantian... "Kita tak p...