"Apa mereka sudah pulang?" tanya Xue Tung pada suaminya, Ji Teng saat Ji Teng tengah duduk memandang bintang dari balkon rumah mereka.
Ji Teng menoleh dan tersenyum padanya, "Kemarilah!" ujarnya seraya merentangkan tangannya. Xue Tung menyambut uluran tangan itu dan duduk di samping Ji Teng seraya menyandarkan kepalanya di pundak Ji Teng.
"Aku masih belum percaya jika kita sudah menikah," ujar Xue Tung jujur sambil menerawang.
"Apa yang membuatmu belum percaya?" tanya Ji Teng dengan ekspresi bingung.
"Bukankah sekarang kau adalah suamiku?" Xue Tung justru balik bertanya.
"Aku tak mengerti ke mana arah pembicaraanmu," jawab Ji Teng jujur dan polos.
"Cium aku!" pinta Xue Tung terus terang.
"Apa?" Ji Teng tersentak dengan permintaan istrinya.
"Jika kita sudah menikah berarti ini adalah malam pertama kita, benarkan? Tapi kenapa aku tidak merasakan perbedaan dengan malam-malam sebelumnya?" Xue Tung kembali mengungkapkan maksud hatinya. Walau sebenarnya sebagai wanita dia merasa malu, tapi Ji Teng adalah suaminya dan ini adalah malam pertama mereka sebagai suami istri, sudah tentu Xue Tung menginginkan perubahan hubungan yang lebih jauh.
"Kita memang sudah menikah, tapi kita belum menikah secara resmi di kantor catatan sipil dan belum memiliki surat nikah untuk menguatkan hubungan kita. Jadi kupikir kita harus menunggu sedikit lagi," jawab Ji Teng jujur, bagaimanapun juga dia seorang pria, bohong jika dia tidak menginginkannya, tapi Ji Teng adalah pria yang baik yang harus memikirkan masa depan wanita yang dicintainya lebih dari keinginannya sendiri.
"Jadi, pernikahan kita hanyalah simbol semata? Baiklah! Kalau begitu aku tidak memerlukan cincin ini. Aku bukan istrimu kan? Tak ada gunanya ada di jariku," Xue Tung berdiri dengan kesal lalu melepaskan cincin dari jari manisnya dan menyodorkannya pada Ji Teng.
"Xue Tung, mengertilah! Aku juga menginginkannya. Aku adalah pria normal, setiap hari tidur dalam satu ranjang bersama wanita yang kucintai dan aku harus selalu menahan diri, apa kau tahu bagaimana sulitnya itu?" Ji Teng menjawab dengan frustasi.
"Setiap hari, aku harus membuat diriku sendiri kelelahan agar saat malam hari tidur bersamamu, aku tidak memikirkan yang tidak-tidak. Aku selalu berusaha membuang jauh-jauh pikiran kotorku saat melihat selimut yang menutupi tubuhmu tersibak dan menunjukkan padaku kulitmu yang sehalus sutera. Atau saat melihat bibirmu yang merah merekah tampak begitu menggoda gairah. Apa kau tahu betapa sulit aku berusaha menahannya?" Ji Teng melanjutkan kalimatnya.
"Jangan seperti ini! Cincin itu adalah milikmu. Aku ingin kau selalu memakainya. Aku ingin kau menjadi satu-satunya wanita di mana aku pernah memakaikan cincin untuknya," lanjutnya lagi seraya kembali memakaikan cincin di jari manis Xue Tung.
"Kalau begitu jangan menahan dirimu lagi malam ini. Kau mencintaiku kan?" pinta Xue Tung dengan mata memohon seraya menggenggam erat tangan Ji Teng.
"Xue Tung, kaulah satu-satunya wanita yang kucintai dalam hidupku. Kenapa kau masih meragukan cintaku?" jawab Ji Teng dengan ekpresi serius.
"Kalau begitu jadikan aku milikmu. Bukankah kita sudah menikah?" kembali, Xue Tung meminta hal yang sama.
Ji Teng tetap ragu. Dia terlihat tak yakin dengan keinginan Xue Tung. "Baik. Jika Kak Xing Feng berhasil menemukan kita dan memaksaku menikah dengannya, mungkin kau akan lebih suka jika aku jadi miliknya. Itu yang kau inginkan, benarkan? Kau lebih suka melihatku menjadi milik pria lain," ujar Xue Tung terluka lalu melepaskan genggaman tangannya pada tangan Ji Teng dan berjalan masuk ke kamarnya sambil menangis.
"Xue Tung, bukan seperti itu. Jika aku lebih suka melihatmu menjadi milik pria lain, aku tidak mungkin membawamu lari sejauh ini," protes Ji Teng seraya mengejar Xue Tung di kamar dan duduk di sampingnya. Xue Tung terdiam. Dia tahu Ji Teng adalah pria yang baik dan tak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya. Dulu pun, Xue Tung-lah yang lebih dulu mengungkapkan perasaannya, barulah kemudian Ji Teng memiliki keberanian melakukan hal yang sama.
Tanpa banyak kata, tiba-tiba Xue Tung menarik tubuh Ji Teng sehingga jatuh tepat di atas tubuhnya dan tanpa sengaja menciumnya. Xue Tung membuka matanya perlahan dan tersenyum lembut lalu melingkarkan lengannya di leher Ji Teng dan membalas ciumannya dengan penuh gairah.
Ji Teng sekali lagi terperangkap dalam pesona Xue Tung sehingga tanpa sadar perlahan dia naik ke atas ranjang dan menindih tubuhnya. Seiring dengan ciuman mereka yang semakin memanas, tangan Ji Teng mulai bergerilya dan melepas semua baju Xue Tung. Xue Tung pun melakukan hal yang sama. Dengan cepat dia melepas baju Ji Teng dan melemparkannya ke lantai. Tangannya yang mungil membelai lembut dada Ji Teng yang bidang.
"Xue Tung, tolong minta aku berhenti sebelum semuanya terlambat," pinta Ji Teng penuh nafsu. Xue Tung menggeleng sambil tersenyum penuh cinta.
"TIDAK! Jangan berhenti, Ji Teng!" jawab Xue Tung lalu kembali mencium Ji Teng. Ji Teng menjauhkan diri sejenak lalu menatap mata Xue Tung dan bertanya sekali lagi.
"Apa kau yakin kau benar-benar menginginkan ini?" Ji Teng bertanya di sela-sela ciumannya.
"YA," jawab Xue Tung tanpa ragu.
"Akan kupastikan kau tidak akan pernah melupakan malam ini," jawab Ji Teng sambil tersenyum nakal.
"Chi Xue Tung, malam ini kau akan jadi milikku sepenuhnya," ujar Ji Teng seraya tersenyum penuh arti pada istrinya.
To be continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Memories (Snow Angel After Story)
RomanceSUDAH DITERBITKAN !!! Beberapa Part DIHAPUS untuk kepentingan Penerbitan. Sinopsis : "If I Forget The Love, do you still remember?" Kisah tentang Peri Salju , antara legenda dan harapan yang hilang, juga berharganya sebuah penantian... "Kita tak p...